Aku akan menceritakan kembali kisah kita,"
Cuplikan chapter selanjutnya.
"Kenapa Kakak melakukan hal tercela seperti itu, mereka saudara kita kak!"
...***...
Hari itu matahari bersinar begitu terang di Dewangga, semua orang terlihat sangat bahagia, alun-alun, jalan-jalan di hiasi oleh bunga.
Anak-anak kecil berlarian sambil menerbangkan bunga di sepanjang jalan, hari itu Dewangga sangat bahagia.
"Ratu jangan gugup tetaplah tenang,"
Histia menatap pelayan yang baru bicara itu.
"Bagiamana aku bisa tenang ini hari pernikahan ku, astaga aku sangat gugup,"
Para pelayan tersenyum melihat Ratu mereka yang gugup, semua orang di istana tau bagaimana perjuangan Histia memenangkan hati Chandra.
...***...
Histia menatap Chandra yang ada di dekat paus, dengan langkah anggun yang ia pelajari Histia berjalan kesana sendirian, tanpa ada sang ayah yang mengantarkan nya.
Histia samar-samar bisa melihat keluarganya di antara kerumunan orang, membuat Histia menahan air mata.
Chandra segera mengambil tangan Histia, dan membantunya naik berhadapan dengan sang Paus yang terlihat semakin tua.
"Chandra Arkatama Ravindra, bersediakah engkau engkau mendampingi istrimu dalam setiap suka, duka, bersediakah engkau menjaganya, menyayanginya selama hidupmu dan bersumpah pada Dewata akan selalu bersama nya?"
"Saya bersedia,"
"Adihistia Indari Jannitra, bersediakah engkau mendampingi suamimu dalam setiap, suka dan duka bersediakah engkau mematuhinya, menghormatinya dan mengasihinya selama hidupmu, dan bersumpah pada Dewata akan selalu bersama nya?"
"Saya bersedia,"
Paus memercikkan air suci kepada Histia dan Chandra.
"Dengan ini kalian resmi menjadi sepasang suami istri, jagalah selalu cinta kalian, jangan biarkan ego menguasai kalian,"
"Yang mulia ini cincin nya,"
Chandra mengambil cincin itu dari seorang anak perempuan.
"Terimakasih,"
Anak itu mengangguk dan pergi dari altar, Chandra menatap Histia dan memasangkan cincin itu di jari manisnya.
Histia juga melakukan hal yang sama, ia memasangkan cincin di jari manis Chandra dan keduanya berciuman.
...***...
Chandra membantu Histia naik ke kereta kuda dan mereka berkeliling menyapa semua orang, sepanjang jalan Histia selalu menerima rangkaian bunga dan doa untuk pernikahan keduanya.
Para warga terlihat sangat bahagia, sebenarnya mereka ingin pergi ke Kuil namun Kuil tidak bisa menampung orang sebanyak itu.
Sehingga mereka hanya bisa menonton dari jauh, anak-anak kecil berlarian di sekitar kereta kuda yang Histia dan Chandra naikin.
Mereka menaburkan bunga, membuat jalan di penuhi oleh berbagai macam warna.
"Ratu semoga pernikahan mu di limpahi kebahagiaan dan keberuntungan,"
"Kami harap anda berdua selalu bahagia dan saling menjaga,"
"Raja Ratu, semoga Dewata melindungi kalian dan memberikan kalian keturunan."
Malamnya, Dewangga berpesta dibawah sinar bulan mereka menari, bernyanyi dan melakukan banyak hal Kuil belum berhenti menerima Jamaat.
Mereka semua berdoa agar Dewata terus memberikan kebahagiaan pada Dewangga dan pemimpin mereka.
Histia membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sudah di hias oleh para pelayan.
"Aku merasa kakiku copot,"
Izaac tersenyum mendengar keluhan Histia, ia ikut duduk di samping Histia.
"Kau bisa beristirahat sekarang Histia,"
Histia mengangguk.
...***...
Keesokkan harinya Histia bangun dengan rasa sakit yang luar biasa, seluruh tubuhnya terasa remuk dan hampir hancur.
Histia menatap Chandra yang menjadi pelaku utama rasa sakitnya, dari luar dia terlihat normal dan lembut hanya sedikit dingin.
Tapi ternyata Histia mengelengkan kepalanya Histia bergidik ngeri.
"Dia monster, siapa sangka di balik wajah polos itu ada hewan liar,"
Chandra membuka sedikit matanya, ia melihat Histia yang tengah menatap langit-langit kamar, Chandra membawa Histia ke dalam pelukannya.
"Kau bisa tidur lagi Histia, kau pasti lelah karna semalam"
Histia membalikkan wajahnya, menatap wajah Chandra dan otot-otot nya.
"Apa kau mau lagi?"
Histia membelalakkan matanya, ia segera mengeleng dan memukul Chandra.
...***...
Saat hari sudah petang Histia dan Chandra baru bangun, Chandra mengendong Histia ke kamar mandi dan membantu nya mandi.
Chandra menatap tanda merah yang ada di sekujur tubuh Histia, ia baru menyadarinya kalau semalam terlalu kasar.
Matcha: Gak perlu di jelasin kalian pasti paham( ꈍᴗꈍ), Matcha kan masih polos dan lugu jadi gak tau caranya buat begituan (人*´∀`)。*゚+ cukup bayangkan saja.
"Apa ini sakit?"
Histia mengangguk.
"Tentu saja sakit kau sangat kasar."
...***...
2 tahun kemudian
Suara ledakan terdengar dari arah kamar Histia dan Chandra, Chanda yang sedang rapat bersama petinggi kerajaan menjadi panik dan berlari ke arah sana.
Sebagian istana hancur dan penyebabnya adalah Histia yang berubah menjadi Naga, para pelayan ketakutan untuk mendekat ke arah Histia.
Mereka bernafas lega saat melihat kedatangan Chandra, para pelayan segera berlutut dan memberi Chandra jalan.
"Salam kepada Matahari Dewangga,"
"Apa ada yang bisa menjelaskan situasi nya?"
Seorang pelayan wanita maju dan menjelaskan semuanya.
"Semuanya awalnya baik-baik saja yang mulai, Ratu hanya mengeluhkan perutnya sakit dan tiba-tiba yang mulia Ratu berubah menjadi bentuk Naga,"
Chandra menatap Histia dan berganti ke arah para pelayan.
"Tidak ada yang terluka kan?"
Para pelayan mengeleng.
"Tidak ada yang terluka yang mulia."
...***...
Chandra berjalan ke arah Histia, memengang kulitnya yang bersisik.
"Istri kau kenapa?"
Histia mengangkat kepalanya dan mengeram ke arah Chandra, Chandra terkejut melihat Histia yang mengeram ke arahnya.
Tak lama kemudian, paus datang bersama kedua anaknya dan bertanya pada situasinya pada Chandra.
Saat keduanya sedang berbicara, anak-anak puas berjalan ke arah Histia dan memengang perut Histia.
Membuat Chandra panik ia takut kedua anak itu tidak sengaja Histia lukai, namun bukannya mengeram marah Histia malah terlihat tenang.
"Ada bayi, dalam perut Ratu ada bayi,"
Keduanya melompat dengan bahagia, anak perempuan Paus tanpa rasa takut mengelus kepala Histia.
Semuanya terkejut saat mendengar itu, paus mendekat ke arah Histia memeriksa dengan kekuatan suci dan benar saja ia merasakan ada energi Naga dalam perut Histia.
"Energinya masih kecil yang mulia, sehingga cukup sulit untuk merasakannya,"
Chandra segera mengangguk, setelahnya orang-orang mulai pergi termasuk Chandra, ia pergi untuk menemukan sarang yang cocok untuk Histia dan dirinya tinggal.
...***...
Beberapa hari kemudian Chandra kembali ke istana dalam wujud Naga nya, melihat bentuk Naga Rajanya membuat para warga penasaran akan satu hal.
"Kenapa yang mulia Raja berubah menjadi bentuk Naga?"
"Apa semuanya baik-baik saja?"
Histia dan Chandra terbang dalam bentuk Naga mereka ke suatu tempat, dan tinggal disana.
Selama fase mengandung Histia selalu dalam bentuk Naga nya, Chandra juga tidak ada satupun yang berubah ke bentuk manusia.
Chandra kembali ke gua sambil membawa banteng yang baru Chandra buru.
Selama fase ini, Chandra selalu memberikan banyak makanan untuk Histia, agar energi nya tersalurkan ke telur mereka.
Dan dua tahun kemudian, Histia berhasil bertelur proses ini memakan waktu seminggu hanya untuk satu telur.
Setelah berhasil bertelur, Histia kembali ke bentuk manusianya tubuhnya terlihat lemah karena proses ini.
Chandra memeluk Histia, mengecup kening nya dan mengucapkan terima kasih.
"Terimakasih Histia,"
Histia mengangguk dan memeluk Chandra kuat.
"Kita akan kembali ke istana, kita tidak bisa menetaskan telur ini disini,"
Histia yang tengah makan menatap Chandra ia mengangguk, rencana awal mereka tidak berubah meskipun memiliki seorang bayi.
"Aku setuju Chandra, kita tidak bisa terus ada di tempat ini ada pasukan yang harus kita pimpin,"
Chandra menatap Histia.
"Kau yakin ingin berperang Istri? Maksudku kau bisa diam di Istana dan menjaga telur kita,"
Histia mengelengkan kepalanya, tatapannya lurus ke arah pintu goa.
"Kita sudah menyiapkan rencana ini Chandra, aku tidak bisa mundur maaf aku sedikit egois aku hanya ingin berperang bersama mu,"
Chandra mengangguk dan keduanya berpelukan.
...***...
Kepulangan mereka di sambut oleh banyak orang, para petinggi kerajaan para warga semuanya menyambut kedatangan mereka.
Chandra dan Histia menempatkan telur di ruangan khusus, di dalam ruangan itu mengalir energi keduanya.
Para petinggi kerajaan, dan pelayan berlutut di depan ruang bayi mereka menunggu Chandra dan Histia keluar dari sana.
"Selamat atas kelahiran nya Yang mulia Ratu dan Yang mulia Raja."
Keduanya mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments