Grain memandang orang yang baru saja bergabung dengan mereka. Dia tidak mungkin tidak tahu orang ini. Pria bernama Alex, adalah orang yang telat bergabung dengan pelatihan keprajuritan. Ia baru bergabung kemarin tetapi sudah menjadi buah bibir karena ia nampak seolah-olah berhasil membuat Sir Winson menangis layaknya bayi. Selain itu, pria ini juga ditempatkan di kelompok yang sama dengannya dan Riven. Namun Grain dan Riven belum pernah berbicara dengannya sekalipun bahkan mungkin semua anggota kelompoknya juga belum pernah. Itu karena pria ini selalu memiliki hawa mengintimidasi dan wajahnya yang sangat dingin, tidak memiliki ekspresi.
Hahh ... Andaikan aku lebih cepat.
Sementara Grain mencoba untuk meringankan suasana yang tadinya ramah kini menjadi canggung, Alex memiliki pemikiran berbeda. Alex sedikit menyesal karena ia terlalu lelap tertidur. Sehingga ketika ia pergi untuk makan siang, semua tempat telah penuh jadi ia mau tidak mau harus berbagi tempat dengan orang lain.
"Hahh ...."
Grain melihat Alex menghela napas. Ia pun secara spontan bertanya.
"A-apa ada yang salah?"
Suaranya menjadi sedikit tergagap karena berbicara dengan orang seperti Alex. Namun tidak ada yang menyadarinya.
"Tidak, aku hanya berpikir untuk datang lebih cepat."
"Lebih cepat?" tanya Grain.
Alex untuk pertama kalinya mengangkat pandangannya ke arah Grain dan Riven. Ini untuk pertama kalinya ia menatap keduanya setelah duduk. Tentu saja Grain dan Riven sangat tidak nyaman karena mata orang itu terlihat sangat tajam seolah menusuk kepala keduanya. Alex kemudian melanjutkan penjelasan singkatnya.
"Aku tertidur terlalu lama."
Alex kembali memandang makanannya.
Nani?!
Grain dan Riven berteriak dalam kepala mereka. Ini tentu saja tidak masuk akal. Mereka sudah dipaksa bangun sangat pagi dan mengalami pelatihan keras seharian. Namun orang di depannya mengeluh karena dia tidur terlalu lama. Kemudian sebuah pemikiran muncul di kepala Grain. Ia dengan canggung bertanya kepada Alex.
"Apa kamu tertidur setelah pelatihan?"
"Pelatihan?"
Alex kembali memandangan Grain. Jeda sesaat, Alex kemudian menggelengkan kepalanya dan menjelaskan.
"Tidak, aku tertidur dari malam jadi aku tidak mengikuti pelatihan."
Rahang Grain dan Riven terjatuh karena kaget.
"Bagaimana mungkin?! Apa instruktur tidak menghukummu?!"
Kali ini Riven yang terlebih dahulu tersadar. Ia bertanya sambil berteriak sehingga Alex mengkerutkan keningnya karena tidak nyaman pada ledakan suara tiba-tiba. Namun Riven tidak sadar akan ketidaksopanannya dan terus memandang Alex untuk mengharapkan jawaban.
"Hmm ... aku punya situasi khusus."
Alex secara tersirat menyatakan keistimewaannya kepada keduanya. Tentu ini tidak memiliki korelasi dengan statusnya sebagai anak count. Dia hanya menyatakan bahwa dia cukup istimewa di tempat ini.
Alex tidak cukup naif. Dia tahu, jika dia hanya tetap diam menikmati keistimewaan yang ia miliki dalam beberapa hari lagi, potensi kecemburuan rekannya yang lain akan membengkak dan pada akhirnya mengarahkannya pada jurang pem-bully-an.
Setelah mengatakan itu, dia kembali diam sambil menikmati makanannya. Keheningan terus berlangsung di meja itu sampai mereka semua selesai makan.
♤♤♤
Dia memandang sosok keagungannya di depan matanya sendiri. Sosok yang menjadi simbol kehancuran, maut, dan bencana.
Dia terdiam. Keberanian yang telah lama ia kumpulkan kini menghilang layaknya air di teratai. Kakinya gemetar dan wajahnya membiru saat ia melihat keagungannya.
Dia berusaha mengucapkan sepatah kata. Namun mulutnya tidak dapat terbuka. Di dunia yang gelap ini, hanya dia manusia pertama yang berhasil datang di tempat ini. Ia sang manusia terkuat ... Hercules.
Sheol Rú-Arhamein Eruniroi
Perwujudan maharaja kematian memandang Hercules dalam diam. Ia menatapnya tanpa ekspresi. Ia memandang demigod Hercules yang telah menjadi kebanggaan umat manusia dan menjadi aib bagi Surga.
Sheol bukanlah sosok yang kepo ataupun suka mengganggu urusan orang lain. Namun ia tidak bisa tidak marah ketika makhluk ini mencoba menerobos masuk ke Neraka dan berusaha membunuh Cerberus. Cerberus merupakan anjing raksasa berkepala tiga yang menjaga Neraka. Banyak mitologi yang mengkisahkan makhluk ini.
Manusia kuat, gagah, dan dengan otot-ototnya yang membengkak layaknya balon kini menyusut seperti bayi. Ia bahkan telah lama belutut tidak dapat berdiri menghadapi aura intimidasi Sheol.
Jika bukan permintaan sang God Emperor, Sheol tidak akan mau berurusan dengan makhluk lemah ini. Dia bisa saja membiarkan makhluk ini dibunuh oleh para penjaga neraka. Mereka jelas jauh lebih kuat dari Hercules.
Cukup disayangkan ... Sheol mengakui bahwa manusia ini adalah yang terkuat dari rasnya. Namun sepertinya keunggulannya malah membuat dia menjadi target kecemburuan sehingga ia pun dijebak untuk melaksanakan misi yang mustahil.
"Hercules, son of Zeus."
"T-Tuhanku ...."
Hercules semakin merendah ketika ia mendengar keagungannya mengeluarkan suara. Suara itu sangat dingin dan betul-betul membuat punggungnya menggigil.
"Membunuh anaknya sendiri, menerobos dan membuat kekacauan di neraka, dan berbagai kasus pembunuhan lain. Apa kamu mengakuinya?"
"I-Iya, Tuhanku."
"Apa kamu sadar apa yang akan terjadi padamu?"
Hercules terdiam ketika mendengar itu. Ia jelas tahu nasib yang akan segera ia alami setelah sang kematian sendiri menghampirinya.
"Iya Tuhanku."
"Aku ingin memberikan apa yang kamu pikirkan. Namun God Emperor berusaha melindungimu. Bersyukurlah engkau padanya. Aku akan mengizinkanmu untuk kembali ke alam fana dan tugasmu kunyatakan selesai."
"Segala puji bagi-Mu Tuhanku, sang Maharaja Kematian."
Hercules menangis ketika mendengar pengampunan ilahi itu. Ia bahkan kini bersujud. Sosok yang nantinya menjadi lambang maskulin kini berada pada posisi yang menyedihkan.
"Bangun! Sampai kapan kau mau jadi babi!"
Seseorang berteriak di telinga Alex disertai dengan semburan air dingin.
Alex langsung membelalakkan matanya. Ia memandang seorang instruktur pria yang sedang memarahinya.
Benar ... ini sudah lebih dari waktu yang ia negosiasikan dengan Winson.
Kini ia akan mengikuti sesi pelatihan militer yang sebenarnya.
"Cepat! Bersihkan wajahmu dan berbaris!" Instruktur itu berteriak.
"Baik Pak!"
Beberapa perajurit pemula termasuk Alex menjawab dengan keras. Mereka bangkit dari ranjang masing-masing dan bergegas mengantri ke kamar mandi.
Alex ... perwujudan manusia dari Sheol yang termulia kini akan menghadapi hidup layaknya pion. Dia tidak bisa tidak tertawa ketika ia mengingat kembali ingatannya saat ia bertemu dengan manusia terkuat. Ia tidak sengaja memutar memorinya ketika tertidur. Jika manusia terkuat itu kini tahu apa yang sedang dia alami, apakah orang itu akan tertawa terbahak-bahak sampai mati?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments