Hari ini pulang sekolah lebih lambat karena kegiatan mempersiapkan Mikha dan Billy yang akang menghadapi olimpiade besok pagi, turun dari angkutan umum berharap sampai ke rumah langsung tidur badannya sangat lelah, sayangnya tidak semudah itu.
Dari kejauhan seseorang pria tengah duduk di kursi teras rumahnya, memasang waspada tatapan curiga jarang ada orang menunggu dengan seperti itu di lokasi perumahan bordil.
"Siapa kau?" Suci menyapa tidak sopan berdiri menjaga jarak dari lelaki itu.
Menengadah kepala menyimpan ponselnya, pria itu tersenyum ramah pada perempuan berseragam sekolah. "Kamu tidak mengenal saya?"
Suci mundur perlahan mencemaskan sekitar takut ada yang melihat dan berpikiran yang macam-macam tentangnya, "Saya tidak pernah mengenal siapapun dan peduli dengan tamu di komplek ini, sebaiknya kau pergi dari sini!"
"Saya Damian."
"Saya tidak tahu, pergi!" suara Suci mulai meninggi.
Damian mulai memahami kekawatiran anak ini, dia baru ingat bahwa selama ini Monik memang menjaga Suci dari lelaki hidung belang dan dunia malam.
"Mana mamahmu?"
"Ma-mamah, jadi anda tamu mamah?" Suci mulai merasa tidak enak. Mendekati jarak, tersenyum kaku.
"Perhatikan baik-baik wajah saya, pasti kamu kenal."
Sebelum kesini, Tirto memang sudah melakukan perawatan tubuh beberapa minggu ini agar terlihat lebih muda dan tampan, terakhir bertemu Suci sudah enam bulan yang lalu dan waktu itu dirinya memang terlihat sudah om-om gendut.
"Om Tirto," Suci tertunduk malu.
Tirto tertawa gemas mengusap pucuk kepala gadis itu sayang, Suci memalingkan wajah ada yang terasa aneh di hatinya.
"Kau semakin cantik setelah 6 bulan tidak bertemu, tapi semakin kurus. Ada sesuatu?"
"Tidak ada, Om."
Tirto hanya basa-basi, tidak semudah itu mendekati gadis ini.
"Bawa ini hadiah dari Om."
"Hadiah?" Suci heran.
"Sebulan lagi ulang tahunmu yang ke-17, ini hadiahnya diberikan dari awal saja. Tidak apa'kan?"
"Ehhmm. Suci lupa, sudah mau 17 tahun? Satu bulan lagi Astaga!" Dia benar-benar tidak mengingatnya.
"Buka dulu, semoga Suci suka."
"Terima kasih ya, Om. Jamnya bagus ini," pekik Suci kegirangan setelah membukanya.
"Dipakai ya."
Tirto sudah lama membangun kedekatan pada Suci, menyapanya dengan hangat dan tidak pernah melakukannya bersama mamahnya di rumah ini.
Jujur saja, Suci berharap mempunyai ayah seperti Tirto. Bolehkah?
Monik santai saja menghadapi pria yang tiba-tiba saja datang mengubah penampilannya, entah apa maksudmya.
"Aku baru saja bermain dengan pria yang membayarku mahal," jawabnya.
Dibilang cemburu, pasti. Tirto menahan emosinya, kali ini ia imgin mengatakan sesuatu yang serius mengajak Monik ke restorang terdekat dan tidak ada penolakan.
"Mon, hentikan pekerjaanmu. Kau sudah kaya, kau bebas kapanpun keluar, tapi kenapa kau bertahan di tempat ini bersama Suci, kau tidak kasihan dengan hidupmu? Kau tidak memikirkan masa depan Suci? Kau tidak ingin hidup normal dan membangun keluarga baru? Aku bisa rasakan Suci butuh sosok ayah yang penyayang. Mon!"
"Lalu apa saranmu, katakan."
"Menikahlah denganku."
Monik tersedak minumannya, "Menikah denganmu?" Tertawa ironi.
"Gampang sekali kau bicara, kau lupa sesuatu."
"Aku siap berjuang jika kamu juga berjuang."
"Bulsyitt! Pertama, aku sudah muak dengan ocehan orang padaku, tenagaku terbuang sia-sia meladeni mereka, apa lagi berurusan dengan keluargamu. Kedua, apa jadinya jika Suci tahu kalau kau ayah kandung Mikha musuh bebuyutan putriku, bisa-bisa mulut putrimu sesuka hati menghina Suci. Aku bisa saja melawan mantan istrimu itu yang masin memcintaimu, tapi Suci tidak akan kubiarkan tangannya kotor membalas perbuatan putrimu. Apa yang harus kubanggakan jika menjadi istrimu, tidak ada. Jadi tarik kembali kata-katamu!"
Apapun sudah dia lakukan untuk menjauhi pria itu, banyak perbandingan yang menyulitkan jika sampai mereka berdua benar-benar menjadi kekasih.
"Lupakan aku, Tirto. Lupakan janjimu untuk melindungi Suci saat waktu itu tiba, jangan temui kami lagi. Carilah wanita yang pantas untukmu, bukan aku orangnya."
Semakin lama Tirto mempertahankan perasaanya, semuanya terasa semakin tidak mungkin bagi Monik. Semakin baik Tirto pada Suci, sama saja ia memberikan harapan palsu pada gadis remaja itu.
Cinta itu adalah lelucon dalam hidup Monik, cinta itu harus diperjuangkan dihidup Tirto. Mencintai Monik dan segapa risikonya, menerima Tirto dengan segala kehidupan terhormat lelaki itu.
Realistis saja, siapa yang mau hidup dengan wanita panggilan sepertinya.
👇👇👇
Like..
Comen..
Vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
🇬🇦🇩🇮🇸🇰
8
2023-11-09
0