O0:00
Sudah satu jam lamanya Monik berlutut menengadah ke arah atap kamarnya, menahan rasa keramnnya lutut dan keringnya kerongkongan.
Ttittt....
Detik terus berjalan menunggu instruksi dari pria itu, perasaannya begitu kacau bagaikan dihadakan dengan kematian.
Ya, nyatanya ini adapah kematian untuk ibu dan anak ini.
Membaca pesan masuk dari layar ponselnya, alamat tempat Suci harus diserahkan.
Suci perlahan masuk ikut berlutut di sebelah mamahnya, apa pun sudah dijelaskan mamahnya. Sekalipun memberi maaf itu sulit, tetapi tidak ada guna jika terus membentemgi diri dengan amarah.
Tttinnnggg.
Denting alaram berbunyi panjang, Monik menoleh ke arah Suci.
"Selamat ulang tahun, sayang" ucapnya tersenyum tegar.
"Hung." Suci hanya menunduk lemah.
Memutar bahu putrinya agar mereka berhadapan, menatap hartanya dalam-dalam pertama kalinya Monik memcium kening itu sangat lama, menghapus air mata putrinya yang sudah menangis.
"Ma-mamah," panggil Suci kelu.
"Suciku sudah dewasa sekarang, sudah cantik sekali. Jauh dilubuk hati mamah, mamah sangat bersyukur mempertahankan kamu sampai sekarang. Semakin lama ternyata Suciku adalah harta paling berharga di hidup mamah, kamu suci di hati mamah, kamu suci di hadapan Tuhan, kamu suci dilahirkan ke dunia. Tanamkan itu dalam hidupmu."
Menarik Suci dalam pelukannya, mengusap punggung itu penuh sayang. "Andai mamah tidak bodoh waktu itu, semua ini tidak terjadi padamu, Sayang. Mamah tidak tahu harus berbuat apa, tidak ada teman untuk berbagi cara mendidik seorang anak, mamah seorang diri membesarkanmu. Maafkan selama ini Suci tidak terdidik baik di tangan mamah, aku bukan mamah yang sempurna untukmu-"
"Tidak, Mah-"
Kedua-duanya menangis berderai air mata saling berpelukan.
"Suci, berjanjilah pada mamah. Lakukan rencana yang sudah kita susun dengan tepat, kumpulkan keberanianmu untuk melawan pria itu. Berjanjilah pada mamah, berjanjilah. Jika kamu berhasil lari, pergilah sejauh mungkin dengan bekal yang sudah mamah siapkan untukmu. Hiduplah dengan baik diluar sana. Jangan ragu untuk melakukannya, Suciku pasti bisa pasti bisa!"
"Ma, aku tidak akan meninggalkan mamah di sini, kita keluar sama-sama."
"Jangan Suci, kamu masih punya masa depan yang baik si sana, gapailah itu. Mamah masih harus melakukan sesuatu di sini, jangan khawatirkan mamah."
Menghabiskan sisa ujung malam saling berpelukan mencurahkan kasih sayang, puas membelai wajah putrinya.
Ada rasa takut kehilangan di hati mereka, Monik merasakan firasat sangat buruk akan terjadi. Sekuat mungkin ia tetap meyakinkan dirinya.
Sesuai yang disepakati bersama Monik mengantar Suci ke suatu tempat yang ditentukan, mobil jemputan sudah datang di belakang menunggu.
"MMAMAHHH!!"
"SSUCII!!"
Monik berlari mengejar mobil yang perlahan menjauh, badannya terjatuh menamgis histeris.
"Semoga kamu berhasil, Nak."
Tidak ada gunanya terus menangis, menyeka air matanya ia melangkah menjalankan rencananya.
Seseorang telah menunggunya di suatu tempat resmi, tanpa ragu ia akan melakukannya.
"Ini adalah Helena Borteen, dia adalah teman saya yang sudah menjual anak saya."
"Kau menjual anakmu?"
"Iya, Pak. Tangkap saya dan teman saya, kami melakukan transaksi dengan pria yang bernama Jatmiko Cahyo.
Saya menyesali keputisan saya, dan saya datang ingin menyerahkan diri dan membuat laporan tentang Helena Borteen."
"Lalu putrimu?"
"Saya akan membayar lebih pada anda jika anda membantu saya untuk menangkap pria itu.
"Kami tidak bisa menangkapnya, karena anda sendiri yang menjualnya."
"Tapi kalian bisa menggunakan laopran penculikan anak, bukankah sudah lama kalian memburu Jatmiko atas penculikan anak beberapa tahun lalu? Dialah orangnya, ini bukti-buktinya."
Monika memberikan semua bukti kejahahatan Jatmiko pada polisi, serta melaporkan Helena Borteen dan bisnis prostitusi yang mereka geluti.
"Kita bisa melacak kemana mereka membawa putriku dengan tindik isinya GPS di daun telinga bagian dalam."
"Kau cukup pintar, Monika!"
"Jatmiko bisa lebih cerdik, anakku pun belum tentu seberani itu untuk melawan. Harus cepat agar tidak terlambat."
Team penyidik kepolisian yang sangat disegani di negara ini, biarlah semua hancur. Dendamnya terbalaskan pada Helen, sangat mudah menangkap wanita itu dan memporak-porandakan komplek bordil dan membawa perempuan-perempuan itu.
Team lain dengan gesit mengurus usaha ilegal Helen.
"Bagaimana dengan putrinya?"
Dering panggilan dari salah satu ponsel yang mengawal Monik sambil menunggu kabar dari anak buahnya.
"Kami sudah menangkap buronan, tetapi maaf. Ambulan sudah membawa tubuh Suci yang sedang ktitis jatuh dari lantai tiga bangunan."
👇👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
🇬🇦🇩🇮🇸🇰
15
2023-11-09
0