BAB 11

Diana merasa lega, akhirnya sampai di rumah juga setelah seharian jalan-jalan sekolah walaupun sedih melihat Alia masih nangis dan tidak kuat sakit kakinya.

"Sementara Alia pakai kursi roda sayang, sabar iya Nak sampai kondisi kaki Alia sembuh total." ucap Diana sambil dorong, kursi rodanya Alia untuk masuk kedalam rumah.

"Iya Bunda, oh iya apa ayah bisa dihubungin? Alia mau cerita ke ayah!" tanya Alia yang sesugukan, setelah nangis dari tadi.

"Belum sayang, mungkin handphone ayah mati Nak, nanti kita telefon iya sebelum tidur." lanjut Diana yang tidak yakin, Dimas bisa dihubungi karena setiap hari susah dihubungi apa lagi takut kalo Dimas lagi bareng Dewi.

"Alia tidak yakin ayah bisa dihubungin Bunda!" lanjut Alia merasa sedih, punya ayah tapi sibuk kerja sampai jarang pulang dan ditelepon pun sulit sekali.

Alia mulai nangis lagi, jika bahas ayah nya yang susah dihubungi dan jarang pulang.

Diana peluk Alia dari belakang, Diana tidak tega melihat anaknya selalu sedih setiap bahas Dimas.

**

Dewi dan Dimas jalan masuk, kedalam kamar hotel yang sudah dipesan oleh Dimas karena Dimas pesan kamar juga untuk Fatimah.

"Sayang aku mandi dulu iya, apa mau berendam bareng?" tanya Dewi sambil taro, paparbage ke atas meja.

"Dek Dewi saja dulu, Mas nanti saja deh soalnya masih capek sekali sayang." ucap Dimas sengaja, karena Dimas mau melihat chat yang dikirim oleh Dewi, Fatimah, dan Chelsea.

"Iya sayang, aku duluan kalo begitu." lanjut Dewi langsung buka ranselnya, untuk ambil baju dan handuk untuk mandi. Dewi langsung jalan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri sebelum tidur.

"Iya ampun, Alia jatuh dari kuda kasiahannya anak ku jatuh disaat aku tidak ada di rumah dan pasti Diana kesulitan untuk mengurus Alia seorang diri. Syukur lah Fatimah sudah dikamar dan mau makan malam lagi demi ASI nya lancar dan banyak nutrisi, Jadi tidak sabar makan kue buatan Chelsea pas pulang. Enaknya punya istri selain Dewi ada yang buatkan kue, walaupun disaat anak sakit atau butuh saya tidak bisa temani menjaga dan merawat jika anak sakit." batin Dimas merasa senang, punya banyak anak dan banyak istri tapi tidak tega saat dapat kamar Alia kecelakaan tidak bisa merawat luka anaknya karena belum waktunya pulang ke rumahnya Dewi.

Dimas balas satu-satu chat yang dikirim istrinya, Dimas berusaha bersikap adil ke istri-istrinya dalam memberikan perhatian dan pemberian nafkah semua istri sama mendapatkan jatah setiap bulannya tapi tentunya jatah untuk Diana, Fatimah, dan Chelsea lebih banyak karena ada anak dibanding Dewi lebih sedikit.

**

Fatimah senyum-senyum senang, baca chat yang dikirim Dimas, Fatimah setelah baca chat dari Dimas langsung ganti baju anaknya sebelum tidur.

"Sayang kita tidur nyenyak iya, karena ada ayah disebelah kita sayang dan tengah malam katanya ayah mau kesini, walaupun sebentar yang penting bisa ketemu ayah." ucap Fatimah yang melihat anaknya, sudah bersih dan siap tidur, Fatimah rela waktu liburan ke ganggu dengan adanya Dewi tapi berusaha tidak ngeluh karena sadar diri resiko menjadi istri ke dua tanpa sepengetahuannya Dewi.

**

Chelsea merasa sedih, disaat Chelse melihat bajunya Dimas yang masih rapih ada didalam lemari baju.

"Masih lama baju ini dipakai ayah, sampai wangi parfumnya sudah hilang." ucap Chelsea merasa sedih, melihat baju yang dipakai cuman dua hari dalam seminggu.

Tanpa terasa air matanya terjun bebas, Chelsea langsung membersihkan wajahnya yang basah karena air mata, Chelsea tidak sanggup menahan rindu ke Dimas yang masih lama pulangnya.

**

Dewi dan Dimas setelah selesai mandi, langsung makan di kursi sambil bahas pekerjaan karena Dewi ada rencana untuk kembali kerja sesuai keinginan kedua orang tuanya.

"Apa alasannya Dek Dewi mau kerja lagi sayang?" tanya Dimas tidak mengerti, kenapa istrinya tiba-tiba mau kerja lagi.

"Aku bosan dirumah saja Mas tidak ada pekerjaan lain, aku ikut kerja lagi iya sayang aku cuman bikin desain bangunan saja diruangan Mas yang penting setiap hari aku ada kegiatan dan waktu itu bersama lebih banyak sayang boleh kan!" bujuk Dewi yang mau kerja lagi, supaya bisa selalu bersama Dimas yang jarang pulang karena selalu ke luar kota.

"Gawat nih! Kalo Dewi ikut kerja juga, tidak akan bisa ketemu dengan Diana, Fatimah, dan Chelsea dong. Karena bakal lebih sulit cari alasan, apa lagi sampai tidak pulang ke rumah bareng?" batin Dimas, Dimas kaget dan kwatir adanya Dewi di kantor membuat Dimas sulit ketemu istri-istrinya dan tidak bisa lagi main bareng anaknya lagi.

"Bukannya aku tidak senang, Bunda kerja lagi sayang, tapi aku lebih suka Dek Dewi jadi ibu rumah tangga biasa sayang. Bunda kan bisa jalan-jalan bareng temen, atau ke rumah orang tua kita sayang, aku tidak mau dianggap suami yang tega membiarkan istri kerja dari pagi sampai sore sayang." bujuk Dimas yang berusaha, yakinin Dewi tetep jadi ibu rumah tangga biasa supaya Dimas bisa bebas pergi ketemu ketiga istrinya.

"Aku bosan Mas, sudah sepuluh tahun aku dirumah saja Mas dan mulai besok aku ikut kerja walaupun pekerjaan aku lebih ringan yang penting tidak dirumah saja!" tegas Dewi tidak mau dibantah, entah kenapa Dewi tidak suka dengan alasan Dimas dan merasa curiga karena suaminya larang Dewi kerja lagi.

Dewi selama ini tidak pernah bantah ucapan Dimas, tapi cuman kali ini saja Dewi tidak mau turutin ucapan Dimas dan mau tetep kerja walaupun cuman membuat desain bangunan saja.

Dimas semakin pusing, mendengar ucapan istrinya yang tetep mau kerja dan Dimas mulai memikirkan nasip istri-istrinya yang akan lebih sulit ditemui karena Dewi ikut kerja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!