Kedua mata mereka terbuka lebar ketika terkejut melihat seorang anak kecil datang berlari ke atas rooftop dan berhenti melihat kemesraan itu. Entah, Darra harus merasa senang atau tidak karena rahasianya masih aman terkendali.
"Loh, loh, ehhh ... Kalian kenapa pada main di sini, ayo, ikut Om ke bawah, yuk! Di sini bahaya loh, jangan main ke sini lagi, ya. Janji?"
Arav langsung mendekati anak kecil itu yang ternyata sedang bermain kejar-kejaran bersama sahabatnya. Untuk menjaga rahasia mereka, pria tersebut segera menggiring anak-anak turun dari rooftop dan memberikan beberapa pesan supaya mereka tidak bermain di tempat bahaya seperti ini.
Hanya selang beberapa menit saja, Arav kembali naik ke atas rooftop setelah menyaksikan semuanya aman. Dia berjalan medekati Darra menghapus sisa air matanya dan menggenggam kedua tangan, sesekali menciumnya secara bergantian.
"By, dengarkan aku, ya. Semua ini bukan salah kamu, tapi salah diriku. Aku yang memulai semuanya dan aku juga yang membuatmu terjebak di dalam situasi ini. Berarti orang jahat yang kamu maksud itu bukan dirimu, tetapi aku sendiri. Paham?"
"Tidak, aku, Rav. Aku yang jahat, bukan kamu. Aku yang udah---"
Jari telunjuk Arav menempel di bibir Darra, lalu dia menggelengkan kepala berulang kali pertanda kalau pria itu tidak ingin mendengar perkataan sang kekasih.
"Kamu sudah cukup banyak berbicara, Sayang. Sekarang, gantian aku yang berbicara, oke?"
Arav menatap lekat wajah kekasihnya yang terlihat penuh ketakutan, dilema, dan kegelisahan. Ya, memang semua itu wajar karena hubungan mereka yang terlarang, tetapi Arav tetap tidak ingin hubungan ini kandas sampai kapan pun.
"Aku paham, kamu pasti merasa sangat bersalah sama istriku, aku ngerti. Aku juga merasakan hal seperti itu, tapi mau gimana lagi, By? Seandainya Tasya tidak mengabaikanku dan melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik, mungkin aku tidak akan merasakan kesepian. Kamu bayangi aja, setiap hari dia selalu pulang larut malam kadang dalam keadaan mabuk, kadang dalam keadaan kelelahan. Di hari libur pun dia memilih menyibukkan diri dengan berbelanja atau ngumpul sama teman-teman model lainnya. Namin, di saat aku berangkat kerja apakah dia menyiapkan semuanya untukku? Tidak, Darra, tidak! Hubungan yang aku dan Tasya jalani hanya sekedar status di buku nikah dan KTP, selebihnya tidak ada!"
Darra mendengarkan semua keluhan Arav dengan menatap wajah yang mulai berubah. Awalnya pria tersebut terlihat tenang, tetapi sekarang tidak lagi.
"1 tahun pernikahan aku masih bisa merasakan kehangatan tubuhnya, kasih sayang bahkan manjanya dia ketika tidak ingin jauh dariku. Namun, tahun kedua semua perlahan mulai berubah ketika aku mengizinkan dia terjun ke dalam dunia permodelan kelas atas. Semua aku lakuin demi kebahagian dia yang ingin sekali dikenal oleh banyak orang melalui televisi, majalah, atau apa pun itu. Dia juga berjanji akan menjalani dua peran sekaligus, tanpa mengabaikanku. Tapi, mana? Ya, aku tahu setiap kali aku meminta jatah dia tidak pernah menolak. Selelah apa pun, dia tetap melayaniku dengan sangat baik aku akui itu. Namun, apakah setiap suami hanya butuh sentuhan? Tidak, Sayang. Jika aku cuma butuh semua itu lebih baik aku hidup sendiri dan jajan sepuasnya di luar, daripada aku harus terikat hubungan yang rasanya sama seperti sendiri!"
