Dilema Arav

Pagi hari, Tasya memang sudah meminta izin sama Arav sebelum sang suami berangkat kerja. Sang istri mengatakan bahwa malam ini dia akan menginap di Bogor karena ada pemotretan di malam dari dari kota A langsunh ke kota Bogor.

Akan tetapi, setelah mereka sampai di Bogor, tiba-tiba saja semua itu dibatalkan secara sepihak karena suatu kendala dan jadwal akan dirubah kembali menjadi minggu depan. Namun, ketika diperjalanan arah pulang tiba-tiba saja mobil Tasya mengalami kerusakan hingga mesinnya tidak berfungsi kembali.

Untung saja ada Dika yang tidak sengaja lewat, lalu menolongnya serta memanggilkan mobil derek untuk membawa mobil Tasya ke bengkel. Sementara dia ikut dengannya untuk pulang ke rumah. Hanya saja di tengah jalan sang pria merasakan lapar, sehingga mereka mampir ke sebuah restoran yang ternyata malah bertemu dengan Arav. Begitulah kurang lebih cerita sebenarnya yang terjadi, sehingga membuat sang suami menjadi dilema.

Arav terdiam menggulung lengan kemeja sampai sebatas sikut. Entah apa yang dipikirkannya, Arav hanya terdiam sejenak setelah melihat Tasya menunjukkan bukti mobilnya ketika sedang dikerjakan oleh montir bengkel. Apakah Arav sudah benar-benar yakin akan mengakhirinya hari ini, meskipun semua bukti terlihat jelas? Entahlah, pria itu bingung dan ragu. Jika dia tetap maju otomatis Tasya akan curiga, jika dia mundur apakah akan ada kesempatan lain yang datang seperti sekarang? 

Hahh, sungguh membingungkan. Kenapa sulit sekali mengakhiri semua ini! Aku benci diriku yang tidak bisa tegas dalam memilih jalan hidupku sendiri. Seandainya aku dan Darra bertemu lebih awal, kemungkinan aku tidak akan berada di dalam jurang seperti ini. Aku bisa aja menyelamatkan diri bersama Darra, tetapi bagaimana dengan Tasya? Namun, jika aku menyelamatkan diri bersama Tasya, bagaimana dengan nasib Darra yang sudah aku berikan harapan besar padanya? Akhhh ... Sungguh, hidupku kali ini benar-benar dipenuhi dengan rasa bersalah. Satu sisi aku ingin hidup bersama dengan Darra dan mengakhiri pernikahan ini sama Tasya, tetapi sisi lainnya Tasya tidak mungkin semudah itu melepaskan diriku. Intinya untuk saat ini aku harus cari cara lain, tetapi bukan sekarang waktu yang tepat untuk mengakhirinya.

Rasa dilema yang ada di dalam diri Arav sangatlah menyebalkan, membuatnya tidak bebas berada di dalam cinta segitiga yang tak tahu kapan semua akan berakhir. Intinya hanya satu, pria itu hanya berdoa semoga keputusan yang akan dia ambil nanti tidak akan menimbulkan dendam di antara kedua wanita yang memiliki hubungan akrab.

"Sayang, maafin aku, kalo aku udah membuat kamu merasa cemburu. Cuma tenang aja, aku sama Dika tidak ada hubungan apa-apa kok, aku dan Dika hanya teman baik. Percayalah, kita ini patner kerja tidak lebih. Jika kamu tidak percaya, aku bisa nyuruh Dika ke sini untuk menjelaskan semua. Gimana?"

Tasya menyandar di pundak sebelah kiri sambil memeluk lengan kekar sang suami. Wajah manja itu membuat Arav kembali mengingat di mana pertama kali dia menyukai sang istri. Namun, sekilas wajah sang istri berubah menjadi wajah Darra membuatnya sedikit terkejut.

Arav langsung mengalihkan pandangannya sekilas, lalu melepaskan pegangan tangan Tasya sambil berdiri, "Gak perlu aku mau mandi dulu badan udah lengket. Kamu istirahat aja duluan."

"Gak mau, ada yang mau aku omongin sama kamu sehabis mandi. Aku tunggu di ruang makan ya, jangan lupa mandi pakai air hangat biar gak sakit. Lafyu, Sayang ...."

Arav hanya mengangguk dengan wajah yang dipaksa untuk tersenyum. Kemudian, dia masuk ke dalam kamar mandi dan langsung membasahi seluruh tubuh tanpa membuka pakaian terlebih dahulu. Ingatannya bercampur aduk menjadi satu. Pria itu seperti tidak memiliki pilihan pada hidupnya sendiri.

Rasanya Arav ingin segera mengakhiri hubungan percintaan yang rumit ini dan pergi bersama Darra menjauhi Tasya. Namun, apa daya. Jika dia gegabah untuk mengambil keputusan tanpa memikirkan semua resiko sudah pasti sang kekasih akan menjadi sasaran empuk sang istri dikemudian hari.

...💜💜💜...

Di meja makan, Tasya menyiapkan semua hidangan di atas piring sang suami. Meskipun, makanan ini bukan hasil masakan sendiri, tetapi Arav merasa bingung. Dikarenakan jarang sekali sang istri memperlakukan sang suami sespesial ini, baru sekarang-sekarang saja.

Sampai akhirnya Arav sedikit menyindir sang istri sampai membuatnya hanya tersenyum manis sambil menyengir kaya kuda yang sedang menunjukkan giginya.

"Tumben melayani suaminya, biasanya juga makan tinggal makan. Ada apa? Butuh uang belanja? Uang bulanan? Atau mau minta izin liburan bareng teman-teman?" tanya Arav, tanpa ekspresi sambil memasukan satu suapan ke dalam mulut.

"Heheh ... Tahu aja, kali ini aku mau liburan gak sama teman-teman. Tapi, sama ...." Tasya menggantungkan perkataannya membuat Arav menjadi bingung.

"Sama siapa? Dika?" sindir Arav, membuat Tasya langsung cemberut.

"Ishhh, mana mungkin aku liburan sama cowok, aneh. Aku mau liburan sama kamu, Sayang. Tadi, aku udah menghubungi manajerku kalo 3 hari ke depan minta kosongkan jadwalku karena aku mau bulan madu sama suamiku tersayang. Gimana? Udah lama loh, kita gak jalan-jalan, anggap aja ini sebagai penebus kesalahanku karena udah membutmu cemburu. Jadi, lusa kita liburan, oke? Okelah, yeey, hihi ...."

Tasya begitu bahagia saat menentukan liburan secara sepihak, sedangkan wajah Arav merasa tidak senang. Namun, tidak ada cara lain menolak semua ini. Anggap saja, ini akan menjadi liburan terakhir sebelum mereka berpisah nanti.

Arav benar-benar pasrah tak berdaya, ingin sekali menolak itu. Akan tetapi, tidak mungkin merenggut kebahagoaan di wajah Tasya begitu saja. Akhirnya suka tidak suka, dia menurut saja dan mencari cara bagaimana memberitahu sang kekasih supaya tidak merasa sedih mendengar kabar tersebut.

Mereka makan dalam keadaan tenang, sesekali Tasya menyuapkan makanan ke dalam mulut sang suami. Hingga setelah selesai mereka menghabiskan waktu sambil menikmati film romantis di ruang keluarga.

...💜💜💜...

Keesokan hari, Arav bertemu dengan Darra untuk makan siang bersama sekalian membicarakan tentang liburannya bersama Tasya. Wajah sang kekasih terlihat biasa saja, tidak ada sedih-sedihnya sedikit pun sehingga membuat pria itu merasa curiga.

"Kamu gak cemburu sama aku dan Tasya, By?" tanya Arav.

"Buat apa aku cemburu? Kalian itu suami-istri, malah bagus dong, ya, 'kan?" tanya Darra tersenyum menatap sang kekasih.

"Maksud kamu ngomobg gitu apa, By? Jangan bilang kamu akan meninggalkanku?" tanya Arav, memasang wajah penuh keseriusan.

"Ya, jika hubungan kalian kembali membaik itu berarti itu tandanya aku harus mundur. Ya, 'kan? Lagi pula aku senang loh, dengan kabar itu. Berarti sebentar lagi hubungan kalian akan baik-baik aja, dan kalian bisa romantis lagi. Sementara aku ... Aku akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu."

Darra tersenyum sambil memasukan satu suapan ke dalam mulut sambil tersenyum. Sumpah, kata-kata sang kekasih berhasil membuat Arav merasa sakit hati. Dia langsung mengganggam tangannya dan menatap lekat manik mata kekasihnya.

"Stop, berkata kasar! Apa pun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkanmu. Anggap saja ini adalah liburan yang terakhir untuk aku dan Tasya sebelum kami perpisah. Setelah itu, kami akan berpisah secara baik-baik. Camkan kata-kataku ini, aku akan tetap memilihmu sebagai istriku dan aku akan melepaskan Tasya karena orang yang selama ini aku inginkan adalah dirimu!"

Darra hanya tersenyum menatap Arav. Tanpa diketahui hatinya begitu sakit mendengar semua yang dikatakan sang kekasih, tetapi tidak ada cara lain. Dia harus tetap memasang wajah baik-baik saja supaya tidak terlihat lemah dimata kekasihnya.

"Udah akhh, jangan serius begitu. Makan dulu, yuk! Daripada selera makan kita berkurang, nanti bisa-bisa aku kurus lagi hihi ... Pokoknya apa pun yang kamu lakuin, aku tetap akan mendukungnya. Jadi, jangan khawatir, oke?" ucap Darra.

"Janji ya, jangan tinggalin aku. Apa pun yang terjadi aku tetap akan memilihmu, titik!" tegas Arav, hanya mendapatkan senyuman dari Darra.

Selepas selesai, mereka kembali ke kantor masing-masing. Tanpa di ketahui, Darra pergi ke kamar mandi dan menangis dalam waktu beberapa menit hanya untuk menenangkan suasana hati yang kurang membaik. Sementara Arav, merasa bersalah dan takut akan kehilangan sang kekasih ketika melihat respons yang diluar dugaan.

Sampai akhirnya, Arav dan Tasya liburan ke Pantai Bali. Wajah sang istri terlihat begitu bahagia karena sudah lama tidak menikmati suasana indah seperti ini bersama sang suami. Arav terpaksa harus memasang wajah bahagia, meskipun hati dan pikirannya selalu teringat pada Darra.

Tasya berlari di pinggir Pantai membuat Arav langsung mengejar karena telah menjahilinya. Sampai seketika sang istri terjatuh tepat di depan mata membuat sang suami terkejut. Akan tetapi, ketika ingin menolong sang isti, tiba-tiba saja seseorang berteriak membuat Arav malah berpaling dan memilih menyelamat seseorang.

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!