"Tuan ... tuan?"
Alex terbangun oleh panggilan seseorang. Ia perlahan membuka matanya. Di depannya, seorang anak laki-laki seusianya berdiri kaku. Rambut silver-nya yang disisir rapi dan jas hitam membuat kesan yang sangat formal.
"Justin, ada apa?"
Alex mengucek matanya yang masih berat. Menatap anak bernama Justin itu.
"Tuan, Anda sudah tidur terlalu lama. Hari sudah mulai gelap."
Alex memandang langit sore. Ia kemudian kembali memutar perhatiannya kepada Justin.
"Justin, aku mau kue!"
"Baik Tuan."
Seolah sudah terbiasa, Justin hanya mengangguk.
"Super manis!" ucap Alex
"...."
♤♤♤
Keduanya berjalan di lorong. Alex hendak ke kamarnya untuk menunggu kue tetapi Justin mengatakan sesuatu.
"Tuan, Nyonya Clara ini berbicara dengan Anda."
"Kenapa?"
Alex menjawab dengan ketus. Ia tidak punya perasaan bahwa manusia yang melahirkannya di dunia ini layak disebut ibu. Bagaimanapun wanita itu hanyalah makhluk rendahan. Bagi Alex, tidak-, tetapi bagi seluruh archdeus sebutan ibu adalah sesuatu yang amat berat dan berharga. Faktanya, archdeus bukanlah eksistensi awal. Terdapat eksistensi lain yang lebih tua dan para archdeus mengenal salah satu dari mereka sebagai sang ibu. Sayangnya eksistensi tertua itu telah tiada.
"Dia ingin berbicara dengan Anda."
"Aku sibuk."
"...."
Justin tahu, jika seluruh gelandangan di dunia ini berkumpul. Orang yang paling menganggur adalah Alex. Bagaimana orang seperti itu memiliki kesibukan? Namun tetap saja, ia adalah tuan yang ia layani, tidak baik memberinya sumpah serapah.
"Tuan, beliau ingin berbicara dengan Anda. Sudah lama Anda tidak pernah mengunjungi beliau. Saya takut beliau akan sangat sedih jika Anda tidak segera mengunjunginya."
"Umph!"
Alex mengembungkan pipinya. Mungkin karena tubuhnya yang masih anak-anak, itu secara tidak langsung menyebabkan beberapa gerak tidak sadar yang menunjukkan dia masihlah bocah.
"Saya akan menambahkan lebih banyak kue!"
"Hmm ...."
"Ditambah manisan!"
"Hmm ...."
"Dan saya tidak akan mengganggu tidur siang Anda selama tiga hari!"
"Dimana ibu?" tanya Alex dengan serius.
♤♤♤
Clara memandang anak lelaki yang duduk di depannya. Ia adalah anaknya satu-satunya, Alex. Saat ini Alex dan dia sedang makan beberapa cemilan di kamarnya. Selama bermenit-menit hanya bunyi kunyahan makanan yang terdengar. Tidak ada yang membuka percakapan. Clara tersenyum tipis melihat anaknya yang super pemalu ini. Walaupun dunia meremehkan Alex, tapi Clara tahu bahwa Alex itu hanya sedikit malu. Ia berbakat!
"Bagaimana makanannya?" tanya Clara.
"Enak."
"Apa ada yang masih kamu mau?"
"Tidak."
"Apa uang jajanmu cukup?"
"Ya."
Clara hanya bisa tersenyum pahit dan urat di kepalanya sedikit menonjol.
Tenang, ia hanya malu. Yaahhh benar, hanya malu.
"Alex ...."
"Hmm ...."
Clara manarik napas. Alasan dia memanggil Alex tidak hanya karena dia rindu tetapi ada masalah yang lebih serius.
"Apa kamu mau ikut pelatihan pedang?"
Suara sendok jatuh terdengar cukup keras.
Alex tiba-tiba berdiri. Ia memandang ibunya dengan dingin.
"TIDAK."
Untuk sesaat, Clara menjadi gugup. Namun ia tidak boleh mundur saat ini. Dia harus memperjuangkan masa depan anaknya. Kalau tidak ....
"Ini hanya pelatihan untuk anak-anak. Jangan khawatir, banyak anak dari para prajurit di sana. Kamu nanti akan punya banyak teman."
"Tidak perlu. Terimakasih makanannya."
Seolah percakapan selesai, Alex memutar badannya. Ia kemudian keluar dari kamar meninggalkan Clara yang hanya terdiam.
Clara mengelus-elus dadanya. Matanya lembab. Alex kecilnya masih tidak mau berbaur dengan dunia luar. Ia sadar kalau tugasnya sebagai seorang ibu masih panjang.
Alex berjalan menuju ke kamarnya. Di sepanjang jalan ia hanya mengeluh sambil mengkerutkan dahinya.
Mengikuti pelatihan? Yang benar saja! Kalian menyuruhku untuk belajar menggunakan pedang? Aku? Seorang Archdeus! Heh ... memalukan, sungguh memalukan.
Ego Alex sebagai eksistensi teragung otomatis menolak hal itu. Selain itu, ada variabel lain.
Aku ini lagi liburan! Yahhh ... aku tidak mau berurusan sama pedang, perang, atau apalah!
Alex terus menggerutu. Di belakangnya, Justin mengikuti. Sejak awal, Justin sudah menunggu Alex di pintu kamar Clara. Ketika Alex tiba-tiba membuka pintu dan pergi, Justin mengikutinya. Sejak awal, Alex adalah seseorang yang hemat kata-kata. Sehingga Justin terbiasa dengan diamnya Alex. Namun Justin memiliki firasat bahwa mood tuannya ini terlihat sedikit buruk.
"Tuan, apa Anda membutuhkan sesuatu?"
"Tidak. Justin, aku akan pergi kamar. Aku tidak ingin diganggu."
"Baik!"
Justin mengigil di sekujur tubuhnya akibat mendengar suara Alex yang sangat dingin. Di sepanjang perjalanan, mereka hanya diam hingga Alex pergi ke kamarnya.
Paginya, Justin mengetuk pintu kamar Alex dan berusaha membangunkannya.
"Tuan, waktunya bangun. Tolong jangan tidur lagi."
Berkali-kali ia berteriak, tetapi tidak ada respon. Justin hanya bisa menarik napas pasrah. Selama ia sebagai pelayanan Alex, selama itu pula ia harus menahan emosinya. Justin sebagai pelayan utama Alex diberikan keistimewaan dari Clara untuk memegang kunci cadangan kamar Alex. Ini dibutuhkan jika ada kasus seperti ini.
Perlahan Justin membuka pintu kamar.
"...."
Justin memandang gulungan selimut di atas kasur yang menyerupai ulat bulu raksasa. Jika bukan beberapa helai rambut yang mencuat keluar, tidak akan ada yang tahu di mana letak kepala Alex.
"Tuan, Anda harus bangun!"
Ulat raksasa menggeliat seolah mengatakan, 'bahkan jika hari ini kiamat, aku tidak akan bangun!'
Dengan segala upaya dan usaha dari Justin akhirnya Alex berhasil bangun. Setelah bangun dan mandi, Alex dibantu dengan dua pelayan wanita memakai pakaian bangsawannya. Ia pun keluar kamar menuju ruang makan di lantai satu.
Ditemani Justin, Alex sampai di ruang makan. Justin menarik kursi untuk mempersilahkan Alex duduk. Di ruangan ini, Alex lah satu-satunya orang yang duduk. Ada beberapa pelayan tetapi tidak ada satupun bagian keluarganya yang datang.
Setiap harinya Alex akan selalu menjadi orang pertama yang datang di ruang makan. Ini disebabkan karena posisinya yang sulit, ia mungkin sudah berada di ujung tombak sebagai anak yang akan diusir. Apabila dia terlambat datang, ada kemungkinan kedua adiknya akan menghinanya dengan berkata, bahkan kakakku tersayang sampai lupa sarapan karena semakin sibuknya.
Di atas meja, makanan-makanan telah tersedia dengan sangat rapi. Alex makan dalam diam. Sekitar lima menit kemudian anak termuda dan kedua datang. Anak termuda bernama Hazel Tredric Fertiphile dan kedua yaitu Jared Alger Fertiphile.
"Hoh kakak, kamu sepertinya bersemangat hari ini," ucap Jared.
"Untukmu juga."
"Aku harap semangat makanmu itu tertular pada kemampuan berpedangmu pula."
Jared tersenyum mengejek. Dia memandang Alex, seolah kakaknya itu hanyalah aib keluarga. Alex tidak memerdulikannya. Walaupun Jared baru berumur 14 tahun, tetapi posisinya jauh lebih kuat daripada Alex. Ia sudah bertunangan dengan seorang putri dari seorang duke. Bagaimanapun dia adalah anak yang paling berpotensi untuk mendapat warisan count.
Jared tidak bisa menahan senyum tentang seberapa mudahnya ia akan mendapat gelar dan warisan orang tuanya. Kakak tertuanya tidak bisa dianggap sebagai lawan yang layak dan saat ini adik kecilnya, Hazel masihlah bocah yang polos. Jared tergolong orang yang jenius di antara seumurannya. Bahkan ibunya lebih mendukungnya daripada Hazel.
Kakakku yang bodoh dan ibunya yang malang. Setelah aku mendapat gelar count, aku akan membantu kalian. Kalian tidak akan tidur di jalanan. Aku akan menjadikan kalian sebagai orang yang merawat kuda-kudaku.
Sementara Alex tidak memerdulikan pandangan mengejek dari Jared. Ia hanya fokus makan. Seolah semua ini hanya rutinitas biasa. Adapun Hazel, ia walaupun belum terlalu mengerti, ia selalu mendapat doktrin dari ibunya bahwa Alex adalah sampah di rumah. Sehingga ia pun memutuskan untuk tidak ingin seperti kakak tertuanya. Bahkan ada beberapa keadaan dimana Hazel merasa simpati tetapi di waktu bersamaan ia merasa terhibur melihat penghinaan terhadap Alex.
Keduanya pun duduk bersebrangan dari Alex. Mereka makan dengan tenang dan satu per satu anggota keluarga lain pun datang. Kecuali Clara, anggota keluarga lain menganggap Alex tidak ada bahkan mereka menolak untuk melihatnya.
Note:
Gw kadang lupa nge-italic kata/istilah asing, jadi mohon dimaklumi ya. Biasanya gw akan meng-italic suatu kalimat apabila itu adalah monolog dari suatu karakter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments