Diana melihat Fikri, jalan masuk kedalam timezone sendirian merasa heran karena tidak biasanya Fikri jalan sendirian di Mall.
"Dimana Alia?" tanya Fikri saat berdiri didepan Diana.
"Lagi main tuh, tumben ke sini mau ketemu siapa?" tanya Diana yang tidak melihat siapapun dideket Fikri.
"Melihat kondisi kamu, oh iya apa bisa kita ngobrol tapi Alia bisa ditinggal sebentar?" tanya Fikri yang mau bahas hal penting, karena Dimas kasih tahu rencananya Dewi yang mendadak.
"Bisa saja, baik lah saya bawa Alia ke tempat permainan yang bisa ditinggal dan sepertinya ada hal penting mau dibahas ke saya." lanjut Diana yang curiga dan penasaran, hal penting apa yang mau disampaikan bahkan Fikri rela susul Diana ke Mall segala.
Fikri ngangguk pelan, membuat Diana langsung susul Alia untuk ajak Alia ganti tempat permainan karena Fikri mau ajak ngobrol Diana.
**
Dewi ikuti Dimas, keliling bangunan apartemen yang sudah setengah dikerjakan oleh tukang bangunan.
"Disini ada dua ratus kamar, yang dibagi kamar biasa, kamar VIP, dan kamar VVIP. Dengan fasilitas yang berbeda-beda." penjelasan Karyawannya Dimas, yang sudah list apa saja yang akan dibeli untuk kebutuhan apartemen.
"Keren sekali ada unit kamar VVIP, apa ada lift khusus untuk menuju kamar VVIP?" tanya Dewi salut dan penasaran, dengan proyek pesanan Client nya.
"Katanya ada Bu, jadi kita bikin dua lift disini dan yang VVIP diberikan kartu khusus jadi tidak sembarangan orang masuk, selain itu juga yang VVIP dikasih pengobatan gratis Bu." penjelasan Karyawannya Dimas, yang tahu fasilitas apa saja yang diberikan client nya untuk konsumen yang sewa apartemen yang sekarang lagi di bangun.
"Wow keren, jadi semakin yakin mau punya apartemen sendiri." lanjut Dewi merasa kagum, dengan fasilitas yang diberikan apartemen milik clinet nya.
Dimas cuman dengerin obrolan Dewi, Dimas sengaja tidak ikut ngobrol supaya bisa kirim chat untuk Chelsea, Fatimah, dan Diana.
**
Fatimah ajak anaknya ke Mall, untuk belanja karena Fatimah bingung mau pergi kemana ajak anaknya seorang diri.
"Kita beli kue saja yuk Nak, Cepet besar Nak supaya bisa main timezone disini." ucap Fatimah yang memperhatikan anak-anak yang main timezone ditemani kedua orang tuanya.
**
Chelsea menikmati makanan buatan Usi, Chelsea cocok dengan masakan Usi bumbu nya pas dan lezat untuk dinikmati.
"Kamu dari usia berapa bisa masak?" tanya Chelsea sambil menikmati sayur SOP.
"Dari usia lima belas tahun, Emak sudah mengajarkan masak sedikit-sedikit dan pas lulus SMU sudah terbiasa masak dan sudah tahu bahan-bahan yang dipakai untuk membuat sayur SOP atau lainnya Bu." penjelasan Usi, Usi suapin anaknya Chelsea selama majikannya masih makan.
"Pantas enak masakan kamu, kamu disini bisa bebas masak apa saja buat saya dan tenang saja saya tidak ada alergi makanan. Jadi kamu bisa kreasi sendiri makanan yang kamu bisa masak." lanjut Chelsea yang memberikan kebebasan untuk Usi, mau tahu sejauh mana ART nya tahu makanan dan juga bumbu yang dibutuhkan.
Chelsea merasa senang, mendapatkan ART yang bisa masak, jadi mengurangi pekerjaan Chelsea dan bisa fokus urus anaknya tanpa harus merapihkan rumahnya seorang diri.
**
Dewi setelah selesai ketemu dengan client langsung ajak Dimas, jalan-jalan ke caffe sebelum ke Mall.
"Mas apa boleh, kita adopsi anak Mas?" tanya Dewi yang ingin punya anak, walaupun adopsi dari panti asuhan yang penting rumah tidak sepi.
"Ngapain adopsi anak, kalo saya saja sudah punya tiga anak dan adopsi anak orang juga tidak mudah juga malas ah." batin Dimas, Dimas sampai kapan pun tidak akan pernah mau adopsi anak selama Dimas bisa mendapatkan anak kandung dari perempuan lain akan Dimas lakukan dan rela nikah lagi.
"Tidak mau Dek, sudah lah jangan bahas soal anak lagi iya Dek, biarin kita seperti ini sampai tua bersama kemana pun selama berdua saja." tolak Dimas, sampai kapan pun tidak akan mau punya anak hasil adopsi dari panti asuhan.
"Iya Mas, maaf keinginan aku membuat Mas tidak suka mendengarnya." lanjut Dewi merasa sedih, karena Dimas akan terlihat kesal jika bahas soal adopsi anak dari panti asuhan.
Dewi sejujurnya mau punya anak juga, walaupun adopsi dari panti asuhan yang penting punya anak karena Dewi sadar dengan kondisi badannya sendiri.
Dimas paling malas kalo sudah bahas soal anak, karena Dimas tidak mau adopsi anak orang dengan seenaknya.
**
Diana merasa kesal, karena Dewi mau ikut kerja di kantor dengan alasan bosan di rumah saja. Diana memikirkan nasip rumah tangga, perasaan Alia, dan juga sekolah nya Alia jika Dimas terus-terusan jarang pulang ke rumah.
"Bilangin Dimas, saya mau ketemu langsung terserah dia mau ketemu dimana, karena Dimas seperti sekarang saja Alia sudah tidak mau sekolah apa lagi tidak pulang sama sekali. Dia kirim chat tidak bahas soal ini sama sekali, jadi harus ketemu langsung bagaimana nasip keluarga kita kedepan!" tegas Diana sejujurnya kesal, karena istri pertamanya Dimas pakai ikut kerja segala dan bagiamana nasip dirinya jika Dimas semakin jarang pulang ke rumah.
"Iya Diana nanti saya bilang ke Dimas, sabar iya Diana dan masalah rumah tangga kalian harus ada akhirnya karena kasihan Alia yang harus menderita karena keegoisan Dimas dan pernikahan kalian seperti digantung oleh Dimas terus." lanjut Fikri, Fikri tidak tega melihat perempuan nangis karena nasipnya seperti Diana, diajak nikah, diberikan nafkah yang tidak sedikit, tapi tidak merasakan kebahagiaan karena menikah bukan atas dasar cinta tapi karena sama-sama butuh.
Diana sejujurnya sudah lelah, menjalankan rumah tangga seperti sekarang status pernikahan sirih, suami jarang pulang, dan anak merajuk ingin ketemu ayah nya. Sedangkan Dimas semakin sulit untuk ketemu dengan Diana, karena Dewi mau kembali kerja di kantor nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments