Bab 6 (kekacauan yang datang)

"Dengan ini kematianku bisa di cegah,"

                               ***

"Semuanya sudah siap kan ?"

"Tentu, ini belatimu Praya,"

Aku memaksa membuka kedua mataku, dihadapanku ada Praya dan Gestara kenapa aku bisa disini? Tidak yang lebih penting kenapa aku diikat?

'Yang terakhir aku ingat aku bertemu dengan pria dengan rambut mencolok, lalu apa lagi?'

"Apa kau akan membunuhku Praya?"

Praya menatap Histia

"Iya demi masa depan yang baik kau harus mati,"

Aku tertawa, masa depan yang baik? Omong kosong, apakah dia sedang membual.

"Praya apa kau pikir kau bisa membunuhku? Ingatlah bahkan racun tidak berefek padaku,"

Aku sangat percaya diri, karena itu bukanlah kebohongan, tadinya aku merasa tubuhku sedikit aneh tidak masuk akal, pedang tidak melukaiku bahkan racun yang diberikan oleh Praya, tidak berpengaruh padaku.

Praya mengeraskan ekspresinya saat melihat tatapan ku yang percaya diri, ia memainkan belati itu dan menggores kulit tanganku.

Ishhh

Sakit, kenapa luka itu terasa sangat menyakitkan? Padahal itu hanya goresan kecil?

"Ternyata pria itu tidak berbohong,"

Luka ditanganku mulai menghitam, aku menatap ngeri lengan ku.

'Apa belati itu beracun? Tapi racun apa yang memiliki efek seperti ini?'

"Bagaimana mungkin?"

"Sekarang kau tidak bisa sombong lagi Histia,"

Aku mengerang marah, aku marah dengan posisiku yang tidak berdaya hanya karna sebuah luka kecil.

"Praya kita harus cepat melakukannya,"

Praya menatap Gestara

"Sebentar lagi,"

"Histia melihat wajah arogan mu yang terlihat putus asa itu bagaikan hiburan bagiku,"

"Apa yang kau inginkan!"

Praya tersenyum mengerikan

"Jantungmu aku ingin jantungmu untuk keabadian Histia,"

Wanita ini gila! Dia ingin memakan jantung ku?

"Kau gila Praya!"

Praya mencengkram kedua pundakku

"Aku memang gila Histia kalian yang membuatku menjadi gila seperti ini!"

Ekspresi Praya berbeda dari biasanya walaupun, perkatan nya kasar namun aku bisa melihat raut mata yang putus asa, seperti ada kehampaan dalam mata itu.

"Kau tau aku selalu iri dengan kehidupan mu, kau yang bebas, kau tidak perlu memperhatikan etika, kau yang tidak perlu mengenakan topeng,"

"Kau yang selalu mendapatkan perhatian Ayah, aku ingin itu semua Histia! Aku ingin bermanja-manja dengan Ayah aku ingin berbicara tanpa memikirkan etika,"

"Namun sayang aku tidak bisa mendapatkan itu semua ditambah dengan fakta umur ku yang pendek,"

"Namun sekarang aku tidak perlu memikirkan itu, apa kau tau alasannya?"

Pandangan kami bertemu, setelah membuat ekspresi terluka kini ekspresi nya dipenuhi kegilaan, aku menyesal bersimpati padanya.

'Harusnya aku bersimpati pada diriku sendiri daripada dengan orang lain,'

"Penyelamat datang padaku, ia memberikan ku sebuah jalan untuk hidup, dan itu adalah dengan memakan jantungmu Histia,"

Aku terbata-bata, jantungku? Wanita ini gila ini! Dipikir jantung ku obat apa!

"Wanita gila,"

Praya mengerutkan alisnya kemudian belati panjang itu menusuk dadaku.

Srukk

Rasa sakit yang menyengat menyebar dari robekan kulit, aku menatap belati yang kini bersarang didada kiriku, sialan rasanya sangat menyakitkan. Aku bisa merasakan aliran darah mengalir dengan deras dari luka yang ditimbulkan oleh wanita gila yang mengerikan itu.

Gestara bertanya

"Bagiamana mungkin darah nya berwarna hitam?"

"Hah hah hah, sialan kalian berdua!"

"Kau memang monster,"

Praya menatap luka itu, dan ia kembali menggoreskan belati pada dada Histia saat Praya ingin menusuk nya lebih dalam pintu menara terbuka dengan kencang.

"Apa kau lakukan pada Histia sialan!"

Anvaya berlari sambil menodongkan pedang kepada Praya dan Gestara, tatapannya semakin mengelap saat melihat tubuh Histia yang terikat dan Histia yang terluka.

Praya menaikkan suaranya, Gestara juga segera mengeluarkan pedang yang sudah ia siapkan dimenara timur.

"Apa yang kau lakukan disini Anvaya!"

Avanya maju, dan segera melepaskan tali yang mengikat tangannya, tubuh Histia ambruk di pelukan Anvaya.

"Apa kau lakukan ini dosa besar Praya!"

Gestara segera melindungi Praya dibalik punggungnya.

Gestara menatap sengit Anvaya dan berkata

"Turunkan senjata mu Avanya,"

"Siapa kau berani memerintahku, kau hanya tamu asing ditempat ini namun kau dengan lancang melukai keluarga kekaisaran!"

"Dia bukan keluarga kekaisaran! Dia hanyalah monster!"

"Praya! Yang kau lakukan hari ini akan membawa seluruh dunia dalam kehancuran,"

Praya tertawa.

"Kehancuran? Kau berbual Avanya."

Histia berkata dengan lirih

"Candra sakit."

