Di hamparan tanah luas dengan ditemani cahaya surya yang terang, segerombolan pria gagah perkasa bertelanjang dada berlari rapi layaknya bebek.
"Tu, wa, tu, wa, tu, wa ...."
"Semarakan hari ini."
(sahutan: semarakan hari ini)
"Kita nyanyi ramai-ramai."
(sahutan: Kita nyanyi ramai-ramai."
"Goyang badan, gerak kaki!"
(sahutan: Goyang badan, gerak kaki!)
"Serukan lagu damai!"
(Sahutan: serukan lagu damai!)
Hymne semangat para prajurit gagah perkasa itu menggetarkan bumi dan menyemangati hati. Kulit mereka yang bercahaya akibat keringat yang memantulkan sinar mentari tidak menyurutkan semangat mereka.
Yah ... memang, seperti itulah seharusnya. Mereka adalah calon orang-orang hebat yang berjasa dan menjaga tanah airnya.
Ini adalah barak, tempat para prajurit dilatih dan dibina. Lokasi barak ini berada di pinggiran Kota Fertihall, County of Fertiphile.
Note:
Kalian dapat menerjemahkan bahwa County itu setara dengan provinsi. Artinya, pemimpin dari suatu county yaitu count memiliki posisi setara gubernur.
-Kota Fertihall: Ibukota County of Fertiphile
-County of Fertiphile: salah satu sub-wilayah (provinsi) dari Arthcania Kingdom.
Disiplin militer sangat kentara di sini. Setiap individu dilatih menjadi mandiri dan bertanggungjawab. Tidak ada yang boleh menjadi manusia manja di tempat ini, tidak ada, yah ... tidak ada ... hah ... seharusnya tidak ada ... tapi kenapa ....
"Tidak."
"Apa maksudmu dengan Tidak!?"
"Tidak artinya tidak."
Sir Winson Ignitus Adenburg merupakan seorang kesatria veteran. Terlahir sebagai anak bungsu dari keluarga baron membuat hidupnya sebagai seorang bangsawan tidaklah mulus. Ia memutuskan untuk lepas dari dunia politik dan masuk ke dunia militer pada usia 15 tahun. Selama itu, ia dididik menjadi seorang ahli tempur dan strategi di Akademi Militer Kerajaan.
Selama masa aktifnya, ia telah beberapa kali ikut dalam pertempuran dan mendapat banyak medali. Ia telah pensiun pada usia ke-56 tahun akibat kondisi pernapasannya. Walaupun demikian, ia masih tetap aktif membantu dunia militer dengan menjadi seorang mentor di barak milik Count of Fertiphile. Ia telah banyak menerima bantuan dari count sebelumnya, sehingga dengan membantu pelatihan prajurit wilayah, ia berharap dapat membalas budi. Tidak dirasa, hampir 8 tahun ia menjadi mentor. Selama itu berbagai jenis manusia ia temui dan ia didik. Memang ada beberapa yang nakal dan sulit diatur tetapi pada akhirnya mereka akan menurut juga. Yahh ... kecuali yang satu ini.
Bocah sialan ini yang terus saja mengomel tentang tidur siang dan terus menentang ucapan Wilson. Wilson sebagai seorang mentor hanya menyuruh anak ini untuk melakukan sedikit latihan pedang dan olahraga ringan. Namun dia terus saja menolak.
"Dengar! Di tempat ini tidak ada perbedaan status! Mau kau itu bangsawan atau siapa, kau harus menuruti perintah atasanmu!" teriak Winson.
Winson memelototi Alex. Namun bukannya mundur, Alex justru memoloti balik.
"Dengar Pak tua, aku mau tidur siang dan aku tidak mau memegang pedang."
A-Anak keparat!
Muka Winson sudah sangat memerah. Dia ingin mencabik-cabik anak ini. Namun ia menahannya.
"Hah ... Nak. Kamu di sini itu untuk berlatih menjadi prajurit yang tangguh. Kalau kamu ingin tidur, maka tidurlah di rumahmu."
Namun Winson tidak menduga respon Alex. Anak itu tidak menolak sama sekali, justru ia mengangguk.
"Kamu benar Pak Tua. Baiklah, kalau begitu aku akan tidur di rumahku. Kamu bisa mengatakan ke Ayahku bahwa aku sudah lulus dari pelatihan militer. Kalau begitu aku pamit."
Alex memutar badannya dan hendak pergi. Namun Winson bergegas sadar dan menarik kerah anak itu.
"Hei ... hei ... tunggu sebentar, little ****."
Astaga ... apa yang dipikirkan anak ini.
Winson bukannya tidak tahu. Kedatangan Alex di tempat ini dikarenakan perintah Count Harol. Ia juga tahu bahwa bocah ini sangat bermasalah. Namun ketika ia melihat secara langsung, bocah ini bukannya bermasalah, tapi bocah ini sebuah bencana.
Oke ... aku akan mengalah untuk satu hari saja. Lagipula ini hari pertamanya.
"Nak, aku akan mentolerirmu hari ini. Baiklah, bagaimana kalau kamu memutari lapangan sebanyak 3 kali saja."
Umumnya, para prajurit pemula akan memutari lapangan sebanyak lima sampai delapan kali putaran. Lapangannya memang cukup luas, bahkan tiga putaran sudah menguras tenaga.
"Tidak."
"Dua putaran?"
"Tidak."
"Satu putaran?"
"Tidak."
"Jadi berapa putaran anying!"
Winson berteriak marah. Kini ia merasa semakin tua.
Alex menghayati pertanyaan itu. Dia memegang dagunya seolah berpikir.
"Aku akan memutari lapangan ini sebanyak sepuluh kali."
"Apa?!"
Winson tidak menduga jawaban Alex. Bukannya mengurangi, anak itu malah menambah track-nya? Apakah bocah ini seorang masokis? Itulah yang dipikirkan Winson.
"Namun ada syaratnya."
"Syarat?"
"Ya, selama seminggu, aku tidak akan mengikuti pelatihan apa pun kecuali olahraga, aku bisa tidur siang, tidak ada yang membangunkanku terlalu pagi dan makananku dua kali lebih banyak."
"Tidak! Tidak! Itu jelas tidak akan kuterima."
Winson menggelengkan kepalanya.
"Kerugianmu."
Alex kembali memutar haluan dan bergegas pergi.
"Woi woi, tunggu sebentar. Sehari. Baiklah, baiklah aku akan mengabulkan permintaanmu selama sehari."
"Lima hari," tawar Alex.
"Tiga hari! Tidak ada lagi tawar-menawar."
Winson seolah pasrah. Bagaimana mungkin dirinya, seorang mentor profesional dan bertangan dingin kini berakhir menjadi seseorang yang tawar-menawar dengan bocah 15 tahun seolah dia penjual ikan di pasar.
Alex dengan bangganya berjalan menuju lapangan. Ia adalah seorang pemenang.
Baiklah, aku belum pernah memakai tubuh ini untuk aktivitas berat. Hmm ... seberapa lama tubuh ini akan bertahan? Tunggu! Apa aku pernah olahraga sebelumnya?
Sepanjang hidupnya, Alex tidak pernah olahraga. Ia akan selalu di kamar atau tidur di halaman. Bahkan ketika Ia menjadi Archdeus, Alex alias Sheol tidak pernah melakukan aktivitas fisik berat. Ini karena dia sebagai archdeus dapat melakukan apa pun layaknya membalikan telapak tangan.
Alex merasa ini adalah sesuatu yang baru. Dia juga penasaran kenapa banyak makhluk yang menyukai olahraga tetapi di satu sisi bukannya itu justru membuat mereka lelah. Bukannya aneh menyukai sesuatu yang justru membuat seseorang kelelahan?
Alex tidak pernah melakukan pemanasan sehingga ia tidak tahu. Ia langsung berlari mengitari lapangan.
"Woi! Lakukan persiapan dulu!"
Winson berteriak, tetapi Alex tidak mendengar.
Dasar anak bodoh.
Winson menganggap bahwa bocah itu nantinya akan cedera dan menangis tak karuan layaknya bayi.
Yah ... kita lihat saja sampai mana kesombongannya.
♤♤♤
"Hei ... ini sudah putaran keberapa?"
"Putaran kelima."
"Huh tiga lagi."
Dua calon prajurit muda sedang becakap-cakap. Mereka dan beberapa kumpulan prajurit muda lain sedang mengitari lapangan.
Salah seorang dari prajurit itu melihat sosok yang berlari. Sosok itu bukan dari kelompok mereka, bahkan bukan dari kelompok manapun. Ini aneh, seharusnya setiap prajurit muda akan selalu berlatih pada kelompoknya masing-masing.
Apa dia ketinggalan?
Sosok itu semakin dekat dan menunjukkan bahwa ia adalah sesosok pria putih dengan wajah tampan tapi tanpa ekspresi. Matanya mengarah tajam, ia tidak melirik kanan-kiri.
Aku belum pernah melihat orang sepesolek dia di sini.
Prajurit itu jelas terkejut. Pria yang berlari solo itu memiliki kulit mulus dan putih. Terlihat tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Ini jelas mustahil. Seharusnya di sini semua orang pasti setidaknya memiliki kapalan atau kulit mereka sedikit gelap dan kusam akibat terkena cahaya sang surya.
