Grain dan Riven akhinya dapat leluasa melepas penat yang setiap hari rutin mereka alami. Sambil memakan makan siang mereka dengan lahap, mereka juga asik mengobrol. Siang ini menu makanan mereka adalah roti tawar yang berisi daging cincang dan beberapa jenis sayuran. Ini lebih baik daripada memakan kentang tiap hari. Selain mereka, para prajurit pemula lain juga duduk dan menikmati makanan mereka dan cara masing-masing. Hari ini mereka membalas dendam dengan makan banyak setelah seharian melaksanakan pelatihan layaknya di Neraka. Pelatihan ini terasa lebih melelahkan dari biasanya.
"Hah ... sial, kenapa kita harus bertemu dengan Instruktur Morel!"
"Sial, pinggangku sakit."
Para prajurit baru itu berbisik satu sama lain tentang penindasan yang dilakukan oleh sang instruktur killer, Morel. Para kelompok yang mengalami penindasan sang instruktur dengan semangat menceritakan kedukaan mereka tentang segala kekejaman orang itu dalam pelatihan, sementara kelompok lain yang masih belum pernah mengalaminya hanya bisa merinding dan terhipnotis dengan segala cerita yang ada.
Grain memandang seluruh sisi, sepertinya para prajurit pemula membicarakan topik yang sama. Hal itu membuat dia tidak dapat melupakan pelatihan yang beru saja ia alami. Ia melihat pergelangan tangannya. Walaupun cukup gelap karena terbiasa terkena sinar matahari, tetapi hari ini kulitnya betul-betul terasa terbakar.
"Aku harap bisa segera lulus."
Grain hanya bisa memberikan pengharapan itu segera. Walaupun belum setahun ia menjadi prajurit pemula, ia merasa telah sangat tidak betah berada di sini. Jika bukan karena kondisi ekonomi dan keamanan keluarganya, ia pasti lebih memilih menjadi seorang petani. Terutama ia sangat sial, desa tempat tinggalnya dipimpin oleh seorang baron brengsek. Bangsawan itu kerap kali merampas hasil panen dan memberikan pajak tanah yang amat tinggi bagi orang-orang desa. Bahkan warga yang tidak dapat membayar pajak akan mendapat sanksi dari penyitaan aset hingga perbudakan. Secara eksplisit kerajaan memberikan perlindungan perbudakan terhadap warga negara, tetapi implisitnya undang-undang tersebut masih memberikan ruang bagi bangsawan untuk memperbudak warga negara dengan dalil efesiensi dan efektivitas produksi. Itu sebabnya ia memutuskan menjadi seorang prajurit, terutama prajurit count. Sebab bangsawan besar seperti Count of Fertiphile memiliki kekuatan dalam melindungi prajurit ataupun keluarga prajurit dari bangsawan lain.
Riven hanya mengangguk mendengar komplain temannya. Berbeda dengan Grain, Riven memiliki latar belakang keluarga yang lebih kuat. Ayahnya seorang sarjana dari ibukota dan ibunya berasal dari keluarga pedagang kaya. Alasan dia memilih menjadi prajurit adalah karena ia sangat membenci hal-hal akademik. Sehingga ia memutuskan untuk memanfaatkan kemampuan fisiknya sebagai seorang prajurit.
"Kamu tahu, aku berencana untuk pindah ke kota."
Grain mulai menceritakan kisah hidupnya tinggal di desa kepada Riven. Walaupun temannya ini berulang kali mendengarkan kisah yang sama, tetapi Riven adalah orang yang selalu diam mendengarkan kisah orang lain. Itu membuat Grain puas dan selalu membagi kisah hidupnya.
Riven tidak terlau peduli dengan kisah ini. Dia sudah tahu latar belakang kehidupan keluarga Grain yang susah di desa. Namun dia tidak ingin temannya malu karena tidak dapat balasan.
"Kenapa kamu ingin pindah?"
"Hahh ... setiap hari aku selalu memikirkan kedua orang tuaku dan saudaraku-saudaraku. Memikirkan mereka hidup di bawah tirani bangsawan brengsek itu, aku betul-betul ingin memindahkan mereka."
"Tapi apa kamu sudah dapat tempatnya?"
Grain menggelengkan kepalanya. Ia hanyalah prajurit pemula, selain itu bila ia memindahkan seluruh keluarganya ke kota, maka mata pencaharian mereka sebagai petani akan terputus. Grain masih belum mampu membiayai beban kehidupan seluruh keluarganya saat ini.
"Sebaiknya kamu pikirkan lebih baik dulu. Kalau aku boleh jujur, mereka mungkin bisa saja mati karena disiksa oleh lordland, tapi mereka juga bisa mati kelaparan jika tinggal di kota," ucap Riven.
"Yeahh ... itu sebabnya aku berpikir untuk melayani tuan count, tapi aku rasa akan terlalu lama bagi kita untuk lulus sebagai prajurit reguler. Itu sebabnya jika memungkinkan, aku ingin segera melayani bangsawan lain, tidak masalah walaupun lebih rendah. Jika aku menunjukkan nilaiku, mungkin dia akan memberikanku upah yang layak atau bahkan memodali keluargaku."
Grain memberi senyum pahit. Ini cukup aneh mengingat dia sangat membenci bangsawan di desanya tetapi meminta perlindungan dari bangsawan lain. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsawan di negara ini adalah orang-orang yang tidak menerima egaliter dalam kehidupan sosial, terutama jika itu disangkutpautkan dengan rakyat jelata. Sehingga tidak aneh bagi para bangsawan untuk memberikan tindakan tidak berkemanusiaan kepada rakyatnya. Itulah sebabnya, seorang bangsawan seperi Count Harol yang menghormati pelayannya dan juga memberi kelonggaran kepada rakyatnya adalah kasus yang sangat jarang.
"Aku tidak menyalahkanmu jika kamu ingin menjadi seorang penjilat, tetapi apa kamu punya koneksi dengan orang tingkat atas? Bagaimanapun kita hanya dapat keluar dari tempat ini di hari Minggu."
Riven menjawab dengan acuh tak acuh sambil tetap melahap rotinya. Kemudian ia mengambil cangkirnya dan meminum air di dalam. Kemudian dia tiba-tiba teringat sesuatu.
"Ahh ... aku ingat. Bukannya di angkatan kita ada anak bangsawan?"
"Benarkah?"
Given terkejut dengan berita yang tidak terduga ini. Baginya, barak county mungkin adalah tempat yang menjadi impian sebagian rakyat jelata tetapi tidak bagi bangsawan. Kebanyakan bangsawan akan lebih memilih masuk ke akademi militer di ibukota.
"Yeaah ... kalau aku tidak salah dia itu anak seorang bangsawan baru. Yah ... dia anak dari seorang baronet." ucap Riven sambil menyipitkan matanya karena mencoba mengingat sesuatu.
"Sungguh?! Waw bukankah itu sangat jarang?!" teriak Grain.
Mencapai kelas bangsawan apabila ia hanyalah seorang rakyat jelata jelas adalah mimpi. Namun ada beberapa kasus di mana status seorang jelata dapat naik menjadi bangsawan walaupun tingkat rendah. Biasanya itu disebabkan oleh bakatnya, prestasi, ataupun kemampuan orang tersebut dalam mendapat peluang mujur.
"Yaa ... anak itu ada di kelompok neverland."
Sudah mejadi tradisi turun-temurun di mana setiap anak baru akan dipisah menjadi beberapa kelompok dan biasanya akan diberi nama dengan tema kusus. Kebetulan angkatan ini temanya adalah 'tanah' sehingga semua nama kelompok memiliki kata 'land'. Terdapat tujuh kelompok pada angkatan ini yang rata setiap kelompok terdiri dari 30 orang. Kelompok-kelompok tersebut adalah redland, blueland, greenland, iceland, holyland, neverland, dan grassland. Kedua orang ini berada di kelompok greenland sehingga Grain sangat senang karena ia tahu kamar untuk kelompok neverland tidak jauh dari kamar kelompok mereka. Grain tidak sabar untuk mencoba membangun hubungan pertemanan dengan anak baronet itu. Ia kemudian membuka mulutnya untuk bertanya nama anak itu kepada Riven. Namun suara nampan yang diletakkan di meja mereka membuat fokus mereka teralihkan.
Awalnya mereka melihat nampan yang berisi roti dan cangkir. Kemudian perlahan pandangan mereka naik ke atas memandangi wajah orang yang meletakkan nampan itu di meja.
"Boleh aku duduk?"
Alex bertanya kepada dua orang pemula yang hanya diam memandanginya. Namun kedua orang itu tidak segera menjawab. Alex bingung, seharusnya jika seseorang bertanya bukankah seharusnya akan mendapat respon. Yahh ... jika dapat kondisi normal itu adalah hal wajar. Namun sepertinya Alex melupakan sesuatu, yaitu adab. Sebelum Alex bertanya, dia telah lebih dulu meletakkan nampan makanannya di meja berpenghuni tanpa izin. Kemudian ekspresi acuh tak acuhnya dalam bertanya menambah ketidaksenangan itu. Selain itu, penampilannya yang terkesan pesolek, kulit putih, tangan tanpa kapalan, dan wajah yang seperti diukir oleh Praxiteles jelas membuat seseorang dengan kelamin yang sama merasa kesal karena iri.
Note:
(Praxiteles: nama seorang pematung asal Yunani Kuno pada masa Helenistik).
Bagaimanapun juga, Sheol yang merupakan perwujudan ilahiyah Alex tidak pernah melakukan hal-hal remeh seperti nilai dan norma. Itu bukan berarti dia tidak tahu, tetapi Sheol sebagai eksistensi termulia sendiri bukanlah entitas yang mampu diikat oleh aturan fana seperti itu. Justru dia bahkan sebenarnya mampu membengkokkan nilai dan norma sosial seperti membalikkan telapak tangan. Ia sering melakukannya ketika ia mengatur teritorinya yakni Underworld dan Empty karena Sheol memang terkenal sebagai archdeus yang sering melakukan intervensi terhadap alam yang ia kuasai tetapi ia jarang melakukan itu pada dunia fana.
Alex masih belum sadar akan keberadaan norma masyarakat yang ada apalagi dengan pandangannya ketika melihat makhluk mortal. Ketidakpekaan Alex dapat dibuktikan ketika ia bahkan tidak dapat melihat perbedaan signifikan antara wanita berpayudara dan seorang wanita bunting. Ia bahkan bertanya-tanya kenapa ketertarikan seksual pria akan lebih memilih hal pertama daripada yang kedua. Bukannya keduanya sama-sama gumpalan daging besar? Walaupun ia harus mengakui bahwa manusia adalah ciptaan yang paling menyerupai mereka (archdeus), ia sama sekali tidak pernah berpikir mereka sama. Jika ia membuat perbandingan dengan contohnya adalah antara dua makhluk fana, maka archdeus diwakilkan sebagai manusia, sementara manusia diwakilkan sebagai simpanse.
"Ada apa? Apa kalian tidak mengizinkannya?"
Alex kembali bertanya. Hal itu membuat Grain dan Riven yang sempat memandangnya dengan intens tiba-tiba merasa menggigil di punggung.
Gila! Apa dia akan memukul kita?
Apa-apaan ini? dia membuatku merinding.
Jujur, Alex tidak memiliki maksud apa pun. Jika mereka tidak mengizinkan Alex duduk, maka ia hanya akan pergi dan mencari tempat lain. Namun karena wajah dan tingginya yang betul-betul mengitimidasi walaupun ia tidak memiliki otot besar membuat orang yang mendengarnya akan salah paham dan menduga bahwa Alex adalah seorang tiran.
"T-tentu ... silahkan duduk."
Untunglah salah satu dari kedua orang itu mempersilahkannya duduk. Jika tidak, Alex akan bingung dan malu karena tidak mendapat respon seolah ia menjadi babu yang tidak digubris keberadaannya. Alex pun duduk dengan senang hati, tetapi ketika ia melakukan gerakan untuk duduk, Grain dan Riven tidak dapat melakukan apa pun kecuali terdiam dengan mata melebar. Mereka tidak pernah melihat seseorang duduk dengan sangat bermartabat dan memancarkan semacam perasaan penguasa sebesar ini seolah mereka sedang berada di meja yang sama dengan seorang raja atau imam.
Yah ... sebenarnya itu adalah hal normal ketika orang pertama kali melihat Alex. Namun pandangan itu akan layu seiring mereka mengetahui jati diri Alex yang sesungguhnya tidak lebih dari sampah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments