Cemburu

"Silakkan duduk, Tuan putri," ucap pria itu dengan memundurkan sedikit kursi untuk memanjakan sang wanita.

"Ishh, kamu apaan sih, Dik. Udah deh, jangan aneh-aneh. Malu tahu kalo sampai dilihatin orang, udah sana duduk."

Pria tersebut terkekeh kecil, lalu duduk dalam keadaan menatap wajah sang wanita di mana posisinya saling berhadapan dengan Arav. Sementara wanita itu membelakanginya.

"Ohh, ya, kamu mau makan apa? Pesanlah, aku traktir. Tenang aja gajiku baru turun hihi ...." Pria itu tertawa bahagia membuat Arav duduk dalam keadaan marah memperhatikan gerak-gerik mereka.

"Wihh, boleh nih, aku pesan apa, ya? Hem, Mbak!"

Wanita itu melambaikan tangan memanggil pelayan. Kemudian, dia memesan pesanannya dilanjut oleh sang pria. Selepas selesai, pelayan pergi dan akan kembali mengantarkan pesanan mereka berdua.

"Ohh, ya, kamu lagi ada---"

Wanita tersebut berhenti berbicara, ketika tangan sang pria menyentuh rambut di atas kepala. Namun, Arav melihatnya pria itu sedang tersenyum membel*ai rambut panjang wanita yang dia cintai.

"Sorry, tadi ada kotoran di rambutmu. Oh, ya, tadi ngomong apa? Lanjut!" pintanya membuat sang wanita yang sedikit terkejut kembali tersenyum sambil menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan.

Arav yang sudah tidak kuat langsung berdiri dalam keadaan kesal. Dia berjalan menedekati kedua pasangan tersebut dan menggebrak meja sedikit membungkukkan badan menatap mereka menggunakan tatapan yang sangat datar penuh amarah.

"Ini yang kamu bilang sibuk, Sya? Ini yang kamu bilang pemotretan di Bogor, hahh? Terus apa yang aku lihat sekarang, perselingkuhanmu dengan dia. Hebat!"

Arav bertepuk tangan membuat pengunjung restoran langsung menatap ke arah mereka bertiga. Rasa malu di dalam hati Tasya membuatnya langsung menarik Arav ke luar dan diikuti oleh pria itu sampai di parkiran mobil.

"Kamu ini apa-apaan sih, Ran! Kamu cuma salah paham, aku bisa jelasin kalo dia ini---"

"Dia apa? Dia selingkuhanmu?" tanya Arav menatap kesal ke arah pria yang terlihat begitu tenang tanpa ikut mencari pembelaan.

"Cukup, Rav. Dia ini teman kerjaku, namanya Dika. Hari ini memang harusnya aku ada pemotretan di Bogor, cuma semuanya dibatalkan. Dika ini yang menolongku lantaran mobilku mobok pas jalan pulang. Aku gak bohong, sumpah!"

Pembelaan Tasya tidak dihiraukan oleh Arav. Meskipun pria itu sudah tidak begitu mencintai sang istri, tetap saja dibalik semua itu Tasya masih menjadi istri sahnya secara hukum maupun agama. Jadi, Arav berhak marah hanya demi menjaga nama baiknya.

Egois? Ya, Arav memang egois. Jika tidak seperti ini kemungkinan ketika Tasya melihatnya yang tidak merasa cemburu, pasti akan berpikir bahwa dia sudah tidak peduli padanya. Namun, memang itu kenyataan. Semua yang Arav lakukan hanya untuk menutupi kesalahan demi bebas dari hubungan yang sudah tidak dapat diteruskan kembali.

"Dahlah, terserah! Aku gak peduli!" Arav pergi meninggalkan Tasya dan pria itu. Di mana Tasya beberapa kali berteriak memanggil namanya, tetapi sang suami tidak menggubris sama sekali.

Arav pergi menggunakan mobilnya ke arah kantor Darra. Akan tetapi, selama di perjalanan pikirannya mulai terbagi-bagi. Satu sisi dia memikirkan nasib Tasya yang pasti mengkhawatirkannya, sisi lain sedang memikirkan bagaimana cara memanfaatkan kesempatan yang tidak akan datang dua kali.

