Chapter 5

Apakah aku sudah gila?

Begitu Orion melangkah dari dapur, sebagian dari diriku ingin mengikutinya agar bisa pulang ke apartemenku dimana aku bisa berbaring dengan nyaman dan berpura-pura seolah dua belas jam terakhir tidak pernah terjadi. Tapi aku harus sabar paling tidak sampai obrolan kami selesai.

Bagaimana mungkin aku memberinya jawaban tentang sesuatu yang bahkan tidak kusadari sedang terjadi? Dan apa maksudnya saat dia bilang mengenalku dengan baik? Manusia itu sungguh tidak waras, dan mungkin aku lebih tidak waras lagi karena mendengarkannya. Namun, aku tidak berani mengesampingkan kemungkinan bahwa dia benar, itu sebabnya aku memutuskan untuk tetap menunggu.

Menyadari aku belum melihat ponselku sejak pagi, buru-buru aku memeriksa tas. Owen pasti khawatir jika mendengar kabar perampokan atau penyerangan di galeri. Pasti ada beberapa barang yang rusak, dan kuharap bukan barang mahal. Owen dan tim marketing tidak mungkin mampu menyelesaikannya sendiri.

Aku mendapat gelar sarjana di bidang seni dan bisnis berkat dorongan kuat dari ibuku, makanya aku rela berkorban mati-matian demi membuka galeri. Pengetahuan Owen tentang seni hanya sekedar dua semester mempelajari sketsa di SMA, itupun bukan karena keingintahuannya, tapi karena guru seni yang tampan. Begitu lulus kuliah, Owen dan aku menghabiskan enam bulan pertama untuk jalan-jalan dan memantau peluang di bisnis seni, dari situlah kecintaannya terhadap lukisan mulai tumbuh. Owen tidak punya lukisannya sendiri, tapi caranya berkomunikasi dengan pelanggan layak diperhitungkan. Bersama-sama kami membentuk tim yang hebat dan kuharap perampokan di galeri tidak akan mengacaukan seluruh rencana masa depan kami.

Aku harus keluar dari tempat ini secepatnya. Jika Orion mengira aku akan bersantai dan menunggunya dengan tenang, maka dia salah besar. Ya, aku memang setuju menunggunya tapi kesabaranku mulai menipis. Kalau masalah ini sebegitu penting untuknya, kenapa dia malah pergi mengurus hal lain?

"Apakah kau tahu dimana ponselku?" kataku mengeluh, menyadari Damien tidak akan mengatakannya meskipun dia tahu, tapi tak ada salahnya mencoba.

"Aku tidak yakin, tapi kurasa Orion menyimpannya. Kau mau sarapan apa?" katanya menawarkan.

Aku memandang Damien dari atas sampai bawah, mempertimbangkan apakah kira-kira aku bisa mengelabuinya. Tubuhnya lebih besar dariku, di tambah otot-otot yang mengancam di balik lengan kaosnya.

"Oh, jangan coba-coba." tegurnya riang sambil menyeringai menyadari perubahan ekspresiku. "Kau bahkan tidak akan sampai ke pintu. Tempat ini dipenuhi penjaga yang dengan senang hati menembak sebelum bertanya. Dan, mereka tidak mungkin menawarkan sarapan untukmu. Nah, sekarang, bagaimana dengan telur orak-arik?" Dia berbalik, membuka kulkas.

Penjaga? Menembak sebelum bertanya? Sial, siapa mereka ini sebenarnya?

Aku tak punya pilihan selain menurut paling tidak untuk saat ini. Lagi pula, perutku sudah protes dan di tembak sama sekali tidak ada dalam daftar keinginanku. Aku menghempaskan diri di sofa. "Okay, telur orak-arik."

Pikiran berkelana selagi mencicipi kopi buatan Damien dan menyaksikannya memasak. Dia tampak sangat menikmati dunianya, bergerak dengan terampil menyiapkan semuanya. Damien mengetahui persis dimana letak peralatan makan, entah dia memang tinggal disini atau Orion mempekerjakannya sebagai juru masak.

"Selamat makan." katanya, mengulurkan sepiring telur orak-arik, roti panggang, dan bacon.

"Terima kasih." balasku, memperhatikan parasnya. Dia terlihat familiar untukku. Apakah aku pernah bertemu dengannya? "Jadi, kau ditugaskan untuk mengurus setiap wanita yang dia culik?"

Damien mendengus. "Kau yang pertama."

"Bagus sekali." Aku mulai menyantap makanan. Harus kuakui Damien cukup pintar memasak.

"Yang pertama aku urus. Biasanya kami membawa gadis yang kami culik ke tempat lain." Dia memberiku seringai iblis, bahagia melihatku ketakutan. "Hanya kau yang masuk ke rumah ini."

Aku menjatuhkan roti panggang ke piring dan menatapnya dengan tajam.

"Hei, aku bercanda." Bercanda? Damien mengisi piringnya dengan porsi dua kali lipat dari milikku, lalu duduk bersebelahan denganku. "Omong-omong, kau terlihat lebih baik pagi ini. Bagaimana perasaanmu?"

"Lebih baik, kurasa. Aku tidak terlalu ingat kejadian semalam. Apa kau juga berada di galeri?"

"Ya, dua kali." jawanya, menyuap sesendok penuh telur ke mulut.

Tiba-tiba aku ingat dimana melihatnya. "Oh, kau yang meracuniku, kan?" Mataku terbelalak menatap makanan, apakah makanan itu aman?

"Meracun?" tanyanya bingung. "Maksudmu memberimu klorofom?"

"Umm, ya."

"Manis, dengarkan ya... aku tidak meracunimu. Kau berada dalam bahaya, sementara aku tidak punya cukup waktu untuk menjelaskan situasinya padamu." gumamnya membela diri, kemudian lanjut makan.

Aku menjauhkan piring, mendadak kehilangan selera makan. "Kalau begitu jelaskan sekarang."

Damien menghela napas, menyapu mulut dengan serbet dan berputar menghadapku. "Bagaimana kau bisa terlibat dengan Ernesto?"

"Dengan siapa?" Aku belum pernah mendengar nama itu seumur hidupku.

"Apakah kau salah satu wanita yang kabur darinya?" desak Damien, mengabaikan pertanyaanku.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak kabur dari siapapun..."

"Yah, kau pasti membuatnya murka." gumamnya, menaikkan alis.

"Siapa?" Aku benar-benar sudah muak. Aku sama sekali tidak tahu siapa orang yang di maksud Damien, dan tidak tahu kenapa mereka mengejarku.

"Ernesto." Damien memperhatikanku dengan lekat.

Sakit kepalaku mendadak datang lagi dan aku meringis.

"Hei, kau kenapa? Mau kubawakan obat sakit kepala?"

"Tidak! Aku tidak butuh racun lain darimu."

"Oh, ayolah, jangan begitu." katanya, tampak kecewa.

Aku memutar mata. "Lagi pula, siapa Ernesto itu? Kenapa menurutmu aku mengenalnya?"

"Kau sungguh tidak tahu siapa dia?" Ya Tuhan, kuharap aku bisa menghentikan percakapan ini.

"Tidak. Sama sekali tidak tahu." gumamku, mengangkat tangan menyerah. Damien melunak, percaya pada jawabanku. "Dan begitu Orion kembali aku akan mengatakan hal yang sama padanya. Dia bilang ada sesuatu yang harus di kerjakan, boleh aku tahu lebih tepatnya?"

"Dia... bisa di bilang pengusaha. Bukan hanya satu, tapi beberapa bidang sekaligus."

"Dan dia tinggal disini?"

"Kadang-kadang. Ada beberapa rumah lain di Los Angeles dan Miami."

Keluargaku hidup serba berkecukupan, namun ini level baru dari kehidupan orang kaya yang tak kukira nyata. Rumah Orion yang megah ini hanya satu dari sekian banyak yang dia miliki, dan mengingat kembali malam kemarin dia bahkan tidak berkedip saat mengeluarkan puluhan ribu dolar demi sebuah lukisan sederhana, tabungannya pasti lebih banyak dari yang bisa kubayangkan.

"Dan, apakah kau pengawalnya?"

Dia menatapku sambil terkekeh. "Bisa dibilang begitu."

![](contribute/fiction/7872545/markdown/21004989/1701347533295.png)

"Apapun," kataku, melangkah ke ruangan dan menutup pintu rapat-rapat. Javer sudah duduk di kursi meja kerja kerjaku, menunggu kedatanganku. Dia bekerja sepanjang malam mengumpulkan semua infomasi tentang Millie, dan mencoba mencari garis yang menghubungkannya dengan Ernesto. Aku membutuhkan sedikit petunjuk sebelum berbicara dengan Millie agar bisa menilai apakah dia jujur atau tidak.

"Aku tidak menemukan petunjuk apapun soal keterikatannya dengan Ernesto, dan tidak ada kegiatan yang mencurigakan." Nada Javer terdengar agak kecewa. "Millie dan temannya membuka galeri beberapa bulan yang lalu. Dia mendapatkan gelar master bidang seni dari Universitas New York, sementara gelar sarjananya dari Universitas California, dan beberapa lukisannya telah laku terjual di Los Angeles sebelum dia pindah kesini. Dia dan adiknya, Elijah, dibesarkan di Jamestown, Rhode Island, oleh kedua orang tua mereka. Susan dan David Peterson. Alergi almond, atlet lari sewaktu SMA, nilai rapor cukup bagus..."

Javer terus berbicara, dan aku menghentikannya. Millie Peterson terlihat normal di atas kertas, tapi berbeda dengan kehidupan nyatanya. Dia penuh semangat dan misterius, dan saat melihatnya berjalan mondar-mandir di kamar mandi pagi ini, aku lupa dia berada di sana karena suatu alasan yang lebih penting lebih dari yang kuinginkan. Dan sialnya, aku memang menginginkannya.

Dia menantangku setiap kali dia membuka mulut, tanpa mengetahui dunia macam apa yang kujalani. Aku sudah membunuh puluhan orang yang mencoba mendebatku, sementara Millie membuatku ingin memberinya pelajaran dengan cara yang lain, sehingga dia mendesah dan menjerit puas. Aku ingin dia melilitku dengan kakinya sementara aku mencium bibirnya dengan keras. Bibir yang bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih berguna selain membantah perkataanku.

Millie sangat menarik, mungkin ceritanya akan berbeda jika kami bertemu di tempat dan situasi yang berbeda pula, namun sekarang dia sudah terlibat dalam duniaku. Membawa masalah tepat setelah aku bertemu dengannya.

"Orion, apakah kau mendengarku?" kata Javer, bersandar ke meja.

"Maaf, kau bilang apa tadi?"

"Kubilang semuanya sudah kuperiksa, kecuali satu hal. Aku tidak bisa menemukan informasi sejak dia lahir sampai berusia lima tahun."

"Hah? Kenapa?" tanyaku heran.

"Aku tidak tahu. Dari data kelahirannya Susan Green memang tercatat sebagai ibunya, tapi tidak ada nama ayahnya sampai mereka melakukan pemeriksaan kesehatan rutin tahunan pada saat dia berusia lima tahun, disitulah dia resmi menyandang nama Peterson. Tom sudah melacak semua sumber data untuk melengkapi teka-teki ini, tapi dia juga tidak menemukan apa-apa. Siapapun yang menyimpan informasi Millie, mereka benar-benar melakukannya dengan sangat baik."

"Demi seorang anak kecil? Kenapa mereka mau melakukan itu?" Ini tidak masuk akal. Lima tahun pertama di hidupnya hilang tanpa jejak. Tidak ada data ayah sama sekali.

"Entahlah. Tapi, apa ini penting? Dia berkata jujur soal Ernesto dan kurasa mereka benar-benar tidak ada ikatan."

Kelihatannya memang begitu, namun aku yakin bukan itu cerita sesungguhnya. Millie mungkin tidak terhubung dengan Ernesto, tapi Ernesto menyerangnya. Jadi, apakah itu merupakan serangan acak? Akankah mereka kembali untuk menyelesaikan tugas mereka? Aku tidak mau melepaskannya tanpa mengetahui motif Ernesto, tapi apakah aku punya pilihan lain? Aku bisa saja menahannya sampai kami mengetahui dengan pasti akar dari masalah ini, tapi masalah lain pasti akan bermunculan.

Keberadaan Ernesto tidak pernah mengancam organisasiku, tapi tak berarti aku lantas mau memulai perselisihan tanpa alasan yang jelas. Organisasi kami tidak pernah sepaham selama bertahun-tahun lamanya, dan aku tidak akan mengambil langkah keliru yang berpotensi memperkeruh suasana. Mungkin agar lebih yakin, aku perlu mengunjunginya dan memastikan keamanan Millie.

Namun, meskipun begitu, demi kebaikan bersama Millie harus pulang ke rumahnya. Apapun yang terjadi di antara dia dan Ernesto sama sekali tak ada hubungannya denganku, dan semakin lama dia berkeliaran di rumahku, semakin sulit pula bagiku menjauhinya.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17*
18 Chapter 18
19 *Pertemuan Orion dan Tom
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17*
18
Chapter 18
19
*Pertemuan Orion dan Tom
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!