Tatapan Arav kepada Darra sangatlah mendalam, membuat sang kekasih tidak sanggup mendengar jauh lebih mendalam bagaimana kondisi pernikahan mereka. Dia mampu merasakan betapa sakitnya menjadi Arav ketika butuh perhatian dari sang istri, tetapi diabaikan. Cuma, semua itu tetap tidak membenarkan hubungan mereka. Salah tetaplah salah.
"Jika memang aku harus memilih, lebih baik aku menceraikan Tasya daripada aku harus kehilangan wanita baik sepertimu! Tidak peduli berapa banyak pasang mata yang menatapku buruk, tetap pilihanku jatuh pada dirimu. Aku tidak takut bangkrut ketika semua media sosial mengumumi keburukanku, asalkan satu. Aku tidak ingin kehilanganmu! Kalau sampai aku kehilanganmu, lebih baik aku sendiri seumur hidupku. Akan aku tutup semua pintu supaya tidak ada satu wanita pun yang masuk, kecuali dirimu! Jadi, aku mohon sama kamu, Sayang. Please ... Jangan tinggalin aku, aku tidak mau kehilanganmu, aku mohon!"
Arav langsung memeluk Darra, meneteskan air mata membuat sang kekasih semakin berat untuk menyudahi semua hubungan mereka. Inilah yang membuat Darra benci pada dirinya sendiri. Hanya dengan melihat pria tersebut menangis atau memohon, maka hati yang sudah bertekad untuk mengakhiri kembali menjadi bimbang.
Pada akhirnya, mereka kembali baikan dan Darra tidak jadi memutuskan hubungannya demi sang kekasih. Dia tidak ingin melihat Arav bersedih, apalagi kebahagiaan sang pria berada ditangannya.
Mereka kembali tersenyum dan meninggalkan rooftop secara bergantian agar tidak meninggalkan jejak. Selepas itu Arav kembali mendekati sang istri yang sedang duduk sambil memainkan ponsel.
"Astaga, Sayang! Kok, lama banget dari kamar mandinya, aku baru selesai pemotretan loh, tadi juga ada beberapa model terkenal datang, cuma mereka udah pulang. Terus juga---"
"Perutku sakit, Sya. Jadi, maaf kalo lama dari toiletnya." Arav tersenyum kecil menatap istrinya dan duduk tepat di sampingnya.
"Oh, gitu. Sayang sekali ya, padahal tadi mereka mau foto sama kamu juga, tapi kamu malah sakit. Ya, udah deh, kapan-kapan aja. Gimana kalo kita dansa aja, yuk?"
Tasya tersenyum, lalu mengedipkan mata kepada sang suami. Arav hanya tersenyum menganggukan kepala membuat Tasya langsung memeluknya begitu erat.
"Aaa ... Makasih, Sayang. Tambah sayang sama kamu, deh."
Ini yang aku bingungin dari kamu, Sya. Satu sisi aku paham cintamu sayanglah besar, jauh lebih besar dari Darra. Namun, sikapmu yang hanya ingin dimengerti membuatku mulai lelah. Setiap hubungan kekasih saja masih bisa kandas apabila tidak ada perhatian ataupun pengertian dari salah satu pasangan. Lantas, bagaimana dengan hubungan kita? Kamu sudah terlalu jauh untuk aku gapai, Sya. Apakah semua ini harus segera aku akhiri? Tapi, bagaimana dengan hatimu. Apakah aku sanggup mematahkan satu hati di antara kalian dan membuat persahabatan kalian hancur? Tapi, aku juga gak bisa membohongi diriku sendiri jika cinta yang dulu aku miliki untukmu kini telah pudar seiring perubahan pada rumah tangga kita. Maafkan aku, Sya. Aku sudah mengkhianati cinta suci kita. Hanya saja, aku lebih nyaman dengan Darra. Dia wanita yang bisa memberikanku semuanya tanpa aku minta.