Aku harus bisa, ya, aku harus bisa! Pokoknya gak ada waktu lagi, aku tidak mau kehilangan Darra, lebih baik aku kehilangan Tasya. Darra segala-galanya untukku, hanya dialah yang mampu mengerti tentangku. Apa pun yang terjadi, aku harus mengakhiri semua ini. Harus!

Arav menggigit jarinya, lalu matanya menatap jam ke arah jalan di depan. Tak lama dia sampai di sebuah perusahaan mewah dengan bangunan menjulang tinggi. Sayang sekali, Arav tidak mampu mendekati perusahaan itu karena sangat mengenal pemiliknya.

Suka tidak suka, Arav memakirkan mobilnya 10 meter dari perusahaan. Berulang kali dia mencoba menghubungi Darra tetapi tidak diangkat. Akhirnya, pria itu turun untuk mencari cara bagaimana memanggil Darra untuk menemuinya.

Seorang OB laki-laki yang habis membelikan makan siang lewat di depan Arav. Tanpa basa-basi dia langsung membisikan sesuatu dan memberikan uang seratus ribu kurang lebih 7 lembar.

OB pria itu tersenyum mengangguk pertanda dia telah mengerti apa yang harus dilakukannya. Kemudian, OB berjalan kembali memasuki perusahaan untuk mengantarkan pesanan para karyawan.

Arav kembali masuk ke mobil, menunggu kedatangan Darra sambil memainkan ponselnya. Sekitar 10 menit, seorang wanita cantik keluar dari perusahaan sesekali melihat keadaan sekitar. Dia berjalan mendekat ke arah mobil dan masuk ke dalam.

"Kenapa Ayang ke sini? Bukannya ini masih jam kerja? Aku gak bisa lama-lama ya, soalnya bos hanya kasih izin 15 menit keluar kantor. Selebihnya aku harus balik lagi, kerjaan masih numpuk," ucap Darra dengan wajah yang cukup lelah.

Melihat wajah Darra sedikit kelelahan membuat Arav semakin kuat memiliki tekad untuk mengakhiri hubungannya bersama Tasya. Dengan begitu dia dapat menggantikan semua rasa lelah di wajah sang kekasih.

"Ayang, ishhh ... Malah diam, ada apa? Ayang kenapa? Ada masalah?" tanya Darra, khawatir melihat wajah lesu sang kekasih.

"Akhh, e-enggak, kok. Aku ke sini karena khawatir, kenapa ponselmu bisa mati seharian ini? Gak biasanya loh, kamu begini. Apa kamu udah bosan sama aku, iya?" tanya Arav, menatap lekat wajah wanita yang sangat-sangat dia cintai.

"Astaga, aku lupa. Ponselku tadi jatuh, Ayang. Habis itu mati total deh, hehe ... Niatnya sih, mau beli nanti pulang kerja baru ngabarin. Maaf ya, udah buat khawatir," ucap Darra menyengir membuat Arav mencubit hidungnya.

"Ya, udah nanti pulang langsung ke Apartemen. Aku kirimkan kurir yang akan mengantar ponselmu. Pokoknya pulang kerja jangan ke mana-mana, oke?"

Darra hanya menganggukan kepala sambil tersenyum, lalu mereka berpelukan satu sama lain untuk sekilas melepas rindu. Sehabis itu sang kekasih kembali pergi memasuki kantor, sedangkan sang pria kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang masih menumpuk sambil memikirkan cara bagaimana lepas dari hubungan itu.

...💜💜💜...

Selepas pulang kerja, Arav kembali ke rumah dengan suasana rumah yang sudah mulai tidak enak. Pria itu berjalan melangkah menuju kamar di mana sang istri sudah menunggunya.

"Sayang, udah pulang? Sini, duduk dulu. Kita bicara baik-baik ya, aku gak mau kita salah paham. Aku bisa jelasin secara detail kok, kenapa aku sama Dika bisa sampai di restoran itu. Kamu dengarin dulu, please!"

Tasya berdiri mendekati sang suami. Arav duduk tanpa bersuara sambil melepaskan jas, kemudian melonggarkan dasi sambil mendengarkan apa yang istrinya katakan.

"Jadi, sini, Say---"

"Jangan sentuh aku!" ucap Arav penuh ketegasan.

"Loh, kok, gitu sih, kamu, Sayang. Aku---"

"Mau jelasin atau gak sama sekali!" bentak Arav membuatnya sedikit terkejut dan segera menjelaskan apa yang terjadi pada antara Tasya dengan Dika.

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!