BAB 20

Dimas terharu melihat halaman belakang rumah, di hias nuansa romantis di sekeliling meja makan penuh dengan bunga melati dan ada musik romantis yang sengaja disetel oleh Dewi.

Dewi langsung peluk Dimas yang masih berdiri, melihat tempat makan yang disiapkan dari siang oleh Dewi dibantu ART di rumah.

"Sekali-sekali aku yang siapkan, tempat makan romantis sayang bagaimana apa Mas suka?" tanya Dewi penasaran, karena pertama kalinya siapin makan malam romantis dibelakang rumah.

"Suka sekali sayang, sangat indah dan lagunya juga enak didengar pas dengan tempat yang Dek Dewi siapkan." ucap Dimas, Dimas membalikan badannya menghadap Dewi yang ternyata lebih cantik dengan riasan yang natural dan bajunya sangat seksi.

"Makan yuk sayang, setelah makan kita ke kamar dan Mas lihat apa yang sudah aku siapkan di kamar sayang." lanjut Dewi langsung mencium, wajahnya Dimas sebelum jalan ke meja makan.

**

Diana melihat Alia yang tidak mau belajar baca, Alia tidak mau dengar janji lagi tapi maunya melihat Dimas duduk didepannya sambil ikut baca buku sekolah.

"Biarin Alia tidak bisa baca, dari pada Bunda bohongin Alia terus dan sekarang Bunda keluar dari kamar Alia soalnya mau tidur!" protes Alia kesal, karena Bunda nya selalu banyak janji tapi kenyataannya Dimas tidak pernah pulang ke rumah.

"Iya sudah Bunda keluar, tapi Alia makan dulu iya sayang soalnya Alia belum makan nasi kan sayang." bujuk Diana berusaha memberikan makan malam untuk Alia.

"Simpan saja di meja, nanti Alia makan sendiri ditemani boneka Alia saja soalnya malas disuapin Bunda!" perintah Alia, Alia langsung peluk boneka pemberian Dimas yang menjadi boneka kesayangan Alia.

"Iya sudah Bunda keluar, ini makanan kesukaan Alia." lanjut Diana pasrah, Diana langsung berdiri dan jalan keluar dari kamarnya Alia tidak mau paksa anaknya untuk makan supaya tidak nangis lagi karena tidak tega melihat anak nangis terus.

**

Fatimah setrika baju nya, sambil nonton televisi dan sesekali melihat anaknya yang lagi main sendiri diatas tempat tidur.

"Baju yang dibawa jalan-jalan kemarin, banyak juga dan ini baju pemberian ayah hemm kapan iya ayah pulang ke sini." ucap Fatimah sedih, Fatimah pegang baju pemberian Dimas yang sudah dicuci Fatimah.

Fatimah merasa rindu dengan Dimas, yang tidak pulang-pulang dan lebih betah tinggal di rumahnya Dewi dari pada di rumah Fatimah main bersama anaknya sendiri.

**

Usi melihat Chelsea membuat perincian untuk tempat usahanya, Usi penasaran kenapa Chelsea baru sekarang mau jualan bukannya dari dulu.

"Nyonya baru jualan terus Nyonya mau jualan apa? Terus anak Nyonya di rumah saja selama Nyonya jualan!" tanya Usi penasaran.

"Setiap hari dibawa, saya akan sediakan satu kamar khusus untuk anak saya tidur dan bermain, selain itu bakal ada fasilitas sama seperti di kamar anak saya jadi tidak usah repot nantinya." ucap Chelsea santai, karena Dimas memberikan uang untuk merenovasi ruko yang baru di beli dan modal untuk belanja barang jualan.

"Syukur lah Nyonya, kalo setiap hari diajak ke toko Nyonya dikirain ditinggal dirumah sendirian Nyonya." lanjut Usi, Usi tidak berani kepo tanya dimana suaminya Chelsea kenapa tidak pulang-pulang dan tidak bantuin Chelsea untuk siapin tempat jualannya Chelsea.

**

Dewi berusaha tenang, mendengar Dimas akan kembali ke luar kota seperti biasanya untuk kunjungan kerja, Dewi mengerti proyek yang diterima perusahaan memang dari luar kota semua dan Dewi tidak bisa protes lagi mendengar keinginannya Dimas yang akan meninggalkan Dewi sendirian.

"Jangan sedih sayang, Mas kan kerja untuk kita sayang demi memenuhi kebutuhan Mas dan kebutuhan Dek Dewi sayang, jadi biarkan Mas kembali kerja untuk melihat proyek yang sudah berjalan iya." bujuk Dimas, Dimas tidak tega melihat Dewi sedih tapi mau bagaimana lagi, waktu Dimas harus rata dibagi untuk Diana, Fatimah, dan Chelsea juga.

"Iya sayang aku mengerti kok, iya sudah aku bantu masukin baju ke dalam koper iya sayang." ucap Dewi dengan pasrah, Dewi jalan menuju lemari untuk ambilin baju kerja dan baju santai untuk Dimas bawa selama tujuh hari untuk kunjungan kerja

"Maafkan aku Dek, Andaikan kamu bisa memberikan anak untuk aku, tidak akan meninggalkan Dek Dewi di rumah, tidak akan bohongin setiap hari, dan tidak akan ada perempuan lain dalam rumah tangga kita yang bisa memberikan aku anak Dek." batin Dimas, Dimas tidak tega selalu bohongin Dewi tapi ini semua terjadi karena kekurangan yang Dewi alami.

Dimas memperhatikan Dewi masukin bajunya kedalam koper, Dimas selalu senang melihat Dewi tidak pernah protes untuk bantuin dirinya pilihin baju yang dibawa untuk ke rumah istri-istrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!