Apa dia anak baru?
Walau sempat kebingungan, prajurit itu akhirnya melepas perhatiannya pada sosok pria aneh itu.
Prajurit itu kembali fokus berlari hingga akhirnya track kelompoknya pun selesai dan mereka pergi beristirahat.
Lah? Dia masih berlari?
Jika prajurit itu menghitung putaran dari pria itu, dia telah memutari lapangan sebanyak lebih dari delapan kali.
"Apa dia dihukum?" gumamnya.
"Hei ada bro?"
Teman dari prajurit itu memanggilnya.
"Tidak ada. Lihat pria yang berlari di sana," ucap prajurit itu sambil menunjuk dengan jari telunjuk.
"Astaga! Lihat wajahnya biru gitu! Apa dia dihukum?!"
"Entahlah ...."
Ketika kedua prajurit itu mengobrol, mereka terkejut mendengar teriakan seseorang.
"Woi! Bocah! Sudah cukup! Astaga dia gila!"
Kedua orang itu melihat ke sumber suara.
"*Sir *Winson?!"
Kedua orang itu tidak pernah menduga. Orang sepenting Winson ada di tempat ini. Beliau seharusnya ada di tempat pelatihan tempur, bukan di lapangan.
Terlebih lagi wajah Winson terlihat kacau. Itu membuat tidak hanya kedua orang itu, tetapi para prajurit lain yang melihatnya menjadi bertanya-tanya.
Winson tidak pernah segugup ini. Awalnya ia hanya menyetujui proposal Alex karena hanya ingin memberi bocah itu hukuman. Ia bahkan meragukan bocah manja itu dapat mengambil empat putaran.
Namun sekarang adalah putaran kesembilan, bahkan kecepatan lari bocah itu tidak berkurang. Namun ....
Ini berbahaya!
Winson melihat wajah Alex dari kejauhan. Walaupun begitu, mata seorang veteran tidak dapat dianggap enteng.
Wajah Alex sudah sangat biru layaknya seseorang yang mati tenggelam.
Winson takut jika bocah itu justru mati konyol gara-gara serangan jantung.
"Astaga bocah! Baik! Baik! Aku menyerah! Tolong hentikan! Sudah cukup, oke kamu bisa berhenti sekarang!"
Winson panik. Jika ada sesuatu yang buruk terjadi, apa respon dari sang count. Walaupun Alex adalah anak yang mengecewakan keluarga, setidaknya count masih memiliki harapan bahwa anak itu akan berubah.
"Ini gila! Woi siapapun! Cepat tangkap anak itu. Jangan biarkan dia mati di sini!"
"Baik!"
Perintah count tertuju pada dua prajurit yang secara kebetulan juga memperhatikan Alex dengan intens. Mereka berdua bergegas berlari mengejar Alex.
Adapun Alex, ia hanya fokus berlari dan menghitung putarannya.
Satu putaran lagi ....
Astaga! Kenapa pak tua itu berteriak-teriak di sana.
Alex kesal melihat Winson yang berteriak. Tak lama ia melihat dua orang yang mengejarnya.
"Woi berhenti!" teriak keduanya.
Ada apa ini? Kenapa Pak tua itu menyuruh dua orang ini mengejarku? Ah jadi begitu, dia pasti takut aku memenangkan pertaruhan ini. Dasar kakek tua curang!
Alex kesal melihat ketidakjujuran lawan duelnya. Ia pun bergegas mempercepat larinya. Namun semakin ia mempercepat larinya, semakin ia mendengar teriakan Winson dan para pengejarnya semakin kuat.
Akhirnya, ia pun menyelesaikan sepuluh putaran. Ia pun menemui Winson.
Aneh, kenapa aku tidak merasa lelah? Apa tubuh ini sekuat ini sebelumnya?
Walaupun Alex saat ini berada pada tubuh manusia, tetapi mental dan ruhnya masihlah seorang archdeus. Itu sebabnya tubuh dan jiwa tidaklah sinkron. Tubuh Alex telah lama berteriak untuk berhenti, itu terlihat dari wajahnya yang biru, suhu tubuhnya amat panas, denyutan di sekitar kakinya, hingga napasnya yang meronta-ronta. Namun Alex tidak merasakan kelelahan yang signifikan.
Adapun Winson, ia malah menangis layaknya bayi.
Ada apa dengan Pak Tua ini? Apa karena dia pikun makanya dia berpikir kalau dia balita?
Semenjak itu, baru hari pertama Alex bargabung di barak, ia telah menjadi seseorang yang hangat dibicarakan. Bahkan Winson pun merevisi anggapannya terhadap Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments