Kabar Bahagia VS Sedih

"Apa ini?" tanya Tasya sambil membolak-balikkan sesuatu yang ada di tangannya.

"Ke-kembalikan obatku, Tasya! Aku ingin pulang, pati Arav sudah menungguku di depan rumah sakit. Aku tidak bisa lama-lama, atau Arav akan---"

"Obat apa ini? Sepertinya aku tidak asing dengan obat seperti ini. Jangan bilang kamu ...."

Tasya menghentikan perkataannya ketika menyadari akan sesuatu. Namun, dengan cepat Darra merebutnya dan kembali memasuki obat miliknya ke tas dalam keadaan tergesa-gesa.

"A-aku harus pulang sekarang, Arav pasti sudah menjemputku di depan rumah sakit. Nanti kapan-kapan kita akan selesaikan masalah ini, aku pamit. Permisi!"

Baru Darra melangkahkan kedua kaki meninggalkan sang sahabat di rooftop, tiba-tiba Tasya menarik lengan sahabatnya dan membuat dia langsung menatap wajahnya.

Tangan Tasya langsung mencekram kuat rahang hingga mulut Darra membuat dia sedikit mendongak ke atas dengan kedua air mata yang sudah kembali menetes.

"Itu pasti obat milik lu, 'kan? Itu tandanya setiap bulan lu pasti datang ke sini untuk cek up, jadi kalo lu gak ikuti perintah gue sekarang juga. Maka dengan mudahnya gue bisa habisin lu hanya dengan kedua tangan gue dan gue juga bisa menghancurkan karier Arav sekejap mata. Namun, jika lu mau selamat maka pergilah yang jauh dari hadapan gue tanpa memberitahu soal ini kepada Arav. Lepaskan dia jika lu masih sayang dengan nyawa lu, atau lu akan kehilangan semuanya untuk selamanya!"

Ancaman yang Tasya berikan mempu membuat Darra menjadi dilema. Tanpa harus mengatakan apa pun, sudah pasti sang sahabat itu sudah tahu obat apa yang sedang dikomsumsi olehnya.

Berat rasanya Darra harus berharapan dengan dua pilihan yang sangat berarti di dalam hidupnya. Namun, saat ini dia tidak dapat melakukan apa-apa dikarenakan kondisi tubuhnya yang semakin lemah.

Hanya karena Tasya mengetahui obat tersebut, kini Darra harus benar-benar meninggalkan sang kekasih. Semua tidak ada pilihan lain karena dia ingin menyelamatkan hidupnya dari Tasya yang tidak pernah main-main akan ancaman tersebut.

"Baiklah, aku akan meninggalkan Arav demi hidupku! Tapi, ingat baik-baik, Sya. Sekeras apa pun kamu berencana mengancamku untuk menjauhi Arav, apabila Tuhan telah menakdirkan kami untuk bersama suatu saat nanti aku dan Arav pasti akan kembali bersatu. Ingat janjiku, kelak akan ada yang merebut Arav kembali, tetapi itu bukanlah diriku! Sekarang kamu menang, cuma nanti. Aku pastikan apa yang sudah kamu lakukan hari ini padaku semua akan terbongkar dengan sendirinya!"

Tasya hanya membalas perkataan Darra dengan cibiran yang berhasil membuat sang sahabat menatap penuh amarah. Semua ini dilakukan bukan berarti Darra tidak sanggup merebut kembali cintanya. Melainkan, dia harus segera pergi untuk menuntaskan sesuatu dan akan kembali sesuai janjinya.

Mungkin untuk sekarang, mengalah adalah jalan satu-satunya untuk Darra dikarenakan tidak akan mampu melawan Tasya. Apa lagi dalam kondisi tubuh yang tidak sesehat biasanya, untung saja Darra memiliki tabungan untuk biaya hidup di suatu negara.

Sampai akhirnya Darra harus menyiapkan semua keberangkatan sebaik mungkin tanpa sepengetahuan Arav. Sementara Tasya merasa senang, ternyata Tuhan masih berpihak padanya. Hanya dengan menemukan obat tersebut dia mampu mengancam sang sahabat sampai tidak berkutik.

Darra pergi meninggalkan rumah sakit, di mana Arav sudah menunggunya. Wajah wanita itu terlihat sangat bahagia untuk menutupi luka yang teramat dalam. Kemungkinan besar, hari ini adalah hati terakhir dia bisa melihat wajah sang kekasih.

Setelah itu, Darra tidak akan dapat melihatnya kembali semua ini demi kesehatan dirinya. Mungkin apa yang diktakan Tasya benar, ini adalah sebagian kecil dari karma yang sudah diterima karena tanpa semua orang ketahui ternyata wanita tersebut memiliki sebuah penyakit yang harus segera di tangani oleh dokter sebelum kehilangan semua hidupnya.

...💜💜💜...

Seharian ini Darra sengaja membuat Arav merasa senang, hingga lupa bahwa hari ini adalah hari terakhir mereka bersama. Air mata sang wanita menetes membuat sang pria merasa bingung, tetapi bukan Darra namanya apabila dia tidak sanggup membuat sang kekasih kembali percaya bahwa itu merupakan tangisan kebahagiaan.

Keesokan harinya, tepat jam 7 lewat. Arav sudah berangkat ke kantor, sedangkan Darra segera bersiap-siap untuk keberangkatakan pesawat yang jam 12 siang. Tidak lupa dia pun pergi ke rumah orang tuanya untuk meminta izin bahwa dia telah dipindahkan kerja oleh atasannya.

Akan tetapi, kenyataannya tidak. Semenjak hubungan mereka diketahui, Darra sudah tidak bekerja di perusahaan sang atasan. Dia telah mengundurkan diri demi kenyamanan hubungan mereka dari Tasya. Namun, keluarga wanita itu tidak mengetahui semua kejadian ini.

Setelah Darra naik ke dalam pesawat, air matanya kembali menetes karena sebentar lagi dia akan meninggalkan semua orang yang disayangnya. Baik keluarga ataupun Arav, sang kekasih.

Bu, Dek, Sayang, maafkan aku ... Aku harus pergi meninggalkan kalian demi menyelamatkan nyawa yang ada di dalam perutku ini. Aku tidak mau dia terluka hanya karena ancaman Tasya. Saat ini aku tidak berdaya untuk melawan dia karena fokusku hanya untuk bayiku ini! Aku janji, jika aku sudah sembuh dan berhasil melahirkan bayi ini. Aku akan kembali pada kalian, semoga kalian masih ingat denganku. Seandainya pada waktu itu dokter tidak memberitahu tentang penyakit kista yang akan membahayakan nyawa anakku ini, mungkin aku akan tetap mempertahankan cintaku. Namun, aku tidak bisa. Lebih baik aku kehilangan Arav, dari pada aku harus kehilangan anakku. Doakan aku, Ibu, Dek. Semoga aku bisa melewati penyakit ini dengan penuh semangat. Aku janji, aku akan sembuh dan membawa pulang cucu Ibu, maafin Darra, Bu. Darra belum bisa menjadi anak Ibu yang baik dan tidak bisa memberikan contoh baik untuk kamu, Dek. Sekali lagi maafin Darra ... Darra pamit, sampai bertemu kembali semuanya!

Darra berbicara di dalam hatinya ketika tidak sanggup memberitahu tetang kabar menyedihkan dan membahagiakan itu. Satu sisi dia telah mengandung anak Arav, satu sisi lagi dia harus fokus untuk penyembuhan penyakit kista yang kelak akan membahayakan nyawa sang anak.

Harapan dan doa Darra saat ini, semoga apa yang memang sudah Tuhan tetapkan untuknya akan kembali padanya. Akan tetapi, jika tidak maka dia hanya akan meminta selamatkan nyawa sang anak yang ada di dalam kandungannya ini.

Tak lama pesawat pun take off meninggalkan bandaran dalam keadaan Darra harus melepaskan semua kenangan indah bersama mereka dan memulai hidup baru untuk fokus menyelamatkan sang anak.

Tidak peduli, Arav akan mencarinya atau tidak. Terpenting, dia harus menyelamatkan cinta yang tersisa dari Arav di dalam perut yang kelak akan menjadi bukti perjuangan cinta bukan hanya sekedar memiliki orang tersebut. Akan tetapi, juga mempertahankan, bertanggung jawab, dan berani menerima resiko atas apa yang sudah mereka perbuat sehingga malaikat tak bersalah tumbuh menjadi bagian hidup Darra.

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!