"Akan aku buktikan kalau aku mampu melakukannya, setelah memakan jantung itu rencana selanjutnya akan berjalan."
***
Hari itu, seluruh istana sibuk karna tak lama lagi pesta ulang tahun Praya akan dilangsungkan. Para pelayan terlihat tengah menghiasi ballroom tempat pesta akan diadakan.
Dan, tentang undangan itu sudah disebarkan keseluruhan negeri dua bulan sebelum pesta.
Itu dilakukan agar para Nona dan nyonya bangsawan, memiliki banyak waktu untuk mendesain baju mereka dan, agar undangan tepat waktu sampai ke negeri tetangga.
Para perancang dari hebat dari seluruh negeri datang ke istana, mereka akhirnya menyelesaikan gaun Praya yang sudah dipesan sebulan yang lalu.
Para perancang perhiasan juga, berdatangan untuk menjual karya mereka.
"Tuan putri, ini adalah rubby yang digali secara khusus di kerajaan Orphe,"
"Tuan putri, ini adalah kalung yang terbuat dari safir terbaik yang ada di ujung Gahyaka tempat yang dipenuhi oleh pasir."
'Kapan mereka akan berhenti?'
Setelah lama berdiskusi, akhirnya Praya mengambil satu set perhiasan dari negeri Rcy, perhiasan itu terlihat diukir dengan hati-hati, dan warnanya yang biru mengingatkan Praya dengan lautan yang tenang.
Ia juga membeli gelang untuk Histia, gelang dengan hiasan batu zamrud dan berlian disekitar nya.
'Anggap saja ini kebaikan terakhir ku,'
Setelah itu, para pedagang pergi beberapa kecewa karna Praya tidak membeli dagangannya, namun tentu saja ada yang bahagia diantara mereka.
***
"Anvaya, Histia baik-baik saja kan?"
Pandita menaikkan salah satu alisnya saat mendengar perkataan Putra nya.
"Dia baik Ayah, dan pembunuh bayaran itu akhirnya berhenti datang,"
"Berhenti datang? Sejak kapan?"
"Sejak kedatangan Gestara Ayah,"
Pandita memengang dagunya.
"Anvaya, aku merasakan firasat buruk tolong selama pesta tetaplah disamping Histia,"
Anvaya mengangguk
"Bagiamana pergerakan Praya?"
"Praya juga mulai menghentikan memberi racun pada Histia,"
"Dengar Anvaya, kau harus melindungi Histia apapun yang terjadi, karna waktu perjanjian semakin dekat kita harus memberikan Histia dalam keadaan baik-baik saja"
Anvaya mengangguk
"Aku akan menjaga Histia dengan baik Ayah."
***
Avanya menatap pantulan dirinya dicermin, baju berwarna putih yang dikombinasikan dengan warna ungu muda, hitam dan abu.
Jas di kesampingkan dibahu kanannya dengan rantai kecil, dan tali yang ikut menambah kesan mewah.
"Hari perjanjian,"
Anvaya tidak menyangka, ia akan menyaksikan hari itu, hari yang telah ditunggu oleh leluhur nya sejak dulu hari dimana semua hutang mereka akan terlunasi.
Rahasia tentang perjanjian ini, selalu dijaga dengan baik itu semua untuk melindunginya.
Jadi hanya Kaisar dan putra mahkota yang bisa mengetahui, rahasia dibalik kejayaan Jagaddhita.
'Sekarang kita akan benar-benar berpisah,'
Anvaya jelas sedih, namun ia tau ini semua demi kebahagiaan Histia, deminya, Anvaya rela melakukan
apapun.
"Putra mahkota semuanya sudah siap,"
Avanya sekali lagi menatap cermin setelah itu ia mengangguk dan keluar dari kamar.
"Semoga semuanya baik-baik saja."
***
Iringan biola, dan piano memenuhi seluruh ballroom, harum dari kue tersebar di seluruh ruangan, para tuan, nyonya dan nona bangsawan saling bergosip.
Namun yang paling mencolok adalah orang-orang yang ada di ballroom dengan gaun mewah, dan perhiasan yang memukau mata.
Tempat ini, adalah tempat yang cocok untuk para Nona bangsawan yang belum menikah, atau memiliki tunangan untuk mencari pasangan.
