Bertemu Tasya Kembali

"Permisi, Tuan. Maaf menganggu, saya ingin mengantarkan makan siang dan obat untuk Nyonya Darra. Semua ini harus segra di minum supaya rasa nyeri dan linu di tubuhnya segera membaik. Boleh saya masuk?"

Arav langsung menganggukan kepala mempersilakan suater masuk ke dalam untuk menaruh makanan untuk Darra. Di mana hati pria itu merasa tenang karena bukan mantan istrinya yang datang.

Selepas itu, suster kembali ke tempatnya dan Arav perlahan menyuapini Darra makan siang sampah habis tak tersisa. Selepas itu dia tertidur dalam keadaan tenang dengan wajah yang sedikit lecet.

...💜💜💜...

Beberapa hari, Darra telah dinyatakan sehat oleh dokter dan kondisinya benar-benat telah membaik. Sehingga dia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah dengan bekal obat yang cukup lumayan banyak.

"Apa kita akan kembali ke Apartemen itu?" tanya Darra, wajahnya terlihat sedikit takut.

"Tidak, Sayang. Kita akan pergi ke rumah kita yang baru. Kamu tenang aja, aku tidak akan membiarkan Tasya menyakitimu kembali. Percayalah, calon suamimu ini akan selalu menjagamu sampai kapan pun," jawab Arav menggenggam tangan Darra sesekali menciumnya sambil menyentir mobil.

Darra merasa begitu senang, akhirnya mereka tidak bersembunyi seperti biasa untuk menghindari Tasya. Namun, ada sedikit keraguan di hati Darra saat melihat wajah Arav.

Ingin sekali Darra membicarakan tentang sesuatu padanya, tetapi tidak jadi. Beban pikiran Arav sudah sangat banyak, jika ditambahin kembali pasti dia akan langsung jatuh sakit. Sehingga, sebisa mungkin Darra menelan semua itu seorang diri dan akan menceritakan semuanya nanti setelah hubungan mereka kembali membaik.

...💜💜💜...

Hari terus berlalu, membuat Darra semakin bahagia karena diperlakukan spesial terhadap kekasihnya ini. Hanya saja dia merasa sedih karena tidak menemani Arav pergi ke persidangan yang pertama.

Semua itu demi menjaga keselamatan Darra dari amukan Tasya yang sewaktu-waktu kembali mengamuk ketika melihat wajah wanita yang sudah merebut sang suami.

Darra hanya mengikuti semua perintah Arav selagi itu yang terbaik untuk kebahagiaan mereka. Namun, siapa sangka. Di saat dia sedang cek up tentang kesehatan yang diajurkan oleh dokter malah bertemu dengan Tasya tanpa disengaja.

"Aduh, ma-maaf, Mbak. Saya tidak sengaja, sekali lagi ma ... Ta-tasya?"

Mata Darra membelalak akibat terkejut saat melihat wanita yang sedang berusaha dihindarinya. Wanita itu sebenarnya tidak takut dengan Tasya, tetapi dia lebih menjaga hubungan mereka supaya kebencian yang ada di dalam hati sahabatnya tidak semakin dalam. Namun, apa daya. Tuhan malah menakdirkan mereka kembali bertemu dengan suasana yang seperti ini.

"Astaga, sahabatku. Ya ampun, ketemu lagi kita, aduhh ... Kangen deh," ucap Tasya spontans memeluk Darra membuatnya terdiam mematung ketika mendengar bisikan ma*ut dari sahabatnya tersebut.

Jangan coba-coba menghindar dari gue, atau gue akan membuat hidup lu menderita! Ingat, gue udah lama cari lu bahkan sampai ke kantor lu, tapi lu ternyata udah risegn. Kenapa? Lu takut sama gue? Takut gue bun*nuh gitu? Dasar pelakor! Ikut gue sekarang kalo masih sayang sama nyawa lu!

Darra tidak tahu harus menjawab apa selain mengikuti perintah dari Tasya. Mungkin ini kesempatan mereka berbicara berdua untuk menyelesaikan masalah, walaupun carabya sedikit ekstream. Cuma, tidak ada cara lain. Semakin wanita itu berusah menghindar, maka Tasya akan semakin menjadi-jadi menyimpan dendam terhadap sahabatnya itu.

Mereka berdua pergi ke arah rooftop rumah sakit. Wajah Darra sedikit takut, tetapi dia terus berusaha tetap tenang menyikap keadaan seperti ini. Intinya wanita itu harus menghadapi masalah dengan kepala dingin supaya semua masalah tidak akn semakin berlarut-larut.

Sesampainya di rooftop. Tasya langsung berdiri tepat di depan Darra, lalu menamparnya dengan memberikan tatapan yang penuh amarah.

"Udah puas, lu ngehancurin rumah tangga gue, hahh? Udah puas!" pekik Tasya.

Darra yang tadinya memegangi pipi, kini mencoba untuk meraih tangan Tasya, tetapi naas wanita itu menangkis tangan sahabatnya lantaran merasa jijik disentuh oleh pelakor sepertinya.

"Jangan pernah sentuh gue dengan tubuh lu itu yang kotor, ngerti lu!" bentak Tasya.

"Aku tahu, Sya. Aku bukan sahabat yang baik buat kamu, aku minta maaf jika telah menyakiti hatimu. Jujur, aku memang mencintai Arav, cuma aku beberapa kali sudah berusaha menghindar dan meminta Arav untuk memperbaiki hubungan kalian. Hanya saja, Arav tidak mau. Dia selalu bilang ingin terus bersamaku, terus aku bisa apa? Aku gak bisa apa-apa, Sya. Satu sisi kita saling mencintai, satu sisu aku juga tidak ingin pertemanan kita berubah menjadi kebencian. Maka dari itu, maafin aku ... Aku rela melakukan apa pun, asalkan aku mendapatkan maaf darimu. Tidak apa-apa jika kitabtidak bisa berteman kembali, setidaknya kita tidak akan bermusuhan."

Tasya tersenyum remeh menatap Darra. Wanita itu mudah sekali meminta maaf setelah apa yang sudah dilakukan sangatlah perih menusuk hati.

Ingin rasanya Tasya mendorong Darra hingga jatuh dari rooftop, hanya saja dia tidak ingin hidupnya berakhir di dalam penjara begitu saja.

"Semua udah basi! Sampai ma*ti pun gue gak akan pernah memaafkan bahkan melupakan apa yang sudah lu lakuin pada rumah tangga gue. Lihat aja nanti, suatu saat nanti lu akan mendapat balasan setimpal dan gue pastikan hidup lu akan jauh lebih menderita dari gue. Jika rumah tangga gue sama Arav berakhir, gue pastikan tidak ada satu cewek pun yang akan berhasil memiliki Arav. Ngerti lu!"

Adel memohon dengan posisi berlutut di hadapan Tasya dengan air mata yang terus berlinang. Wanita tersebut tidak ada rasa malu sedikit pun untuk mengakui semua kesalahannya sampai berulang kali meminta maaf pada sang sahabat karena telah menyakiti hatinya.

Akan tetapi, Tasya tidak peduli. Dia malah berjongkok dan menjambak keras rambut samoai kepalanya mendongak ke atas menahan rasa sakit. Di tambah sepatu heels miliknya menginjak tangan Darra hingga membuatnya memekik keras.

"Lu ingat baik-baik, sampai kapan pun gue gak akan sudi merestui hubungan kalian berdua! Setiap kebahagiaan yang kalian rasakan merupakan sumbangan dari air mata gue yang akan terus mengalir deras sebagai bayang-bayang mimpi buruk kalian. Gue akan pastikan hidup kalian tidak akan pernah tenang, sebelum lu kembalikan Arav dan lu menerima semua rasa sakit yang gue rasakan sekarang!"

Tasya menghenpaskan kepala Darra begitu saja hampir saja terbentur semen jika dia tidak refleks menahan kepalanya dengan tangan. Akan tetapi, tanpa di sengaja isi tas milik wanita itu terjatuh hingga berantakan membuat sang sahabat menaruh curiga.

Melihat sesuatu Darra langsung sigap ingin membereskan isi tasnya, tetapi sudah lebih dulu Tasya dan mengambil sesuatu dari dalam tas itu.

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!