BAB 4

Diana yang tahu kalo Dimas, mau ketemu dengan client berusaha tidak melarang suaminya menjalankan pekerjaannya karena memang masih jam kerja.

"Aku tunggu di rumah iya Ayah, tidak usah ke Mall sayang." ucap Diana yang berusaha, mengerti akan tanggung jawab Dimas sebagai pemilik perusahaan.

"Tapi Alia sedih sayang, Ayah tidak jadi temani ke Timezone sayang!" ucap Dimas sedih, karena pekerjaan mendadak membuat Dimas tidak jadi temani Diana dan Alia ke Timezone.

"Bunda biarin saja dong, Ayah tidak kerja kan jarang ketemu kita masa baru pulang sudah pergi lagi!" protes Alia dengan sedih, karena punya Ayah yang sibuk kerja dan jarang di rumah.

"Alia sayang tidak boleh begitu, kita tunggu di rumah saja iya sayang dan pas di rumah baru kita main bersama Ayah iya sayang." bujuk Diana yang tidak mau, anaknya manja dan tidak bisa terima kenyataan.

"Iya sudah sayang, Ayah berangkat dulu iya dan sampai jumpa di rumah." lanjut Dimas langsung mencium, keningnya Diana dan Alia bergantian.

Dimas langsung pergi, dengan terpaksa karena kerjaan kalo boleh jujur Dimas tidak tega mendengar anaknya nangis karena tidak jadi diajak main Timezone.

Diana cuman bisa diam, membiarkan suaminya pergi karena pekerjaan karena Diana sadar perusahaannya Dimas milik istri pertama otomatis tidak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaan.

**

Dewi setelah selesai membuat pernak pernik, langsung di foto dan mulai edit hasil fotonya supaya terlihat menarik disaat di upload ke media sosial miliknya.

"Lumayan juga hasilnya, untungnya tadi dibantu jadi bikin lebih banyak seperti ini, lumayan juga ada seratus gelang dan seratus kalung bagus seperti ini dan tinggal di upload deh." ucap Dewi merasa senang, akhirnya punya kegiatan baru selama di rumah setelah sepuluh tahu cuman di rumah saja tanpa melakukan apapun.

Dewi edit satu-satu hasil fotonya, supaya terlihat bagus dan menarik dilihat orang-orang di media sosial miliknya.

**

Fatimah melihat bahan masakan di dapur sudah tinggal sedikit, jadi bingung mau belanjanya karena sadar belanja bawa anak bayi sangat lah susah.

"Coba deh telefon ayah, semoga bisa temani belanja walaupun cuman sebentar tidak masalah deh karena susah juga belanja bawa anak kecil." ucap Fatimah yang langsung, ambil handphone nya untuk telefon Dimas untuk ditemani ke supermarket sebentar.

"Hallo Ayah, apa Ayah lagi sibuk?" tanya Fatimah, disaat saluran telepon terhubung.

"Tidak Bunda, habis selesai rapat nih, ada apa sayang telefon Ayah?" tanya Dimas diseberang telefon, Dimas masuk kedalam mobil setelah selesai ketemu dengan client.

"Apa Ayah bisa temani Bunda belanja sebentar? Soalnya daging dan bahan masakan susah habis sayang, Bunda kesulitan belanja banyak tapi bawa anak sendirian!" tanya Fatimah yang tidak enak, ganggu waktunya Dimas kerja tapi Fatimah bingung mau minta tolong ke siapa.

"Bagaimana ini, Diana sudah menunggu di rumah kalo ditolak kasihan juga tapi ditemani kasihan waktu bersama Diana semakin sedikit." batin Dimas merasa bingung, mau turutin keinginan Fatimah atau cari alasan lain.

"Baik lah Bunda, tunggu sebentar iya sayang aku jemput sekarang." lanjut Dimas terpaksa, karena tidak tega juga membiarkan Fatimah repot sendirian untuk belanja sambil bawa anak.

"Oke sayang, aku siap-siap dulu iya." lanjut Fatimah merasa senang, karena akhirnya ada waktu bareng Dimas walaupun cuman sebentar selama ditemani belanja.

Fatimah mematikan telefon, untuk siap-siap belanja bahan masakan karena sudah habis semua.

**

Dilain sisi, Chelsea siram tanamannya, karena sudah sore dan waktunya merawat tanamannya sekalian dibersihkan.

"Banyak juga sampahnya iya Nak, tunggu sebentar iya sayang Bunda sapu sampah daun ini sayang." ucap Chelsea yang sapu, halaman belakang rumah dan sesekali melihat anaknya yang anteng duduk di stroller nya sambil mainan.

**

Diana berusaha memaklumi Dimas, yang masih kerja karena setelah rapat langsung ke kantor karena alasannya masih ada pekerjaan.

"Masih jam kerja Diana, tidak boleh egois dan seenaknya, lebih baik sekarang siap-siap untuk masak makan malam bareng ayah di rumah." batin Diana, yang memotivasi dirinya sendiri untuk bisa terima kenyataan dan tidak boleh egois.

"Bunda kok Ayah lama iya! Katanya cuman sebentar kok tidak pulang-pulang sih?" tanya Alia merasa kesal, karena Dimas tidak sampai rumah sampai jam segini.

"Nanti sore Ayah pulang kerja sayang, tunggu saja iya dua jam lagi Ayah sampai rumah sayang." ucap Diana melihat anaknya, berdiri didepan pintu dapur.

"Ayah bohong, katanya habis rapat langsung pulang eh justru ke kantor lagi. Alia benci Ayah, yang selalu kerja terus dan tidak pernah pulang!" teriak Alia sambil nangis, Alia langsung lari meninggalkan dapur menuju kamarnya karena kesal Dimas tidak pulang juga.

"Iya tuhan, kuat kan aku tuhan, menghadapi anak yang merasa kurang kasih sayang dan perhatian sosok Ayah nya yang sibuk kerja dan waktunya lebih banyak bersama istri tua nya." batin Diana merasa sedih, melihat Alia anaknya lari sambil nangis menuju kamarnya, karena sedih ayah nya tidak muncul-muncul.

Diana langsung jalan ke kamar Alia, susul anaknya supaya tidak sedih karena Ayah nya, terlambat untuk pulang ke rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!