"Aku mendengar pembuat masalah itu akan datang,"
"Benarkah? Astaga semoga saja ia tidak membuat kekacauan dipesta Tuan Putri pertama,"
"Aku juga berharap seperti itu, namun aku tidak yakin secara dia adalah pembuat masalah terbesar di Euonia."
Gosip-gosip itu semakin panas, sementara itu, didepan ballroom ada dua orang yang memasang tatapan permusuhan, tidak lebih tepatnya hanya satu.
***
"Sudah aku katakan aku tidak mau menjadi pasangan mu,"
"Histia kau akan terlihat menyedihkan saat memasuki ruang pesta sendirian,"
Histia menutup telinganya.
"Aku tidak peduli, lebih baik masuk sendirian daripada dengan mu,"
"Histia jadilah Adik yang manis dan bantu Kakak mu ini,"
Para penjaga terlihat kebingungan melihat perdebatan mereka.
'Kapan aku harus mengumumkan kedatangan mereka,'
Anvaya dengan paksa menarik tangan Histia.
Histia ingin protes, namun perkataan Anvaya selanjutnya membuyarkan keinginan itu.
"Setelah ini aku akan membawamu ke hutan kabut," bisik Anvaya
Histia melebarkan matanya.
'Hutan kabut bisakah aku masuk kesana?'
"Jangan lupakan janjimu!"
"Tentu, kau bisa mengumumkan kedatangan kami,"
Penjaga itu mengangguk.
"Putra mahkota Anvaya raespati loka, putri ke-tiga Adhistia indali jannitra memasuki ruangan!"
Pintu ballroom terbuka, semua mata menatap Histia dan Anvaya dengan kagum, sejujurnya kecantikan Histia tidak kalah kalau dibandingkan dengan Praya.
Rambut merahnya yang menyala seperti api yang panas, dengan mata berwarna amethyst yang terlihat begitu memukau.
Rambut merah yang menjadi ciri khas kerajaan Gahyaka.
Jangan lupakan tinggi badan Histia yang lebih tinggi, dari rata-rata wanita bangsawan yang ada di Jagaddhita.
Kalau Praya terlihat seperti kecantikan yang polos, dan murni maka, Histia adalah kecantikan yang tangguh dan licik.
Apalagi, malam ini penampilan Histia benar-benar berbeda. Dengan gaun berwarna lilac mist, bluebell dan putih dengan bunga yang menghiasi bawah gaun, dan ditambah dengan renda ditengah gaunnya, bagian lengan sengaja dibuat sedikit mengembang.
Histia juga memilih satu set perhiasan, yang mirip dengan warna gaunnya, dan high heels bermedel open toe.
Untuk rambut Histia memilih untuk mengerai rambut dan tidak memakai hiasan apapun.
Matcha: Sesek nafas aing ngejelasin outfitnya anjir(。ŏ﹏ŏ)
Histia: Salahnya gak belajar tentang design kesusahan kan sekarang (⌐■-■)
Para bangsawan benar-benar terpikat dengan kecantikan Histia, andai tidak ada rumor buruk tentang nya, pasti surat lamaran akan membanjiri Histia.
"Salam kepada bintang kekaisaran dan putri ke-tiga,"
Histia dan Anvaya mengabaikan salam para bangsawan, dan membawa Histia pergi ke tempat yang sedikit jauh dari kerumunan itu.
"Kau lihat mereka begitu menyukai penampilan mu,"
Histia menatap malas Anvaya.
"Aku merasa punggung ku akan berlubang karena tatapan orang-orang itu,"
Anvaya tertawa kecil membuat Histia terpesona beberapa detik.
"Kau harus menahan sebentar Histia."
"Kaisar Wistara bramanty pandita, Nareswari Shinta rahmadisha mamasuki ruangan,"
Melihat kedatangan Kaisar dan Nareswari para bangsawan berlutut, termasuk Histia yang dipaksa berlutut oleh kakaknya.
"Salam kepada matahari dan bulan Kekaisaran,"
"Nikmati pestanya dengan nyaman."
***
Mereka mulai berbincang-bincang para tuan, mendatangi Kaisar untuk membahas bisnis mereka, sedang Shinta harus berhadapan dengan para nyonya bangsawan yang mencoba menjilat nya.
Histia, menatap mereka sekilas sampai tatapan tidak sengaja bertemu dengan Kaisar, Histia segera memutuskan kontak mata itu dan berjalan ke tempat kue-kue di sajikan.