***

Malam itu, dibagian terdalam hutan kabut sebuah mata berwarna biru bersinar begitu terang, tatapan matanya begitu tajam dan dingin, pria itu mengepalkan tangannya saat mendengar suara wanita yang ia cintai terbawa oleh angin.

'Raja telah bangkit!'

'Raja akhirnya bertemu Ratu!'

'Cepat sebarkan berita ini!'

'Mereka akan bertemu! Dua orang yang pisahkan akan bertemu!'

'Ratu kita akhirnya akan kembali! Sinar matahari akan menyinari Dewangga!'

"Manusia bajingan itu apa yang mereka lakukan,"

Sebuah sayap berwarna putih keluar dari punggung pria itu, dengan kecepatan luar biasa dia terbang melintasi langit malam, menebus awan yang berusaha menghalangi pandangannya.

"Tunggu aku istri,"

                               ***

"Kehancuran? Kau terlalu berlebihan Anvaya, wanita itu memang nya apa yang bisa dia lakukan,"

"Gestara bunuh Anvaya dan bawakan jantung Histia padaku."

'Gila Kakak kau gila! Sialan aku tidak bisa bertarung dengan leluasa! Aku tidak bisa membiarkan mereka melukai Histia lebih parah,'

Gestara mengangkat pedangnya

"Matilah demi kebahagiaan Praya!"

Kaca jendela dipecahkan dengan paksa, membuat pecahan kaca bertebaran di seluruh ruangan. Pandangan ketiga orang itu fokus pada sebuah bayangan yang terlihat begitu besar.

"Manusia kotor, setelah aku memberi kalian kekuasaan kalian malah berniat mengambil jantung istriku,"

Suara yang begitu dingin masuk ke indra pendengaran mereka, mereka bertiga merasakan aura yang begitu menekan, tanpa sadar Praya dan Gestara berlutut.

'Siapa orang ini, kenapa auranya begitu menakutkan,'

'Siapa dia?'

Anvaya menelan silvanya dengan susah payah, ia tau ciri-ciri ini rambut putih yang seputih salju, mata biru yang tenang seperti lautan, Jirah emas dengan ukiran bulan, ini seperti yang dijelaskan dalam buku.

Yang membuat perjanjian dengan kakek moyang mereka, Naga tangguh dari Utara Chandra Arkatama Ravindra.

Anvaya semakin mengeratkan pelukannya pada Histia.

'Histia seharusnya aku mengantarkan mu kepadanya padanya, maaf karna aku merusak semuanya,'

Chandra menatap belati yang ada di dada Histia, lalu ia melihat dua orang yang terlihat gemetar itu.

"Benda itu dimana kau mendapatkannya?"

Praya dan Gestara merasakan ketakutan yang luar biasa tubuh mereka tidak bisa berhenti menggigil.

Mata dingin itu, mengamati seluruh ruangan lalu pandangannya jatuh pada Histia dan Anvaya.

Pria itu berjalan mendekati tubuh Histia dan Anvaya, lalu ia segera mengambil alih tubuh Histia dari pelukan Anvaya.

"Dasar bajingan Kekaisaran Jagaddhita! Kalian telah melanggar perjanjian kita 200 tahun lalu! Sesuai perjanjian kita, kalau sampai anak kuturunan kalian melukai istriku maka aku akan menghancurkan kalian!"

"Ini adalah pernyataan perang dari Raja Dewangga!"

Anvaya tanpa takut memegang ujung sepatu pria itu, dengan suara yang bergetar Anvaya bertanya

"Apa Histia akan baik-baik saja, apa kau bisa menyembuhkannya?"

Chandra menatap Anvaya

'Dia sangat mirip dengan Jayandra,'

"Bukan bisa tapi aku akan melakukan nya apapun bayarannya,"

Setelah itu pria itu terbang ditengah kegelapan malam, dan orang-orang bahkan para ksatria juga ikut  berdatangan ke menara timur saat merasakan aura yang mengerikan tadi.

"Anvaya apa yang terjadi?"

Anvaya menatap Ayahnya

"Praya merusak perjanjian kita Ayah, penyataan perang sudah dikeluarkan,"

Pandita menatap Praya dan Gestara dengan murka.

"Apa yang mereka coba lakukan?"

Anvaya menatap tangannya yang dipenuhi oleh darah Histia.

"Praya berniat mengambil jantung Histia Ayah,"

"Prajurit! Tangkap Praya dan Gestara dan masukkan mereka ke dalam penjara bawah tanah!"

"Baik yang mulia!"

Setelah itu, para prajurit menarik tubuh Praya dan Gestara dengan paksa hukuman berat menanti mereka.

"Maafkan aku Ayah aku gagal melindungi Histia dan menjaga perjanjian leluhur kita,"

"Ini bukan salah mu Anvaya,"

                              ***

Praya menatap Anvaya dengan marah ia mencengkram erat jeruji besi didepannya.

"Sialan lepaskan aku Anvaya,"

Anvaya menatap Praya

"Kau merusak perjanjian nya kak, gara-gara kau dunia akan jatuh kedalam kegelapan,"

"Perjanjian nya hancur,"

Praya menatap Anvaya

"Apa maksudmu? Kenapa kau selalu mengatakan perjanjian? Apa maksudnya?"

Anvaya menggosok rambut nya kasar tatapan nya hanya menatap ke sepatunya.

"200 tahun lalu Kakek moyang kita melakukan perjanjian dengan Naga,"

"Aku Candra arkatama ravindra naga dari utara dan dia adalah istriku Adhistia indali jannitra, aku bisa memberimu segala nya, kekuatan, kekuasaan, kekayaan dan ketenaran,"

"Istri, aku harap dikehidupan kali ini rasa sakitmu akan berhenti,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!