Mengakhiri Hubungan

Keesokan hari, setelah pulang kerja Darra langsung bersiap-siap dan berdandan senatural mungkin. Semua itu karena dia tidak menyukai make up secara berlebihan.

Dress cantik yang dibelikan oleh sang kekasih benar-benar menjadi penyempurna kecantikan Darra. Dia berdiri memantaskan diri di depan cermin rias sambil berputar secara pelahan. Senyuman manis terukir jelas di wajahnya yang berarti wanita itu sangat mengagumi tubuhnya sendiri.

"Cantik sih, tapi sayang belum jadi istri orang hihi ....,"

Darra menghibur dirinya sendiri, walaupun hati terasa tidak tenang. Hari ini Darra harus kembali memasang badan tanpa tahu kapan peperangan akan segera selesai.

Selepas berdandan, Darra langsung mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Apartemen menuju sebuah acara pesta besar sedang berlansung. Tepat pukul 7 malam lewat 25 menit, dia sampai di sebuah gedung ternama dan bertemu oleh orang-orang penting.

Senyuman manis, keramahan, dan suaranya yang lembut membuat Darra disambut dengan hangat oleh semua orang. Sampai akhirnya, dia menarik napas sekilas dan berjalan mendekati seseorang.

"Hai, Tasya. Selamat ya, atas pernikahanmu yang ke-3. Pokoknya doa terbaik selalu aku panjatkan untukmu. Sekali lagi selamat," ucap Darra memeluk sahabat kecilnya yang baru bertemu kembali.

Mereka berpelukan sekilas sambil mencium pipi kanan dan kiri sebagai ritual para wanita ketika bertemu. Wajah Tasya terlihat sangat cantik dan begitu bahagia atas pernikahannya membuat Darra tersenyum.

"Terima kasih, Dar. Aku kangen banget sama kamu. Aku doain kembali semoga kamu bisa mendapatkan pria yang baik, yang tampan, yang kaya, pokoknya sempurna semua-semuanya," ucap Tasya melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua tangan Darra penuh senyuman.

"Aamin ... Terima kasih, Sya. Semoga doamu di dengar sama Tuhan biar aku gak sendiri terus hihih ...."

"Harus dong, oh, ya. Gimana kabar ibu sama adikmu, apakah mereka baik-baik aja?" tanya Tasya sambil mengajak sahabatnya untuk duduk di kursi sang suami yang kosong.

"Baik, kok. Mereka semua sehat, adikku juga sudah masuk kuliah. Paling sekitar kurang lebih 1 tahun lagi deh, dia lulus S1. Bilangnya mau lanjut S2, tapi lihat nanti semoga aku sehat terus biar bisa menafkahi ibu dan adikku."

Tasya menatap kagum terhadap sahabat kecilnya ini. Dari dulu, kehidupan Darra memang sangat memprihatinkan. Berbeda sama dirinya yang sudah hidup enak dari kecil, apalagi keluarga Tasya semua menetap di luar negeri. Hanya dia sendiri yang tidak menetap karena mendapatkan suami orang sini.

"Hebat ya, kamu, Dar. Aku aja boro-boro bantu keluarga, nyusahin iya, hihi ... Tahu sendiri, aku ini gila banget sama barang-barang mewah apalagi selama aku jadi model. Huhh, pengeluaranku sendiri aja berkali-kali lipat dari suamiku, untung dia gak pernah marah. Dia selalu mendukung apa pun itu selagi aku bahagia. Akhhh, beruntung sekali aku bisa dapetin dia. Pokoknya aku tidak akan pernah melepaskannya meskipun, aku ma*ti lebih dulu, aku tetap akan buat perjanjian supaya dia tidak nikah lagi hihi ...."

Darra tertawa kecil mendengar curhatan Tasya. Terlihat sekali betapa egoisnya wanita itu karena tidak ingin membiarkan sang suami mendapatkan kehidupan kembali setelah dia tiada. Darra juga mengenal suami Tasya yang menurutnya memang baik, sangat baik bahkan sikapnya penuh lemah lembut terhadap wanita. Jadi, wajar saja bila sahabatnya begitu tergil-gila untuk mencintai sang suami.

Tapasya Mustika adalah model cantik dengan prestasi yang cukup banyak dengan usia 27 tahun. Tasya sering kali menjadi idola para pria karena kecantikan, keanggunan serta hatinya yang baik. Namun, siapa sangka. Ternyata wanita cantik itu sudah memiliki suami.

Jika dilihat-lihat kecantikan Tasya memang 2 kali lipat jauh di atas Darra. Hanya saja yang membedakan cuma satu yaitu, Tasya merubah fisiknya dengan bantuan khusus dari dokter kecantikan, sedangkan Darra murni tanpa perubahan satu pun anggota tubuhnya. Dia cuma melakukan perawatan kecantikan secara rutin yang memang semua wanita lakukan.

Selesai bercerita Tasya kedatangan tamu spesial dari pihak model tempatnya bekerja, sehingga Darra memutuskan untuk menyingkir sejenak memberikan ruang pada sahabatnya dengan alasan ingin menikmati hidangan yang ada di pesta.

"Aku ke sana dulu ya, laper nih. Hihi ...." Darra mengusap perutnya membuat Tasya terkekeh.

"Makan yang banyak, kalo perlu bungkus takut besok kamu gak bisa makan kaya dulu jaman-jamanmu susah hihi ...."

Entah Tasya sedang bercanda atau memang menyindir, Darra tidak tahu. Dia cuma tersenyum, lalu pergi begitu saja tanpa memikirkan perkataan sahabat kecilnya. Darra tidak marah dikarenakan apa yang dikatakannya memang benar, dulu kehidupan wanita itu sangatlah menyedihkan.

Untuk itu Darra selalu bersyukur atas perubahan ekonomi yang sangat drastis. Dia mampu membiayai sang adik sekolah, membuka butik untuk ibunya usaha dan memperbaiki rumah yang dulu hanya terbuat dari kayu kini sudah terlihat sangat bagus persis rumah diperkotaan.

Darra tersenyum melihat Tasya dari jarak jauh. Di mana sahabatnya tersenyum lebar dengan segala kebahagiaan di dalam hidup yang begitu beruntung. Satu kata yang mampu dia ucapkan di dalam hati yaitu, 'maaf'.

Langkah kaki kembali berjalan melewati semua hidangan dan minuman tanpa menyentuhnya sedikit saja. Entah ke mana kaki itu membawa Darra pergi, setidaknya dia ingin menjauhi keramaian yang semakin membuat hatinya merasa sedih.

Sampai seketika langkah Darra terhenti di rooftop gedung dengan suasana yang sangat sepi hanya terdengar suara alunan musik dari acara pesta sahabatnya.

Mata wanita itu menatap ke arah langit, kedua tangan memegang batas beton rooftop dan perlahan air mata menetes di pipinya.

Tuhan, kapan semua ini akan berakhir? Kenapa Kau tega menanamkan sifat jahat ini di dalam diriku? Di mana Darra yang dulu baik, ceria, dan tidak pernah menyakiti orang. Terus kenapa Kau berikan ujian sesulit ini, kenapa!

Suara hati Darra bergetar ketika semua memori mulai berputar menjadi satu cerita, yang mana dialah pemeran penjahatnya.

Di saat Darra sedang mencurahkan isi hatinya pada Sang Pencipta, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah tangan kekar yang melingkar erat di perutnya membuat Darra menoleh ke arah kanan melihat pria yang tidak lain adalah sang kekasih.

"Ayang?" ucap Darra sangat pelan.

"Aku cari-cari ternyata kamu di sini, berapa kali aku coba hubungin kenapa tidak diangkat. Ada apa?" tanya Arav lembut sambil menempelkan dagunya di pundak sang kekasih hingga pipi kiri dan kanan mereka saling menempel.

Secepat mungkin Darra menghapis sisa air mata dalam keadaan tenang, tetapi percuma saja Arav sudah melihat semuanya.

"Seberapa banyak kamu menghapus air mata itu, tetap akan runtuh ketika hati dan pikiranmu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Aku selalu bilang bukan, jangan memikirkan semua terlalu jauh. Cukup jalani saja apa yang kita jalani sekarang, aku janji. Aku akan membuat keputusan terbaik di antara kita!"

Mendengar perkataan Arav, Darra langsung melepaskan tangan yang ada di perutnya. Kemudian dia berbalik menatap wajah Arav dengan penuh keseriusan.

Suasana mulai tegang, membuat Arav terdiam memperhatikan sorot mata sang kekasih yang sudah dipenuhi oleh air mata. Tinggal sekali kedip saja sudah dipastikan berlian mahal itu akan jatuh kembali di wajah kekasih tercinta.

"Aku tidak bisa, Rav. Aku tidak bisa! Kita harus segera mengakhiri semua ini cukup sampai di sini. Aku tidak mau kembali menyakiti sahabatku terlalu dalam. Percayalah, dia sangat mencintaimu, begitu juga denganmu. Kalian harus secepatnya kembali memperbaiki semua yang sudah renggang sebelum hancur berantakan. Aku tidak mau lagi menjadi duri di dalam rumah tangga kalian. Hatiku sangat sakit, tidurku tidak nyenyak, bahkan aku selalu ingat pada ibuku. Bagaimana jika Ibu tahu apa yang anaknya lakuin di sini, pasti Ibu akan sangat sakit hati karena telah gagal mendidikku. Ibu hanya tahu anaknya ini orang baik, penurut, dan tidak suka menyakiti orang lain. Namun nyatanya apa? Tidak, Rav, tidak! Anaknya ini sudah sangat jahat karena telah merebut laki orang!"

Arav terdiam mendengarkan semua perkataan yang sedang sang kekasih utarakan. Pria itu sangat tahu, semua kata-kata menyakitkan tersebut dapat keluar ketika kondisi Darra tidak baik-baik saja.

Sekuat apa pun kekasihnya mengatakan semua itu, sorot mata tidak dapat dibohongi. Mungkin kehadiran cinta mereka yang salah datang karena terlambat, tetapi takdir Tuhan tidaklah salah. Arav sangat percaya hubungan terlarang ini terjadi atas campur tangan Tuhan, jika tidak semua tidak akan terjadi.

Dara menangis sesegukkan ketika apa yang dirasakan keluar tanpa disaring, apakah itu akan menyakiti sang kekasih atau tidak. Arav hanya tersenyum, lalu meluknya begitu erat. Tangan Darra memukul dada pria tersebut untuk menunjukkan bahwa dia begitu marah dengan takdir.

Satu sisi Darra tidak ingin berpisah dari Arav, tetapi di sisi lain dia tidak sanggup hidup bahagia di dalam penderitahaan sahabatnya sendiri.

Baru 1 bulan lebih Darra menjalani hubungan terlarang bersama Arav rasanya sudah sangat sakit, membuat dia tidak tidak sanggup malanjutkan semua lebih jauh lagi.

Di saat Arav sedang berusaha menenangkan sang kekasih tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba saja seseorang datang menghampiri mereka membuat keduanya langsung spontans melepaskan pelukan satu sama lain.

Dara dan Arav berbalik menatap ke arah orang itu dalam keadaan sangat terkejut sama apa yang mereka lihat. Kedua tubuh mereka langsung mematung begitu saja dengan detak jantung yang hampir terhenti ketika seseorang berhasil memergokinya.

...*...

...*...

...*...

...💜>Bersambung<💜...

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋

☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋

siapa ya

2023-11-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!