Sudah beberapa waktu berlalu setelah Raja dan Ratu dimakamkan, pihak kerajaan mulai meributkan masalah penerus takhta yang masih kosong. Karena Putra Mahkota masih terbaring di atas ranjang dalam keadaan koma, semua orang berada dalam kebingunan karena merasa tidak seharusnya takhta dibiarkan kosong begitu saja dalam waktu lama. Bahkan para petinggi dari pihak bangsawan pun turut meributkan masalah ini hingga datang ke Istana Kerajaan.
Entah dengan niat baik atau ada maksud terselubung dengan keributan semua orang tentang penerus takhta, kini di suatu ruang rapat Istana Kerajaan benar-benar bising dengan suara banyak orang yang berdiskusi. Ini lebih tepat jika disebut debat kekuasaan.
Di saat seperti ini, beberapa pelayan tetap mengabdikan diri untuk merawat Putra Mahkota. Ada pelayan lelaki yang membasuh bagian tubuh dan menggantikan pakaian Sang Putra Mahkota. Lalu, juga pelayan perempuan yang membersihkan seisi kamar tidur pribadi milik penerus takhta yang seharusnya.
"Sayang sekali, di saat seperti ini Yang Mulia Putra Mahkota justru sedang terbaring lemah dan tak berdaya. Sungguh kasihan. Saat Mendiang Yang Mulia Ratu masih hidup, beliau pasti selalu dengan rajin dan tepat waktu membasuh dan mengganti pakaian Yang Mulia Putra Mahkota. Beliau pasti sedih jika tahu dan melihat orang-orang justru sibuk memikirkan penerus takhta yang harusnya menjadi milik Yang Mulia Putra Mahkota hingga mengabaikan kondisi Yang Mulia Putra Mahkota saat ini. Di mana pun memang selalu orangtua yang lebih peduli."
"Dari pada memikirkan perasaan orang yang telah tiada, justru lebih kasihan Yang Mulia Putra Mahkota. Yang disadari olehnya hanya dia yang tertidur selama semalam, tapi saat dia membuka matanya nanti dia telah menjadi sebatang kara karena Baginda Raja dan Yang Mulia Ratu telah meninggal dunia dan kenyataan dirinya telah tertidur selama 2 tahun tanpa tahu apa pun. Saat itu terjadi, aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukatakan sebagai penjelasan untuk Yang Mulia Putra Mahkota."
"Ya, itu memang benar."
Setelah urusan pekerjaan di dalam kamar tidur pribadi Putra Mahkota selesai, para pelayan pun beranjak ke luar dan pergi dari sana.
Namun, sebenarnya tidak ada yang tahu karena sebelumnya semua orang sibuk dengan kematian Raja dan Ratu. Suatu hari, saat semua orang berduka dan sempat melupakan kondisi Putra Mahkota, sesuatu yang terbilang ajaib telah terjadi di dalam kamar tidur pribadi Putra Mahkota.
Buku dongeng yang diletakkan di atas ranjang dan menyentuh lengan Putra Mahkota tiba-tiba mengeluarkan cahaya terang hingga tubuh Putra Mahkota pun ikut bercahaya seluruhnya. Saat itu kamar tidur pribadi Putra Mahkota diliputi cahaya ajaib tanpa diketahui oleh siapa pun. Bahkan dalam tidur panjangnya, Putra Mahkota mulai bermimpi indah.
Saat ini pun setelah pelayan ke luar dari kamar tidur pribadi Putra Mahkota, buku dongeng itu kembali mengeluarkan cahaya. Meski pun buku dongeng itu tidak lagi menyentuh tubuh Putra Mahkota hingga membuatnya ikut bercahaya, namun kali ini cahayanya seolah mengusik tidur panjang Putra Mahkota. Bisa dilihat dari dahi Putra Mahkota yang berkerut hingga kedua alisnya saling bertaut.
Yang ajaibnya lagi, Putra Mahkota benar-benar membuka kedua matanya secara perlahan meski pun terasa sangat berat sambil sesekali mengerjap pelan.
"Aku bermimpi hal aneh yang sangat indah. Namun, rasanya aku sudah tidur sangat lama," gumam Aiden, Sang Putra Mahkota.
Putra Mahkota yang baru saja bangun dari tidur panjangnya merasa tubuhnya lemas dan kepalanya sakit. Meski begitu, Putra Mahkota tidak sadar bahwa dirinya telah melewati waktu selama 2 tahun hanya untuk terbangun dari tidurnya. Namun, melihat sinar matahari yang berusaha menerobos masuk tirai kamarnya, Putra Mahkota sadar kalau dirinya bangun terlambat. Begitu Putra Mahkota terbangun buku dongeng tidak lagi memancarkan cahaya secara ajaib.
"Biasanya kalau aku terlambat bangun, ibu sudah datang untuk membangunkan aku sambil mengomel. Kenapa kali ini tidak dan malah terasa sangat sepi, ya?" batin Putra Mahkota Aiden bertanya-tanya.
"Aku ingat ini bukan pakaian yang kupakai sebelum tidur semalam. Apa yang terjadi semalam?"
Setelah berusaha mengumpulkan tenaga, Putra Mahkota pun beranjak ke luar dari kamarnya karena tidak ada yang datang saat dirinya membunyikan lonceng untuk memanggil pelayan.
Putra Mahkota berjalan dengan langkah yang tertatih-tatih. Bahkan tidak sanggup berjalan dengan tegak, Putra Mahkota terpaksa berjalan sambil berpegangan dengan dinding Istana Kerajaan.
"Aku merasa tidak habis mabuk semalam, tapi kenapa tubuhku rasanya sangat lemas seperti ini? Bahkan aku saja tidak suka minum alkohol, mustahil jika aku mabuk ... " gumam Aiden
Merasa janggal dengan suasana Istana Kerajaan yang sepi, Putra Mahkota terus berjalan hingga akhirnya terdengar suara bising saat mendekati ruang rapat pertemuan.
Putra Mahkota pun berniat untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Namun, Putra Mahkota lebih dulu kembali mengumpulkan tenaganya agar tidak terlihat lemah di depan orang lain hingga membuat harga dirinya jatuh. Begitu mempersiapkan diri dan telah menyentuh knop pintu untuk dibuka, Putra Mahkota justru mendengar kenyataan bagai sambaran petir di siang bolong dari hal yang diributkan di dalam ruang rapat pertemuan tersebut.
Saat itu Putra Mahkota masih berusaha menyangkal sebelum ia mendengarnya secara langsung. Karena itu Putra Mahkota berusaha untuk tetap tegar dan menguatkan dirinya sendiri. Setelah itu Putra Mahkota pun langsung membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut hingga orang-orang yang berada di sana terkejut saat melihat kehadirannya di sana.
"Yang Mulia Putra Mahkota!" seru semuanya dengan mata terbelalak.
"Tidak perlu merepotkan kalian semua untuk memikirkan tentang penerus takhta karena aku masih hidup dan ada di sini," ucap Aiden
"Salam hormat kami pada Yang Mulia Putra Mahkota." Semua orang yang ada di sana langsung membungkuk di sekeliling Putra Mahkota.
"Berani-beraninya kalian semua mendiskusikan masalah penerus takhta selagi aku masih hidup! Katakan padaku, apa kalian berniat untuk melakukan pemberontakan?" tanya Aiden, Sang Putra Mahkota.
"Kami tidak berani, Yang Mulia."
"Kalau begitu, hentikan keributan di sini dan akhiri pertemuan kali ini. Seperti yang kalian tahu, aku masih butuh istirahat. Kalian semua sudah bisa pergi meninggalkan tempat ini. Silakan," ujar Putra Mahkota Aiden
"Semoga Yang Mulia Putra Mahkota diberi berkah umur panjang, sejahtera, dan sehat selalu."
"Kami semua pamit undur diri."
Setelah itu mereka semua beranjak pergi satu per satu. Hingga hanya meninggalkan Putra Mahkota dan Ajudan Mendiang Raja di sana.
"Tuan Parvez, berapa lama aku tertidur?" tanya Putra Mahkota Aiden
"Anda telah tertidur selama 2 tahun, Yang Mulia Putra Mahkota," jawabnya
"Jadi, bukan hanya semalam dan selama itu aku tertidur dalam keadaan koma ... " gumam Putra Mahkota Aiden yang goyah hingga harus menumpu tubuhnya dengan berpegangan pada meja besar yang ada di dalam ruang rapat tersebut.
"Apa saja yang telah terjadi selama aku tertidur dalam waktu lama?" tanya Putra Mahkota Aiden melanjutkan.
"Telah terjadi perang perebutan wilayah dan Baginda Raja tewas dalam perang tersebut. Lalu, Yang Mulia Ratu ikut wafat saat melihat Baginda Raja kembali dalam kondisi terbaring di dalam peti mati. Itulah alasan para petinggi meributkan masalah penurus takhta yang kosong," jelasnya, Ajudan Mendiang Raja bernama Tuan Parvez.
"Bawa dan antarkan aku pergi untuk melihat makam ibu dan ayah sekarang juga," pinta Putra Mahkota Aiden
"Tidak bisa, saya harus menolak perintah Anda, Yang Mulia Putra Mahkota. Anda harus istirahat untuk memulihkan kondisi Anda saat ini. Setelah Anda merasa lebih baik, saya sendiri yang akan mengantar Anda menuju makam Baginda Raja dan Yang Mulia Ratu. Kalau tidak, orang-orang tadi akan kembali dengan permasalahan yang sama. Setidaknya Anda tidak boleh membiarkan kondusi Anda terlihat lemah seperti ini," ujar Tuan Parvez
Tuan Parvez pun memanggil prajurit dan pelayan untuk membantu Putra Mahkota kembali ke kamar tidurnya agar bisa istirahat dan memulihkan diri. Seluruh penghuni Istana Kerajaan pun merasa sangat senang setelah tahu dan melihat bahwa Putra Mahkota telah sadar dari tidur panjangnya. Namun, mereka semua tetap merasa kasihan dengan Putra Mahkota yang harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya karena kedua orangtuanya yang telah tiada, yaitu Mendiang Raja dan Mendiang Ratu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
S R
Semangat up..
2024-01-13
1
Elisabeth Ratna Susanti
maaf baru sempat mampir di karya keren ini 😍
2024-01-03
1
💞Amie🍂🍃
🌹buat othor sebagai salam perkenalan, aku bacanya nyicil yak thor
2024-01-02
2