Bab 10 (keluarga Cemara 2)

"Dasar pria jelek menjauh dari Ibuku!"

                                    ***

"Maaf tapi kau siapa?"

Chandra menatap Histia dengan tatapan tidak percaya, naga kecil tidak bisa menahan tawanya saat mendengar perkataan Ibunya

'Aku mendengar sesuatu yang retak,"

"Istri kau tidak mengingat ku?"

Dan perkataan Histia selanjutnya membuat Chandra semakin terkejut.

Matcha: Ekspresi Chandra ರ╭╮ರ wkwkkw

"Aku tidak mengingat mu, memangnya kau siapa?"

"Kau tidak mengingat ku? Tapi malah mengingat kadal jelek ini?"

"Siapa yang kau bilang jelek! Kau adalah pria terjelek! Cih Ibu kenapa bisa memilih suami sejelek dia sih,"

Chandra dan naga kecil itu terus berdebat Histia yang melihat nya merasa pusing, namun entah kenapa melihat perdebatan itu membuat Histia, merasa ia berada ditempatnya yang seharusnya.

Tempatnya bisa menjadi dirinya sendiri tempat nya pulang, perasaan asing itu memenuhi ruang kosong dalam hati Histia.

"Jelek? Sepertinya kau mengejek dirimu sendiri kadal lemah,"

"Kau! Ibu lihat pria itu terus meledekku kadal,"

"Istri lihat dia yang memulai nya,"

Pancaran kilat terpancar dari kedua mata biru itu, mereka berdua mengibarkan bendera peperangan satu sama lain.

"Dasar pria jelek menjauh dari Ibuku!"

"Kau yang menjauh dari istriku!"

Krukkk

Suara itu mengehentikan perdebatan mereka berdua, Histia malu dan memegang perutnya.

"Bisakah kita makan dulu?"

        

...***...

Pada malam harinya kedua manusia berbeda umur itu terus berdebat untuk memeluk Histia, akhirnya Histia tidur di tengah-tengah keduanya.

Dan keributan itu akhirnya berhenti Histia menatap anaknya dan memulai pembicaraan.

"Apa kau sudah memiliki nama nak?"

Anak itu menggelengkan kepalanya, Chandra yang sedang memeluk Histia ikut dalam perbincangan itu.

"Dalam tradisi kita seorang anak harus diberi nama oleh Ibunya saat mereka keluar dari telur, namun kasus istri istimewa jadi pemberian nama itu harus ditunda,"

"Apa kau tidak bisa memberinya nama?"

Chandra mengelengkan kepalanya, dan semakin mempererat pelukannya pada Histia.

"Hanya seorang Ibu yang berhak memberi nama pada anaknya, itu semua untuk menghormati mereka karena jarang ada anak yang mewarisi genetik Ibunya, jadi sebagai gantinya nama anak hanya bisa diberikan oleh Ibu,"

"Kenapa begitu?"

"Karena biasanya kekuatan jantan lebih mendominasi, karna setelah betina melahirkan tugas jantan memberi energi untuk sang telur, dan betina bisa beristirahat setelah proses hamil dan bertelur,"

Histia menganggukkan kepalanya, ia merasa kasian pada sang Ibu, sudah susah-susah bertelur saat menetas bayinya tidak memiliki kemiripan dengannya.

"Kavindra adianta, apa kau menyukainya nak?"

"Aku suka itu Ibu terimakasih banyak,"

"Kau tidak bertanya namaku istri?"

Histia menatap Chandra, bagiamana mungkin ia melupakan hal yang penting seperti itu.

"Siapa namamu?"

Chandra tersenyum

"Chandra arkatama ravindra,"

"Apa aku seorang Naga juga?"

Jujur saja Histia sangat penasaran tentang jati dirinya, apalagi saat melihat kenangannya yang memeluk Kavi saat dalam bentuk telur.

"Ya lebih tepatnya Naga dari Selatan, besok aku akan menjelaskannya lebih detail sekarang Istri harus tidur,"

                               ***

Kavi menatap mahkota bunga yang ia buat pagi ini Kavi mengajak Histia, untuk berkeliling taman istana tentu saja usulan itu ditolak dengan keras oleh Chandra.

Karna Histia masih membutuhkan istirahat, dan masih dalam masa pemulihan namun Histia menyakinkan Chandra bahwa ia baik-baik saja. Dan di sinilah mereka di taman istana yang dipenuhi oleh berbagai jenis bunga.

Kavi memakaikan Histia mahkota bunga yang baru saja ia buat, dan Kavi bangga dengan hasil rangkaiannya tidak salah ia belajar dengan Nala pengasuhnya.

'Nala terimakasih,'

Histia terharu saat Kavi memberi nya rangakaian bunga yang indah, ia menatap rangakaian bunga ditangannya dengan tatapan miris.

'Bisa-bisanya aku kalah dengan anakku sendiri,'

Ya rangkaian bunga Histia lebih cocok dipanggil bencana, karna bentuk nya yang tidak jelas melihat raut wajah Histia yang murung, Kavi langsung mengambil rangakaian bunga itu dan memakainya.

"Ibu rangakaian bunga yang Ibu buat adalah yang terindah."

Namun naas saat kata-kata itu ucapkan mahkota bunga yang Histia buat hancur, keduanya membatu beberapa saat, jangan tanyakan keadaan Histia dia sangat malu dan syok.

Matcha: Hahaha anjir malu dong kalah sama anak sendiri, mana anak cowo pula(≧▽≦)

Histia: Lu gak niat buat karakter gue yah(ノ`Д´)ノ彡┻━┻

Matcha: Denger Histia gue gak suka karakter yang sempurna dah yah mending lu buat kekacauan itu lebih cocok dari ngerangkai bunga (≧▽≦)

Kavi yang melihat ekspresi Histia memburuk segera mengganti topik pembicaraan.

"Ibu ayo kita melihat latihan Ksatria."

Hari ini Kavi belajar sesuatu jauhkan Ibunya dari kegiatan merangkai bunga, karna Ibunya itu sedikit payah.

Histia mengangguk, dan mengendong Kavi ke tempat pelatihan Ksatria. Kavi menahan malunya saat Histia menggendong nya.

"Eh Ibu? Aku bisa sendiri kok,"

"Nanti kaki Kavi sakit kalau berjalan terlalu lama."

Namun Kavi tidak bisa menutupi raut wajah bahagianya, dari dulu Kavi Selalu iri dengan anak-anak yang dimanjakan oleh orang tuanya.

Kavi juga ingin merasakan dimanja, namun sayang keadaan memaksa Kavi untuk menjadi dewasa seorang diri. Hidup sebagai satu-satunya Naga, membuat Kavi merasakan kesepian yang mendalam.

Walaupun para pelayan dan ksatria selalu memberikan perhatian padanya, namun tetap saja Kavi membutuhkan sosok orang tuanya dan, akhirnya penantian Kavi berhenti saat melihat Ayahnya membawa pulang Ibunya.

Jiwa kekanak-kanakan yang Kavi coba tahan dari dulu meluap begitu saja saat melihat sosok Ibunya.

Kavi tidak lagi dewasa ia kembali menjadi anak kecil, yang haus perhatian orang tuanya Kavi yang mandiri telah hilang, digantikan oleh Kavi yang manja pada Histia.

"Sekarang kita harus kemana?"

"Ke arah barat laut Bu."

                                  ***

"Salam kepada yang mulia Ratu dan yang mulia Pangeran!"

Histia menatap para Ksatria yang memberinya penghormatan, jujur saja ia belum terbiasa dipanggil seperti itu, apalagi Histia tidak mengingat mereka jadi yah Histia merasa sedikit tertekan.

"Lanjutkan latihan kalian,"

"Baik!"

Para Ksatria menjawab dengan penuh semangat, dan melanjutkan latihan mereka yang sempat tertunda, Histia memperhatikan seluruh area pelatihan di buat kagum oleh tempat ini. Tempat ini sangat luas dan disatukan dengan area latihan berkuda.

Bukan hanya itu namun ditempat ini bukan hanya pria yang menjadi Ksatria namun para wanita juga, pelatihan mereka bahkan sama membuat Histia terpesona. Tidak ada diskriminasi gender di antara mereka semuanya, hanya fokus berlatih dan menjadi yang terkuat.

Histia membawa Kavi duduk dibawah pohon apel tentu saja Kavi duduk dipangkuan Histia, jujur saja baru kali ini Histia berbicara dengan lembut, biasanya dia akan berbicara dengan kasar dan asal.

'Mungkin ini yang dinamakan insting seorang Ibu, yah Ibu mana yang ingin anaknya berbicara kasar,' Histia langsung mengubah wajahnya saat melihat kelakuan Kavi saat bersama Chandra 'Kenapa malah sikap buruk ku yang di turunkan,' inilah sebabnya seseorang harus memiliki perilaku yang baik.

Histia membelai lembut surai Kavi dan memulai pembicaraan.

"Kavi saat dewasa ingin menjadi apa?"

Kavi menatap Histia, dan dengan semangat Kavi menjawab pertanyaan Histia dengan jawaban polos, namun membuat Histia terharu.

"Aku ingin menjadi orang yang kuat agar bisa melindungi Ibu dari orang-orang jahat,"

Histia mencium pipi gembul Kavi dengan gemas.

"Kalau begitu Kavi harus rajin berlatih agar bisa melindungi Ibu,"

"Tentu aku akan belajar dengan giat, Ibu tenang saja ada aku di sini yang akan melindung Ibu, dari orang jahat."

Keduanya kemudian tertawa para Ksatria yang mendengar tawa keduanya begitu terharu, apalagi Kavi yang dulu selalu berlaku dingin, namun kini para ksatria bisa melihat senyuman polos Pangeran mereka.

Dalam hati para Ksatria berdoa agar senyuman Pangeran, tidak pernah hilang lagi dan mereka berharap kebahagiaan selalu datang, dalam kehidupan Raja dan Ratu.

"Ibu belum pernah melihat bentuk Naga ku kan?"

Histia menggeleng, Kavi turun dari pangkuan Histia, Histia menatap Kavi dengan tatapan penasaran kemudian

Pyong

Seekor Naga kecil berwarna putih terbang kearah Histia, dan memutari tubuh Histia Histia di buat kagum saat melihat Kavi dalam bentuk Naga kecilnya, tidak daripada kagum Histia malah gemas.

Naga putih dengan mata berwarna biru terlihat sangat menggemaskan, bentuk Naga Kavi mirip dengan boneka! Histia bertepuk tangan memuji Kavi.

"Anak Ibu sangat keren,"

Dalam bentuk Naga Kavi tertawa karena mendapat pujian dari Ibunya, Histia jadi penasaran bagaimana bentuk Naga nya, ia mengingat perkataan Chandra semalam.

'cukup bayangan bentuk Nagamu istri.'

'Bentuk Naga Selatan?'

Bommmm

Ledakan yang keras terdengar dari area pelatihan, seketika angin besar menumbangkan pohon, pedang-pedang juga ikut terbawa angin, kuda-kuda meringkik ketakutan dan para prajurit terbang terbawa oleh angin.

Seluruh istana dihebohkan dengan dentuman suara itu, salah satunya Chandra ia merasakan firasat buruk, dan segera meninggalkannya ruangan rapat. Para menteri ingin protes namun sayang Chandra memecahkan kaca, dan terbang ke arah area pelatihan Ksatria.

Sedangkan Histia yang baru menyadari situasinya mulai panik, tadi saat membayangkan tentang Naga tiba-tiba sebuah energi tidak dikenal meletup dalam tubuh Histia. Kekuatan besar yang seperti baru terlepas segelnya.

"Ibu berubah menjadi Naga!"

Histia menatap Kavi, ia sedikit terkejut karena bisa mendengar suara Kavi padahal sebelumnya ia hanya mendengar suara geraman dari Kavi.

"Kavi bagaimana caranya berubah kembali!"