Seperti itulah isi hati Arav saat ini ketika melihat sang istri memeluk sambil mencium bibirnya di depan semua para tamu. Pria itu hanya menikmati sedikit membalas membuat seseorang di dekatnya cemburu.
"Ekhem ...." Seseorang berdehem membuat Tasya dan Arav menghentikan semua itu sambil berdiri sedikit merapikan baju akibat salah tingkah.
"E,ehh ... Darra, astaga aku kira siapa," ucap Tasya pipinya merona.
"Lain kali kalo mau buka warung di dalam ya, kasihan masih banyak para tamu nanti yang ada kalian live streaming lagi hihi ...."
Melihat Darra tertawa seperti itu, Arav bisa merasakan bahwa wanita kesayangannya sedang menahan rasa sakit demi terlihat baik-baik saja di hadapan mereka.
"Akhh, bisa aja. Oh, ya, kamu mau ke mana? Udah makannya? Apa mau aku suruh bungkusin, takutnya di rumah kelaperan gak ada makanan, hem?" tanya Tasya membuat Arav langsung menyenggol lengannya.
"Jaga ucapanmu, Sya. Dia sahabatmu, jangan melukai hatinya!" sahut Arav.
"Ihh, gapapa, kok. Aku tahu, dia cuma bercanda. Aku pulang dulu ya, dahh ...." Darra tersenyum menatap kekasihnya yang sekarang bersandiwara menjadi suami sahabatnya. Kemudian, pergi melambaikan tangan yang dibalas oleh Tasya sambil tersenyum.
...💜💜💜...
Keesokan hari, tepat pukul 7 malam Darra datang ke rumah seseorang dengan keadaan wajah tersenyum. Penampilan wanita itu begitu anggun membuat penghuni rumah yang menyambutnya merasa takjub.
Tasya langsung mengajak suami dan sahabatnya untuk makan malam bersama. Mereka duduk di kursi masing-masing, di mana Arav duduk di kursi utama ditemani oleh kedua wanita yang duduk di sisi kanan dan kirinya.
Awalnya semua baik-baik saja, mereka makan dengan tenang. Namun, saat Tasya mengambil satu lauk yang paling enak untuk Darra tiba-tiba saja sesuatu terjadi.
"Sumpah, Dar, ini udang enak banget. Pokoknya sekarang kamu harus cobain biar tahu rasanya, ini semua aku pesan di restoran bintang 5 dan yang masak koki terbaik. Dijamin, rasanya gak kaleng-kaleng!"
Tasya sedikit berdiri mengambilkan udang bakar yang berada di dekat sang suami untuk menaruh di atas piring sahabatnya. Namun, dengan cepat Arav melakukan kesalahan yang membuat sang istri menjadi curiga.
"Stop, Sya. By, gak bisa makan udang!" ucap Arav penuh ketegasan membuat Tasya yang mau menaruh udang tersebut di piring Darra menjadi tidak jadi.
Darra melototkan matanya menatap Arav, begitu juga sang istri yang terkejut atas perkataan sang suami. Seakan-akan Arav jauh lebih mengenal wanita itu daripada dirinya.
"Apa tadi kamu bilang, Sayang? By, gak bisa makan udang? Apa maksudnya? Dari mana kamu tahu kalo Darra tidak suka udang? Terus, kenapa juga nama Darra diganti menjadi By? Apa jangan-jangan By itu Baby? Jika iy, itu artinya kalian berdua di belakangku ...."
Tasya menggantungkan perkataannya, menaruh udang itu kembali dan menatap satu persatu wajah mereka yang terlihat tegang. Arav menggerutu di dalam hati atas kecerobohannya, sementara Darra bingung harus menjawab apa supaya mengalihkan pikiran sahabatnya.
Apakah mereka mampu meluruskan semua kesalah pahaman itu? Atau, Tasya harus mengetahui hubungan gelap mereka berdua di belakangnya saat ini juga?
...*...
...*...
...*...
...💜>Bersambung<💜...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments