Hancurnya Hati Arav

Semua terdiam membuat Tasya semakin geram, hingga dia sedikit menggebrak meja makan hingga mengejutkan Arav dan Darra yang sedang melamun.

"Rav, Dar, jawab! Apakah kalian di belakangku seling---"

Arav langsung berdiri, kemudian menenangkan sang istri sambil memintanya untuk duduk supaya suasana tidak semakin panas. Dia berjanji akan menjelaskan maksud dari semua yang sudah diucapkan tadi.

"Duduklah, aku akan jawab semua pertanyaanmu. Ini tidak seperti apa yang kamu katakan. Percayalah, aku bilang begitu karena aku---"

"Aku apa, hahh? Kamu sama Darra selingkuh, 'kan?" tanya Tasya, wajahnya terlihat begitu marah membuat Darra tidak mampu berkata apa-apa selain diam.

Arav duduk menyerongkan badannya menghadap ke arah Tasya, kemudian memegang kedua tangan sambil mengelus secara perlahan. Melihat suasana itu, membuat hati Darra terasa sakit ketika harus berada di tengah-tengah cinta mereka.

Menjadi duri di dalam daging sangatlah menyakitkan, tetapi ini semua bukan keinginan Darra. Hanya saja, takdir yang menggiring mereka terikat di dalam sebuah hubungan terlarang.

Apa yang ingin kamu katakan pada istrimu, Rav? Semua yang Tasya bilang itu benar, jadi aku mohon, cukup. Jangan lagi-lagi meracuni pikiran dia, kasihan Tasya. Sumpah, aku gak kuat melihat penderitaan dari sorot matanya. Baru juga kamu salah menyebut namaku dia sudah semarah ini, bagamana jika Tasya mengetahui hubungan kita yang sudah terlalu jauh ini? Sudah pasti Tasya akan sangat membenciku, tapi gapapa. Aku terima semua konsekuensinya, asalkan rumah tangga kalian bisa kembali pulih aku ikhlas melepaskanmu, Rav. Aku ikhlas!

Darra menundukkan kepalanya sekilas, lalu menghapus air mata yang jatuh. Setelah itu, dia kembali sedikit mengulas senyum kecil untuk menatap mereka. Meski hatinya terasa sakit, semua memang sudah resiko wanita itu lantaran telah berusaha merebut suami orang.

"Tenang, Sayang. Kamu itu hanya salah paham, sekarang dengerin aku, ya. Apa kamu masih ingat pertama kali kita makan bareng sama Darra kamu bilang panggilan masa kecil dia itu Rara dan makanan yang tidak dia suka itu udang karena Darra punya alergi. Cuma, kenapa kamu malah memberikannya? Apa kamu lupa? Sudah jelas loh, waktu itu kamu yang kasih tahu aku tentang Darra, masa iya, lupa, hem?"

Perkataan sang suami membuat Tasya terdiam menatap Darra yang hanya mengukirkan senyuman kecil. Mata Arav beralih melihat sang kekasih dengan penuh cinta.

Aku tahu, pasti hatimu sangat sakit melihat ini. Cuma, maaf. Aku masih menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan semua ini. Di saat waktu itu sudah pas, aku janji kita akan bersama selamanya tanpa ada yang menganggu!

Suara hati Arav langsung menyentuh hati Darra. Walaupun sang kekasih mengatakan semua melalui batin, tetap saja sang wanita mampu membacanya dari sorot mata pria uang dia cintai.

Perlahan tangan Arav satunya mengode di bawah meja makan untuk menggenggam tangan Darra. Entah mengapa, setiap kali wanita itu menatap mata atau mendapatkan perlakuan lembut dari sang pria selalu mampu membuat hatinya kembali luluh.

Jika begini, bagaimana Darra mampu mengakhiri hubungannya sebelum semua terlambat? Entahlah, semua masih menjadi puzzel yang sulit untuk diselesaikan.

"Emang aku pernah ngomong gitu, ya?" tanya Tasya, bingung. Arav dan Darra mengangguk kecil pertanda bahwa dia memang mengatakan semua yang suaminya bicarakan.

"Astaga ... Maaf, maafkan aku Sayang, maafkan aku, Dar. Ya ampun, aku sampai menuduh kalian. Sekali lagi maaf, ya. Aku cuma takut kalo sampai kalian ada hubungan, cuma awas ya, kalo kalian macem-macem. Aku akan pastikan hidup kalian akan menderita!"

Ancaman dari Tasya mampu membuat pegangan tangan Darra dan Arav langsung terlepas begitu saja. Wajah panik, mulai menyelimuti mereka apalagi wanita yang sudah merebut sang suami.

"Hihi ... Santai, Dar. Aku bercanda kok, hihi .... Lagian wanita baik sepertimu masa iya, mau sama suami orang. Bosmu juga pasti maulah sama kamu, jadi jangan rebut suamiku ya, atau kita akan perang dunia hihi ....."

Tasya tertawa kecil membuat Darra dan Arav ikut tertawa akibat rasa canggung. Walaupun senam jantung, mereka berdua tetap pandai bermain sandiwara.

Selang beberapa menit mereka kembali meneruskan makan malamnya, sesekali Arav mencuri pandang terhadap ke arah kasih tercinta ketika sedang mengobrol dengan Tasya.

Selesai makan, Tasya kembali berbicara dengan Darra. Arav hanya menyimak obrolan dua wanita itu, di mana kakinya kembali jahil mengelus pelan kaki wanitanya membuat Darra refleks terkejut.

Untung saja Tasya tidak curiga, sehingga mereka kembali meneruskan pembicaraan yang sedikit tertunda, sesekali mata Darra bermain untuk memberikan kode. Namun, semua sia-sia. Bukannya Arav menyudahi semua permainan, malah dia kembali meneruskan membuat sang kekasih menjadi kesal sedikit ketakutan.

Di dalam hati Arav tertawa lepas setelaj melihat wajah sang kekasih yang mulai panik. Sampai akhirnya, Darra mencubit pinggang sang pria membuatnya sedikit meringis mencoba menahan semua rasa sakit dan geli.

Keanehan sang suami membuat Tasya bingung. Dia langsung bertanya ada apa dengannya, tetapi Arav cuma menjawab perutnya sedikit sakit akibat kekenangan. Sang istri percaya begitu saja karena permainan mereka cukup rapi tanpa meninggalkan jejak.

Jam terus berputar tak terasa sudah memasuki pukul 10 malam lewat sedikit. Darra langsung berpamitan pada mereka untuk segera pulang karena takut kemalaman jalan pasti akan semakin sepi dan rawan untuknya.

Darra langsung memesan grab mobil, dalam waktu 15 menit akhirnya mobil datang. Dia naik ke dalam mobil, lalu membuka kaca setengah dan melambaikan tangan. Di mana tatapannya hanya terfokus pada samg kekasih.

...💜💜💜...

3 hari berlalu, Arav dan rekan kerjanya baru saja selesai melakukan meeting bersama kolega bisnis di sebuah restoran besar. Selepas mereka pergi, Arav meminta pada sang sekretaris dan asisten pribadinya untuk kembali ke perusahaan terlebih dahulu. Sementara dia, akan ada urusan lain di luar kerjaan. Tanpa bertanya apa pun, mereka berpamitan dan pergi meninggalkan Arav seorang diri di dalam restoran.

Huhh, kamu ke mana sih, By? Dari tadi ponsel gak aktif, apa sesuatu terjadi padanya? Akhh, sumpah. Rasanya aku gak tenang kalau belum bertemu dengannya. Lebih baik, sekarang aku ke kantornya dulu, deh. Terakhir dia bilang lagi sibuk, tapi kenapa sampai ponselnya mati? Mencurigakan. Dahlah, dari pada pikiranku gak tenang, mending aku segera ke sana!

Arav berbicara di dalam hati, lalu memasukan kembali ponsel ke dalam saku jas. Baru juga dia berdiri ternyata matanya langsung disuguhkan oleh pemandangan yang sangat indah.

Di mana seseorang masuk ke dalam restoran penuh canda tawa bersama pria lain membuat hatinya terbakar. Ingin rasanya Arav memberikan hadiah indah kepada pria tersebut, tetapi tidak jadi. Sebisa mungkin dia berusah menahan emosi supaya dapat mengetahui siapa pria yang bersamanya.

Jadi, ini yang dia bilang sibuk? Sibuk sama pria lain gitu maksudnya, iya! Benar-benar tidak bisa dibiarkan. Kenapa kamu tega membohongiku hanya demi dia? Hahh, keterlaluan!

Hati Arav merasa dikhianati oleh seseorang yang dia cintai. Pemandangan itu membuatnya tidak berkedip sama sekali, kedua bola mata mulai memerah dipenuhi amarah yang menyelimuti hati. Siapakah yang berhasil menghancurkan hati Arav?

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!