"Tuan putri pertama Praya garvita isvara, Putra mahkota Gestara pradeepa memasuki ruangan,"
Praya masuk sambil tersenyum tangannya tidak lepas dari lengan Gestara, Praya memilih gaun dengan model mengembang, berwarna kuning cerah dengan bunga putih yang ikut menghiasi gaun Praya.
Praya juga memperlihatkan tulang selangka nya, dengan lengan baju di buat model balon, yang dihias dengan pita kecil yang warnanya sedikit gelap dari gaun Praya.
Praya memilih mengepang rambutnya dengan hiasan pita diujung rambut, dan rambut yang dihias dengan elegan.
Dan Gestara memilih baju dengan warna hitam yang mendominasi dengan sedikit campuran warna coklat muda, bros kecil dan sepatu bewarna coklat.
"Salam kepada tuan putri dan putra mahkota,"
Praya tersenyum.
"Dengan ini pesta dimulai."
***
Histia menatap langit malam di balkon, setelah pembagian hadiah tadi Histia memilih pergi untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman dihatinya.
Ia kembali meminum gelas anggur, yang entah sudah ke berapa, ada satu hal yang membuatnya tidak nyaman.
"Benda itu seperti membawaku pada suatu kenangan,"
"Namun apa? Aku tidak bisa mengingatnya sama sekali,"
Beberapa saat yang lalu
Sudah menjadi tradisi, saat ada pesta para bangsawan akan menunjukkan hadiah mereka di depan para bangsawan lain.
Ini juga menjadi ajang pamer kekayaan, dan menunjukan seberapa besar kesetiaan mereka.
"Tuan putri ini adalah kain yang buat khusus di hylin,"
"Tuan putri ini adalah pedang terakhir yang ditempa oleh penempa Ughari sebelum kematiannya,"
"Tuan putri aku memberikan 100 kuda dari kerajaan calya,"
Para bangsawan, tidak bisa berhenti kagum mendengar hadiah-hadiah itu benda-benda yang sulit didapatkan menumpuk dihadapan mereka saat ini.
Namun, kekaguman itu tidak berhenti sampai disana.
Gestara maju dan membuka sebuah kotak perhiasan.
"Tuan putri, ini adalah Heart of the ocean, konon katanya ini adalah milik putri duyung yang pernah hidup jutaan tahun yang lalu,"
Semua bangsawan heboh mendengar itu termasuk Praya, heart of the ocean siapa yang tidak mengetahuinya konon katanya.
Jutaan tahun yang lalu ada ras ikan yang hidup di Mahitala namun sayang ras mereka harus musnah, sampai sekarang tidak ada yang tau alasan ras itu hancur.
Konon katanya, heart of the ocean terbentuk saat putri duyung mengobarkan nyawa mereka untuk sang kekasih.
Lalu cinta mereka yang tulus itu membentuk sebuah permata dan, itu adalah heart of the ocean perasaan tulus sang putri duyung.
Dan perhiasan yang hilang jutaan tahun yang lalu, kini ada dihadapan mereka, sepertinya para bangsawan akan terus membicarakan dalam waktu yang lama
***
Kepalaku benar-benar sakit, apa ini karena aku terlalu banyak minum alkohol? Ya mungkin itu, bagaimana manapun ini pertama kalinya aku minum alkohol sebanyak ini.
"Aku harus kembali,"
Histia membuka pintu balkon, ia sekilas menatap Anvaya yang sedang dikerumuni oleh para bangsawan.
"Selama pesta tetaplah disampingku Histia,"
Itu adalah omong kosong yang dikatakan Anvaya, aku tidak peduli sekarang, aku harus kembali dan berbaring dengan nyaman dikasur.
Dengan pandangan yang semakin memburam, Histia tidak sengaja menabrak sesuatu.
"Aduh,"
Histia yang sudah terlanjur pusing menatap orang itu, satu kata dari Histia rambutnya sangat mencolok.
"Senang melihatmu masih hidup,"
***
Setelah itu, Histia jatuh kedalam kegelapan, suara musik pesta tak lagi terdengar.
Praya dan Gestara datang mereka terkejut, saat melihat Histia ada dipelukan pria itu.
"Kau penyelamat ku? Bagiamana kau bisa ada ditempat ini?"
"Kalian tidak perlu tau, omong-omong aku membawanya silahkan nikmati,"
Pria itu meletakkan Histia lalu pergi begitu saja.
"Dengan ini kematianku bisa di cegah,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments