Chapter 16

Javer dan aku menyusun rencana selama beberapa menit. Damien akan ikut denganku, dan kami berangkat dalam dua hari ke depan. Aku masih bisa mengumpulkan beberapa informasi tambahan sebelum bertemu Alonzo, karena aku tidak mau menuduhnya sembarangan tanpa bukti yang valid. Ada yang tidak beres disini, dan jika instingku benar, Alonzo pasti menyimpan sebuah rahasia besar.

Setelah selesai menyusun rencana, Javer dan yang lainnya langsung pulang ke mansion sementara aku harus mampir di suatu tempat, tanpa memberi tahu Javer atau Tom. Mereka akan mengomeliku habis-habisan seperti ibu-ibu yang baru saja melihat anaknya mandi lumpur. Aku tahu konsekuensinya, tapi keinginanku melihatnya benar-benar tidak terbendung.

Aku teringat kata-kata kasar yang aku ucapkan pada Millie sebelum meninggalkannya di penthouse tadi malam, salah satunya ketidakpedulianku jika dia mati. Oh, astaga... Apa yang kau pikirkan, Orion!Aku ingin Millie tahu bahwa aku tidak bermaksud mengatakan itu.

Aku menemukan kompleks apartemennya dengan mudah, dan berhenti di lapangan parkir. Kemudian basa-basi sambil menyogok petugas lobi agar dia mau mengantarku ke unit Millie. Tom mengantarnya pulang beberapa jam lalu, dan kuharap dia ada di rumah.

Aku mengetuk pintu apartemennya. Pertama terdengar suara derap langkah, lalu hening, kemudian disusul gesekan kunci yang terbuka.

"Eh, bagaimana bisa kau ada disini?" Keraguan menyelimuti wajahnya. Jelas sekali tidak menyangka akan melihatku lagi, terutama berdiri di depan pintu apartemennya.

"Naik lift." Aku menyeringai, tahu bukan itu maksudnya.

Millie memutar mata cokelatnya dan membuka pintu lebih lebar. Setidaknya dia tidak mengusirku. "Maksudnya bagaimana caramu melewati petugas di bawah? Biasanya dia menelepon jika seseorang ingin bertemu denganku."

"Oh, Daniel. Aku bertemu dengannya. Dasar petugas mata duitan." Aku melewatinya, masuk ke dalam apartemen. "Aku sarankan kau melaporkannya ke kantor manajemen. Dengan harga yang pas, dia akan membuat kemp penampungan kriminal disini."

"Bagus kalau kau tahu diri." Dia mendongak, melipat tangan di dada dengan gaya berlebihan.

"Aww." Aku tidak mengharapkan sambutan hangat darinya, tapi tidak begini juga.

"Untuk apa kau datang, Orion?"

"Memastikan sistem keamanan masih berfungsi dengan baik." Millie tahu aku berbohong, tapi ekspresinya masih datar. "Dan... karena aku ingin meminta maaf."

Sekarang, dia baru terkejut.

"Soal semalam... aku sangat frustasi dan tanpa sadar mengucapkan kata-kata yang tak masuk akal. Aku... aku terbiasa menyelesaikan masalah dengan cepat, tapi hukum itu tidak berlaku kali ini, dan... aku sangat tidak ingin kau mati. Itu saja." Kenapa aku terdengar seperti remaja yang sedang kasmaran?

Sebaris senyum mengembang di sudut bibirnya. Apakah dia mengejekku? Aku mengeluarkan tawa gugup, benar-benar mati gaya.

"Jadi, kau datang kesini untuk mengatakan kau tidak ingin aku mati?"

Aku mengangguk. "Ya."

"Well, terima kasih." Gelak tawanya meredakan ketegangan yang kurasakan. "Sebenarnya ada yang ingin aku diskusikan denganmu. Kebetulan sekali kau datang."

"Oh, ya?"

"Aku berpikir... mungkin aku bisa membayar jasa perlindunganmu dengan lukisanku. Itupun kalau kau masih menginginkannya."

"Tentu saja aku menginginkannya." kataku, melangkah mengikuti Millie ke dapur. "Namun, soal pembayaran kita bicarakan lain kali saja."

Aku punya ide yang lebih bagus mengenai bayar-membayar ini, dan melihat pipinya yang mendadak merah padam, kurasa Millie paham maksudku.

"Mau minum apa? Aku punya lemonade, teh, atau apa?" tanyanya gugup, mengalihkan pembicaraan.

"Ada yang lebih keras?" Mungkin sedikit alkohol bisa membantu menghilangkan kecanggungan.

Millie membuka sebuah lemari yang berisi alkohol keras dan wine. "Wiski?"

"Sempurna."

Dia mengisi dua gelas yang diambilnya dari lemari lain, mengulurkan segelas padaku sambil menyandarkan perut ke meja. "Aku terkejut tidak melihatmu di kamar tadi pagi."

"Aku harus bekerja." kataku, lalu mengangkat gelas. Aku tidak tahu mana yang lebih menghangatkan saat ini, wiski yang membakar tenggorokanku atau tatapan Millie.

"Pekerjaan macam apa yang dilakukan raja mafia?"

Aku tertawa, tak tahan melihat keluguannya.

"Apa yang lucu, sih?" Dahinya berkerut, membuat wajahnya lebih menggemaskan.

"Don, Millie. Sebutannya Don, bukan raja."

Millie memutar mata dengan dramatis. "Okay, apa yang dikerjakan Don mafia?"

Caranya menekan bibir gelas ke bibirnya membuat darahku berdesir. Apa dia sadar betapa besar pengaruhnya terhadapku? Aku berdiri di dapurnya, berharap menjadi gelas wiski sialan itu agar bisa mencium bibirnya. Secara teori, kulit kami memang tidak bersentuhan, tapi jarak Millie dan aku begitu dekat sehingga aku bisa dengan mudah menyentuh rambutnya.

"Millie, aku ingin mengenalkan duniaku padamu, tapi jika..." Aku menggeleng, memilih-milih kata. "Tidak ada jalan kembali begitu kau mengetahuinya. Kau takkan bisa melupakan apa yang kusampaikan sekalipun kau sangat ingin. Dan kau tidak boleh mengatakannya pada orang lain. Itukah yang kau mau?"

Dia maju selangkah, terlalu dekat sampai aku bisa merasakan panas tubuhnya. "Aku ingin tahu siapa kau sesungguhnya, Orion. Sisi baik dan buruk. Semuanya."

Aku masih ragu tapi, sial... hatiku langsung meleleh begitu bertatapan dengan matanya. Aku pasti bertekuk lutut setiap kali dia menatapku dengan cara seperti itu.

"Aku pemimpin mafia Italia. Dari keluarga Gasparo. Kami termasuk dalam salah satu sindikat kriminal terorganisir paling kuat di seluruh dunia. Mengenai hotel dan semua investasi real estat yang kuceritakan padamu, itu hanya topeng untuk menutupi bisnis kami yang sebenarnya."

Millie menggigit bibir, terlihat ragu-ragu. "Lalu, bisnis apa yang kau maksud?"

"Jual-beli senjata. Atau suku cadang senjata. Itu salah satu alasan kenapa kami mendatangi galerimu bulan lalu. Javer sedang mencari lokasi untuk pengiriman barang ke Amerika dan galeri seni sepertinya pilihan paling aman."

"Wow." Dia menarik napas berat. "Narkoba, wanita, per..."

Aku menggeleng cepat, memotong ucapannya. "Aku tidak pernah berurusan dengan narkoba. Bisnis kami hanya senjata, dan sebenarnya itu legal. Tidak ada peraturan hukum yang jelas mengenai suku cadang senjata, kau tidak memerlukan izin untuk membelinya. Sementara para wanita yang bekerja denganku datang secara sukarela. Mereka boleh berhenti kapanpun mereka mau, tidak ada paksaan."

Millie mengedip beberapa kali seakan sedang berusaha mencerna ucapanku. Kenapa mulutku tak bisa diam?

"Pernahkah kau membunuh?" Dia meringis, tidak yakin apakah siap mendengar jawabanku.

"Hanya jika diperlukan." kataku.

Millie menarik napas dalam-dalam dan bisa kutebak pikirannya sedang berkecamuk saat ini. Apa yang sudah kulakukan? Ini tindakan bodoh dan tidak bertanggungjawab, tapi Millie sudah terlanjur mendengar semuanya.

"Millie," aku meraih tangannya, lega karena dia tidak menolak. "Aku datang kesini karena tertarik pada sesuatu yang lebih dari sekedar lukisan. Ada semacam energi yang menghubungkan kita berdua, aku tahu kau juga merasakannya." Dia tersipu. "Aku sudah menginginkanmu sejak pertemuan pertama kita. Dan perasaan itu semakin kuat seiring berjalannya waktu. Kupikir aku bisa menjauh dan menepisnya, tapi tidak mau lagi. Aku menginginkanmu, Millie. Dalam segala hal. Jika kita ingin melangkah lebih jauh, paling tidak kau harus tahu siapa aku. Masih banyak hal yang belum kukatakan padamu, tapi aku akan mencoba jujur sebisa mungkin."

Millie tampak terkejut mendengar pengakuanku. "Orion... aku..." bisiknya terbata-bata. "Tidakkah menurutmu kita harus menjaga hubungan tetap profesional?"

"Itukah yang kau inginkan?" Aku meremas tangannya. Aku tahu Millie tidak menginginkan itu, bisa dilihat dari matanya, dan caranya merespon sentuhanku.

"Tidak." jawabnya, tersengal-sengal. "Tapi, aku tidak yakin apakah aku sanggup mempercayaimu."

"Yah, kita sepakat soal itu." Aku menyeringai, menurunkan kepala sampai bibirku nyaris menyentuh bibirnya. "Millie, katakan kalau kau ingin aku pergi sekarang. Usir aku dari sini, maka aku takkan mengganggu hidupmu lagi. Aku akan tetap memantau keadaanmu dari kantor atau rumah, dan kau bisa berdiskusi dengan Javer mengenai lukisan. Aku akan mengikuti apapun yang kau ingin aku lakukan. Katakan, Millie."

Tanpa keraguan sedikitpun, dia menatap ke dalam mataku. "Aku tidak mau kau pergi. Tetaplah disini. Kumohon..."

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17*
18 Chapter 18
19 *Pertemuan Orion dan Tom
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17*
18
Chapter 18
19
*Pertemuan Orion dan Tom
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!