Panik? Tentu saja panik siapa sih yang tidak akan panik saat ada di situasi Histia. Ditengah kepanikan itu Chandra datang tepat waktu, ia tertawa saat melihat wajah kaget di Naga Histia.

Histia menatap Chandra dengan tatapan permusuhan.

"Istri kenapa kau berubah disini? Padahal ada ruang yang lebih besar?"

"Siapa yang mau berubah! Aku hanya membayangkan tentang Naga dan tiba-tiba berubah seperti ini!"

Hilang sudah kesabaran Histia, Chandra terbang mendekati bentuk Naga Histia, ia tersenyum mengingat kenangannya dulu dengan Histia, Chandra mencium kening Histia lalu memenangkan nya.

"Sekarang bayangkan diri istri dalam bentuk manusia, fokuslah sampai istri melihat jelas bentuk manusia istri."

Histia mengikuti arahan Chandra, ia membayangkan dirinya yang berambut merah dengan mata amethyst.

Fyong

Bentuk Naga Histia menghilang Chandra dengan cepat menangkap tubuh Histia, pandangan mereka terkunci beberapa saat, iris mata berwarna Aquamarine begitu menyejukkan hati. Berbeda dengan mata iris mata Histia yang terlihat menekan dan berbahaya.

"Maaf karena membuat kekacauan,"

Histia malu baru beberapa hari di tempat ini ia sudah menghancurkan area pelatihan.

"Tidak perlu meminta maaf Bu, Pria jelek ini akan memperbaiki semuanya,"

"Bisakah kau diam kadal jelek! Lebih baik kau berlatih jangan menganggu kami,"

Nada bicara Chandra langsung berubah saat berbicara dengan Histia.

"Istri tenang saja ini hanya kekacauan kecil, sebaik nya kita menghabiskan waktu berdua."

Setelah itu Chandra membawa Histia ke kamar mereka, para Ksatria masih mencoba menormalkan detak jantung mereka yang beberapa menit yang lalu hampir copot dari tempatnya.

"Aku merasa nyawaku berkurang 1000 tahun,"

"Bentuk Naga yang mulia Ratu sangat keren di satu sisi mengerikan,"

"Akhirnya kita bisa melihat bentuk Naga yang mulia Ratu!"

"Omong-omong seperti nya area pelatihan membutuhkan waktu lama untuk perbaikan,"

Para Ksatria mengangguk, dan kekaguman mereka pada Histia semakin bertambah saat melihat bentuk Naga nya.

Kavi yang ingin menyusul Ibu ,dan Ayah harus berhenti saat seseorang berbicara dengannya, dia adalah guru  Kavi.

"Pangeran ini waktunya berlatih,"

Kavi dengan lesu turun dan mengubah wujudnya menjadi manusia kembali.

Sementara itu Chandra dan Histia menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama, Chandra bahkan melupakan para menteri yang masih menunggunya. Sekarang yang ia inginkan hanya menghabiskan waktu bersama Histia.

Chandra menidurkan Histia diatas ranjang mereka dan memeluk tubuh Histia.

"Bukannya kau ada rapat?"

Chandra meletakkan tangan Histia di kepalanya dan Histia tanpa sadar membelai surai rambut Chandra.

"Bukan kau tapi Chandra,"

Histia menarik nafasnya ia masih belum terbiasa dengan memanggil nama Chandra.

"Chandra bukannya kau ada apa?"

Chandra tersenyum panggilan yang ia rindukan selama 200 tahun.

"Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, kau tau istri dulu kita sering melakukan hal ini, aku yang tertidur dipangkuan mu dan istri yang memainkan rambut ku,"

"Dulu kita sangat dekat, apa istri penasaran?"

Histia mengangguk

"Kalau begitu akan aku ceritakan,"

"Tolong aku sialan!"

Sementara itu para menteri

Menteri: Yang mulia anda melupakan kami

༼;´༎ຶ ۝ ༎ຶ༽

btw draf cerita ini udah mau 40 chapter kalian mau gak kalau aku up setiap hari? Tapi ada syaratnya, setiap up kalian harus like eps nya oke? Kalau gak mau gak apa-apa, aku gak maksa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!