Diana melihat Dimas yang masih tidur, Diana tidak tega membangunkan suaminya yang terlelap dalam tidurnya.
"Iya tuhan, andaikan aku menjadi istri sah dan istri pertama pasti merasa bahagia sekali, setiap pagi bangun tidur melihat suami yang masih tidur disamping dan dibangunin sebelum berangkat kerja." batin Diana, Diana ingin sekali Dimas seutuhnya menjadi suaminya, tanpa harus berbabgi suami ke Dewi.
"Selamat pagi sayang, kenapa sudah bangun sayang?" tanya Dimas sambil peluk Diana, yang masih duduk di tempat tidur.
"Pagi juga sayang, Bunda kan selalu bangun pagi sayang." ucap Diana merasa senang, Diana menghadap kearah Dimas.
"Hari ini aku tidak ke kantor sayang, tapi kunjungan kerja dan aku sudah bilang ke Fikri jadi seharian kita bisa jalan-jalan setelah kunjungan kerja. Bunda mau kemana sayang?" tanya Dimas sengaja, tidak masuk kerja supaya bisa ada waktu jalan-jalan sepuasnya.
"Terserah Alia saja sayang, Bunda sih ikut saja sayang." lanjut Diana yang tidak mau, menentukan jalan-jalan kemana.
Diana membiarkan Dimas peluk dirinya sampai puas dan baru siapin sarapan.
**
Dewi bantuin Bunda nya, siram tanaman membuat Dewi merasa senang karena ada temennya untuk merapihkan rumah dan juga ada temen ngobrol.
"Nak apa kamu sering ke kantor? Bunda kangen Nak, ke kantor karena dulu setiap siang ke kantor buat ajak makan siang Ayah dan kadang temani Ayah kerja?" tanya Bunda nya Dewi, yang ingat kenangan temani suaminya kerja.
"Setelah menikah saya tidak pernah ke kantor Bunda, kata Ayah sih tidak tega membuat saya bulak-balik ke kantor dan ganggu waktu istirahat saya." ucap Dewi yang ingat, Dimas tidak pernah ijinkan Dewi ke kantor sama sekali.
"Seharusnya sesekali ke sana Nak, walaupun perusahaan di pegang sepenuhnya oleh Dimas tapi kamu sebagai pemilik perusahaan harus kesana buat lihat keuangan perusahaan dan periksa cctv sayang. Jangan sepenuhnya suami yang pegang." lanjut Bunda nya Dewi, yang ingat ucapan suaminya disaat Dewi menikah minta ibu nya ingat kan Dewi untuk aktif juga bantuin kerjaannya Dimas.
"Bukan bicara seperti ini tidak curiga apapun ke Dimas kan?" tanya Dewi melihat Ibu nya, lagi sapu daun yang berserakan dimana-mana.
"Tidak Nak, tapi sebagai seorang istri tidak harus sepenuhnya dirumah saja tidak kemana-mana. Apa lagi kamu punya tanggung jawab juga, walaupun Dimas suami kamu tapi perusahaan itu punya keluarga jadi kamu punya hak yang sama untuk tetep kerja walaupun tidak sepenuhnya seperti Dimas!" tegas Bundanya Dewi, yang tidak mau anaknya tidak ada aktivitas sama sekali.
"Baik lah Bu, Dewi akan coba membuat desain rumah supaya ada alasan untuk kerja." lanjut Dewi setuju, untuk kerja di kantor walaupun sejujurnya tidak mau melawan apa kata suami tapi saran orang tua memang benar kalo Dewi tidak boleh sepenuhnya meninggalkan tanggung jawab di perusahaan.
**
Fatimah foto anaknya habis mandi ke Dimas, kegiatan pagi yang selalu Fatimah lakukan setelah anaknya mandi.
"Besok ayah pulang, mau dibuatkan apa sayang, anak kita sudah bersih dan wangi loh Ayah." ucap Fatimah, sambil kirim chat ke Dimas supaya suaminya tahu kalo anaknya sudah mandi.
Fatimah simpan handphone nya diatas meja, Fatimah langsung gendong anaknya untuk berjemur di halaman belakang rumah karena didepan rumah banyak ibu-ibu komplek yang lagi beli sayur.
**
Chelsea merasa lega dan bersyukur karena anaknya, sudah mendingan dan boleh pulang oleh Dokter.
"Alhamdulillah Bu, anaknya boleh pulang dan ingat iya Bu AC didalam kamar tidak boleh terlalu dingin karena anaknya tidak bisa dingin." saran Dokter Anak, setelah periksa kondisi anaknya Chelsea.
"Baik Dokter, saya bakal denger saran Dokter dan terimakasih sudah membuat anak saya sembuh." ucap Chelsea merasa bahagia, karena kondisi anaknya stabil dan tidak rewel lagi.
"Ibu pulang sendiri? Mana suami ibu perasaan dari kemarin tidak kesini!" tanya Dokter Anak penasaran, karena dari kemarin Chelsea tidak ada yang temani sama sekali.
"Suami saya kerja Dokter, iya sudah kalo begitu saya permisi dulu." lanjut Chelsea langsung pergi, sambil bawa anaknya.
Chelsea paling kesal dan sedih kalo ada yang tanya, dimana suaminya berada karena Chelsea tidak bisa memaksakan Dimas untuk selalu ada disampingnya.
**
Dimas baca chat yang dikirim Chelsea dan Fatimah, sejujurnya Dimas merasa sedih karena merasa menelantarkan anak dan istri apalagi Chelsea harus merawat sendiri anaknya yang lagi panas tinggi karena tidak kuat dingin.
"Maafkan aku, karena aku kalian harus berjuang sendiri untuk urus anak kita. Sabar iya Fatimah besok aku akan ke rumah karena besok jadwal ke rumah kamu, maafkan aku Chelsea disaat anak sakit aku justru lagi bersama istri ke dua." batin Dimas merasa bersalah, tapi Dimas belum siap mempersatukan ke tiga istrinya di rumah Dewi karena Dimas tidak yakin jika Dewi bisa menerima madunya begitu saja.
"Ayah ini eskrim untuk Ayah." ucap Diana jalan menuju Dimas, yang memilih duduk di kursi dari pada ikut antri beli eskrim.
"Terimakasih Bunda, Setelah ini kalian mau kemana lagi?" tanya Dimas sambil makan, eskrim yang diberikan Diana.
"Naik wahana disini yuk Ayah, soalnya Alia mau naik ini tapi maunya bareng Ayah." ucap Alia yang iri, denger cerita temen-temennya naik wahana di tempat hiburan bareng kedua orang tua terutama Ayah.
"Tentu boleh sayang, yuk kita naik kincir angin." lanjut Dimas langsung berdiri dan gendong Alia, sambil melanjutkan makan eskrim.
Flashback on:
Dimas temani Dewi setelah selesai operasi, kanker rahim yang diderita oleh Dewi selama ini dan membuat Dewi tidak bisa memberikan keturunan sama sekali untuk Dimas.
"Kenapa tidak bilang, kalo kamu mengidap kanker selama ini dan pantas saja kamu tidak bisa memberikan anak sama sekali, lalu bagaimana nasip rumah tangga kita sayang." ucap Dimas dengan lirih, Dimas selama satu tahun berumah tangga bersama Dewi saja sudah terasa hambar tanpa kehadiran anak sama sekali, bagaimana kedepannya masih tidak ada anak.
"Sabar dan ikhlas, tidak semua perempuan mau mengidap penyakit itu kok Pak, anda tidak boleh bicara seperti itu Pak kasihan istri anda jika mendengar ucapan barusan." ucap Dokter spesialis kandungan, yang tiba-tiba datang ke kamar perawatannya Dewi.
"Dokter tolong jagain istri saya sebentar, saya mau menenangkan diri." ucap Dimas yang tidak merespon, ucapan dokter kandungan. Dimas jalan begitu saja meninggalkan Dokter yang terus memperhatikan kepergiaannya Dimas.
"Hampir semua suami yang istrinya, mengidap kanker rahim akan seperti dia semoga rumah tangganya tetep utuh setelah operasi ini." ucap Dokter Kandungan, yang berharap pasiennya tidak megelami perceraian dan tidak depresi setelah sembuh dari operasi.
**
Masih lanjut flashback:
Dimas pertama kalinya minum, didepan mobil meratapi masa depan rumah tangganya. Dimas melihat perempuan, yang kesusahan dorong motornya karena mogok langsung menghampirinya.
"Jam segini tidak ada bengkel yang buka, kamu mau dorong motor kamu sampai rumah?" tanya Dimas yang setengah sadar, karena banyak minum.
"Iya nih, apa lagi handphone saya lobet jadi tidak bisa pesan taxi online." ucap Perempuan didepan Dimas.
"Apa mau saya bantu? Tapi syaratnya cuman temani saya minum saja didepan mobil saya, nanti ada kenalan saya yang datang bantuin motor kamu bagaimana? Tidak usah takut, saya tidak akan melakukan kontak fisik sama sekali ke kamu." tanya Dimas yang mengerti, perempuan didepannya pasti takut menerima tawaran Dimas apa lagi sekarang Dimas setengah sadar.
"Baik lah saya tidak ada pilihan lain, karena sudah sepi dan susah mendapatkan taxi untuk pulang." lanjut Perempuan dengan pasrah, harus menunggu orang bengkel datang karena kenalan orang yang ada didepannya.
Dimas senyum senang mendengarnya, karena perempuan yang mau ditolongnya mau tungguin orang bengkel datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments