Chapter 13

Melalui jendela ruang keluarga penthouse Orion, aku merasa seakan bisa melihat jelas sampai ke California. Kota yang membentang luas, jutaan orang melakukan aktivitas malam yang beragam, tidak tahu ada seorang wanita di lantai delapan puluh sedang termenung karena dunianya perlahan-lahan runtuh.

Mafia.

Orion seorang mafia. Tidak cukup dengan itu, dia malah bosnya, dan dengan santai duduk di depanku sementara menceritakan tentang pembunuhan seolah kami sedang membahas cuaca. Banyak waktu yang kuhabiskan beberapa minggu belakangan untuk memikirkan Orion, tapi kemungkinan tentang menjalankan organisasi kriminal sebesar mafia Italia sungguh tidak terlintas di benakku. Pengetahuanku soal mafia hanya berdasarkan buku dan film, dan membayangkannya saja sudah membuat perutku mual.

Apakah Orion benar-benar bagian dari semua itu? Kekerasan, narkoba, perdagangan manusia... dan masih banyak lagi. Dan jika aku punya sedikit saja akal sehat, maka aku pasti sudah kabur. Keluar dari tempat ini, langsung ke kantor polisi terdekat dan melaporkan apa yang kuketahui. Namun, aku juga tahu tidak semudah itu. Bukankah mereka membunuh pengkhianat? Sudah ada seorang bos mafia yang mengincarku, dan aku tidak mau memancing kemarahan yang lainnya.

Setelah Orion pergi, jiwa dan ragaku terlalu lelah untuk tidur, atau bahkan duduk. Aku berjalan mondar-mandir di keheningan yang memekakkan, dan begitu aku berhenti, muncul rasa sakit tak tertahankan di kakiku. Aku membuka sepatu, menendangnya ke samping dan menghempaskan punggung ke sofa. Kepalaku terus berdenyut sementara aku mencerna segala kemungkinan dalam benakku.

Aku tidak tahu kenapa situasinya bisa memburuk seperti ini. Apa yang diinginkan si bajingan bernama Ernesto itu dariku? Bagaimana mungkin seseorang sepertiku bahkan melintas di radarnya? Aku jarang keluar, tidak menyentuh narkoba, dan dalam beberapa tahun terakhir aku memiliki serius hanya dengan satu orang. Kehidupanku berputar di lingkungan yang sangat kecil dan teman yang bisa dihitung dengan jari. Tidak ada yang masuk akal dari semua ini. Semakin aku mencoba merasionalisasikannya, semakin berbelit-belit pula keadaannya.

Sebagian dari diriku tetap ingin pergi. Meninggalkan tempat ini dan kembali ke kehidupan yang sederhana dengan keluarga dan teman-temanku, dan melupakan semua rangkaian kejadian beberapa minggu belakangan. Melupakan Orion.

Tapi, kalau harus jujur, aku tahu Orion benar. Begitu keluar dari rumah ini, aku bisa saja terbunuh. Mereka mungkin akan kembali untuk menyelesaikan pekerjaan, dan aku ragu Orion mau menyelamatkanku untuk ketiga kalinya. Meski benci mengakuinya, aku membutuhkan Orion. Aku membutuhkan perlindungannya, keahliannya, dan jauh di dalam lubuk hatiku, aku mulai bertanya-tanya apakah aku membutuhkannya hanya karena alasan keamanan.

Aku menggeleng, berusaha mendorong pikiran itu sejauh mungkin. Dasar bodoh, apa kau tidak mendengar apa yang dia katakan malam ini? Dia mengancamku, mengatakan kebohongan sejak pertama kali kami bertemu, dan tidak peduli jika aku mati. Dia itu monster. Kerjanya menghilangkan nyawa manusia. Bagaimana mungkin aku berpikir jatuh cinta pada seorang bos mafia akan berakhir baik untukku? Belum lagi kemungkinan dia memiliki puluhan gadis yang siap melemparkan diri padanya. Semua wanita di restoran menatapnya dengan sorot lapar, menyembah lantai berjejak sepatunya, dan menunggu giliran mendapatkan perhatiannya. Tatapan cemburu dari mereka seakan menusuk setiap kali aku bergerak, dan mereka sudah menganggapku sebagai musuh bahkan sebelum berkenalan.

Sungguh, aku tidak peduli jika dia memilih salah satu dari mereka. Sekarang yang penting adalah bagaimana caranya aku bisa menyingkir dari kekacauan ini. Orion dan kehidupannya merupakan suatu kesatuan yang tercipta untuk menghancurkan duniaku.

"Ayolah, Millie, kendalikan dirimu!" Aku mengusap kening, mencoba meredakan denyutan di kepalaku.

"Apakah semuanya baik-baik saja disini?" Aku hampir melompat ketika mendengar suara Tom.

"Ya Tuhan, Tom! Kau menakutiku!" bentakku tanpa sadar.

"Maaf, aku tidak sengaja. Kau pasti agak ketakutan setelah kejadian tadi." Dia tersenyum simpatik, bergeser mendekatiku. "Aku membawa kopi untukmu."

"Terima kasih." balasku, menerima secangkir kopi yang masih berasap. Sedikit kafein mungkin membantu.

"Bagaimana perasaanmu?" Tom duduk di sofa. Suka atau tidak, sepertinya aku mendapatkan teman bicara.

"Jauh lebih baik." Aku mengangkat gelas, masih terlalu panas untuk diminum, tapi aromanya sangat menenangkan. Beberapa tarikan napas dan aku bisa merasakan ketegangan di pundakku perlahan terurai.

"Aku tahu ini sulit bagimu, tapi lama-lama kau akan terbiasa." kata Tom, mencoba meredakan kekhawatiranku.

"Bagaimana jika aku tidak pernah terbiasa?" Kenapa semua orang bersikap seolah ini normal? Seakan kekacauan dan bahaya sudah menjadi keseharian mereka. Mungkin dalam dunia mereka ini normal, tapi tidak dalam duniaku dan aku tidak suka Orion menganggap remeh kejadian ini. Tujuannya hanya menemukan keterkaitan Ernesto dan aku, meskipun dia harus menyingkirkan salah satu dari kami. Dia tidak peduli dengan hidupku yang kacau-balau. Jadi, terbiasa seperti yang diucapkan Tom adalah hal yang paling tidak kuinginkan. "Aku ingin pulang, Tom."

"Itu pilihanmu, kurasa." ucap Tom, terdengar putus asa.

"Aku tidak pernah diberi pilihan," dengusku sinis, melempar tangan ke udara sementara mataku mulai panas karena air mata. "Seandainya ada opsi yang bisa kupilih, aku lebih memilih lari sejauh-jauhnya agar tak satupun dari kalian mampu menemukanku. Aku tidak pernah meminta ini terjadi, dan orang-orang itu masih saja mengejarku."

"Well, sekarang kau punya pilihan, Mills. Aku tahu terkadang Orion agak keras, tapi dia tidak akan membiarkan mereka mendekatimu lagi." Tom menangkup kedua tangannya dan melihatku. "Kau boleh pulang dan melupakan semuanya jika memang itu yang kau inginkan."

"Bagaimana aku bisa melupakan semuanya kalau aku tidak pernah tahu alasan mereka mengejarku, Tom?" kataku, menggeleng tak percaya.

"Orion juga sedang mencari informasi tentang itu."

"Tentu saja! Dia tidak merasa bersalah menjadikanku sebagai umpan walaupun kami tidak saling mengenal." Orion tahu semua informasi tentangku, bahkan sampai detail-detail pribadi, tapi aku tidak tahu apa-apa mengenai kehidupannya. Posisinya selalu di atas.

"Dengar, Millie, dia melakukan itu demi menjamin keselamatanmu. Orion tidak seburuk yang kau bayangkan." kata Tom sembari menyunggingkan senyum tipis.

"Kupikir kau dan aku punya konsep yang berbeda soal keburukan." Aku bersandar di sofa, meminum kopi yang dia berikan. Kemudian, aku merasa tenggorokanku agak terbakar oleh panasnya bourbon.

Tatapanku langsung menghujam Tom. "Ini bukan kopi biasa."

Tom mengangkat bahu, pura-pura polos. "Yang ingin kusampaikan adalah jangan terlalu membencinya. Dia melewati jalan yang berbahaya untuk membantumu."

Sekali lagi, Tom benar. Tapi niat baik Orion tetap menjadi pil pahit yang sulit kutelan. Selama ini hidupku baik-baik saja. Aku bisa mengurus diriku sendiri, tidak membutuhkan orang lain untuk melindungiku, khususnya seseorang dengan ketampanan dan keegoisannya sebanding. Yang menatapku dengan cara aneh sehingga aku tidak tahu apakah dia ingin menarikku ke ranjang atau mencincangku sampai habis. Aku belum merasakan kenyamanan tiap kali berdekatan dengannya, tapi saat dia pergi, ada kehampaan yang mencekam.

"Aku di dapur seandainya kau mencariku, dan ada pakaian di kamar kalau kau ingin mandi."

"Terima kasih." Mandi sepertinya ide bagus. Aku membayangkan berdiri di bawah air yang mengalir, membiarkannya menyapu kulitku sampai sekujur tubuhku mati rasa. Mungkin jika tubuhku tak merasakan apa-apa, otakku juga berhenti bekerja. "Apakah Orion akan datang lagi?"

"Mungkin tidak malam ini. Banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan." Tom tidak menjelaskan pekerjaan yang dia maksud, membuatku menebak jenis pekerjaan apa yang Orion lakukan di malam hari.

"Apa dia membunuh pria itu? Yang di lift tadi?" tanyaku, berharap Tom mengetahui informasi terbaru.

"Tidak." jawabnya cepat. "Damien yang membunuhnya."

"Haruskah jawabanmu membuatku merasa lebih baik?" Aku mengerang.

"Menurutmu?" Tom memberiku seulas senyum konyol dan menaikkan alisnya. Aku suka Tom. Dia tidak seserius Orion dan temannya yang lain, sikapnya yang santai sangat membantuku. Dia tidak cocok menjadi bagian dari penjahat-penjahat ini, dan aku penasaran bagaimana dia bisa bertemu Orion.

"Tidak sedikitpun." jawabku.

"Pria itu mungkin sudah menculik, memperkosa, dan menyerahkanmu kepada Ernesto jika Orion tidak bergerak cepat. Seandainya itu benar-benar terjadi, aku jamin kau tidak akan bertahan lama. Jadi, jangan merasa kasihan padanya. Pria itu pantas mendapat pelajaran atas perbuatannya."

"Tom, pernahkah seseorang mengatakan padamu bahwa kau sangat payah soal menghibur?" tanyaku main-main.

Tom terkekeh. "Ke dapur kalau kau butuh sesuatu, okay?"

Aku mengangguk.

Mendengarkan saran Tom, aku beranjak ke kamar. Kemewahan yang mengelilingi Orion tidak terlalu mengejutkan lagi. Dia bekerja di dunia yang sangat asing bagiku, dan jika kau memiliki uang untuk dihamburkan, maka tidak ada alasan untuk tidak memiliki penthouse dan pulau atas namamu sendiri.

Kamar tempatku berdiri pun bukan pengecualian, dengan jendela terbuka dari lantai sampai ke atas, dinding gelap dengan aksen emas berkarat dan lampu gantung spiral berputar di langit-langit kamar. Aku agak iri dengan keberuntungan yang tampaknya sangat berpihak pada seorang kriminal seperti Orion.

Aku merasakan lembutnya busa ranjang dan halusnya permukaan sprei satin di telapak tanganku. Ini kain terhalus yang pernah kusentuh. Aku membayangkan betapa damai tidurku jika aku terlelap di kasur ini. Kemudian aku melihat ada satu tas di tepi ranjang, mungkin berisi pakaian untuk semua wanita yang dia bawa kemari.

Saat aku membuka tas itu, aku sadar mengenali isinya. Beberapa pasang celana dan kaos, pengisi daya ponsel, sampai sikat gigi dan sabun pencuci wajah. Semua barang itu berasal dari apartemenku. Aku bahkan tidak mau tahu bagaimana mereka bisa sampai disini. Kurasa tidak seharusnya aku terkejut, Orion bebas melakukan apapun yang dia inginkan.

Tubuh dan pikiranku sudah terlalu lelah untuk berdebat, jadi aku menyimpan masalah ini untuk besok saja.

Setelah mandi ala kadarnya, aku langsung melompat ke atas ranjang, membenamkan diri di balik selimut dan melonggarkan kekhawatiranku untuk pertama kalinya malam ini. Posisiku tidak aman di manapun, tapi anehnya, aku justru merasa tenang saat berbaring di ranjang seorang bos mafia.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17*
18 Chapter 18
19 *Pertemuan Orion dan Tom
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17*
18
Chapter 18
19
*Pertemuan Orion dan Tom
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!