Bab 13 (Dilema)

Histia mondar-mandir di kamarnya, ia bingung bagaimana cara mendekati Chandra, apalagi orang itu selalu menolaknya.

Histia bertanya pada para pelayan, ibunya ayahnya, bahkan pada Tala, cara agar seseorang bisa jatuh cinta.

Matcha: Ini flashback pas eps 12

"Bagaimana kalau memberi hadiah? Dafna sering melakukannya Adik,"

Histia menatap Tala yang masih fokus mengerjakan tugasnya, ia terlihat berpikir keras sebelum akhirnya menyetujui saran dari Tala.

"Itu ide yang bagus terimakasih Kakak,"

Tala meletakan pena nya dan melihat Histia yang sedang tidur-tiduran di sofa.

"Memangnya kau ingin memberikan kado untuk siapa? Apa kau menemukan seseorang yang jauh lebih kuat darimu?"

Histia bangun dan menatap Tala dengan tatapan serius, ia melipat kedua tangannya.

"Kakak, tidak akan ada Naga yang lebih kuat dari aku begitu pun pria itu, tapi hanya pria itu yang membuat jantungku berdetak lebih cepat, aku jadi ingin selalu tampil cantik di depannya, dan aku selalu bermimpi tentang nya,"

Tala mengelengkan kepala mendengar perkataan Histia, yang sangat sombong yah tapi itu bukan hanya omong kosong, Histia memang jauh lebih kuat.

Sifatnya benar-benar copyan dari Naya, sedangkan sifat Tala lebih mirip dengan Ibunya, tidak terlalu angkuh.

"Tapi aku senang kau akhirnya merasa perasaan cinta Histia, aku harap kau bisa bahagia, seperti aku dan Dafna,"

Histia mengangguk kemudian ia keluar dari tempat Tala bekerja, ia berlarian di lorong dan membuka pintu kamar ibu dan ayahnya dengan kasar.

Tiba-tiba darah merah menetes dari hidung Histia, Histia membeku begitu pun dengan dua orang didalam kamar itu.

Wajahnya Histia merah sebelum berlari dari tempat itu.

"Ibu aku ingin adik laki-laki!!"

"Histia!!!"

thalia berteriak ia sangat malu ketauan oleh Putri, thalia menatap Naya dengan kesal.

"Sudah aku bilang jangan lakukan siang hari! Aku tidak mau bicara dengan mu lagi."

Sedangkan Naya hanya terdiam melihat kemarahan Thalia.

***

Sementara itu di kamar Histia tengah berusaha membuat sesuatu dengan tangannya, ia ingin hadiah yang istimewa untuk pria yang ia sukai jadi.

Ia ingin merajut sebuah sapu tangan Histia berencana membuat bunga Lily, satu jam pun berlalu Histia berhasil membuat garis lurus.

Histia menatap kesal pada rajutan nya namun, ia terus mencoba setelah beberapa jam Histia selesai membuat rajutan itu, namun hasilnya sangat di luar nalar.

"Ini bukan bunga Lily! Tapi kotoran!"

Histia melemparkan rajutan itu dengan frustasi, ia sangat berbakat dalam mengangkat pedang tapi kenapa, ia tidak bisa membuat sesuatu yang indah dari tangannya.

"Pikirkan ide lain,"

Histia bangun dan pergi ke dapur ia berencana membuat kue.

"Tuan Putri biar kami saja yang membuatnya,"

Para pelayan mengangguk setuju mereka, tidak bisa membuat Histia berada di dapur.

Namun tentu saja Histia menolaknya dengan keras, kue ini harus buatan tanganya tanpa campur tangan para pelayan.

"Tidak! Aku yang akan membuat nya kalian keluar saja,"

"Tapi-"

Ucapan pelayan itu dipotong oleh tatapan tajam Histia, para pelayan segera mengangguk dan meninggalkan Histia sendirian berkutat dengan, bahan-bahan kue.

Histia membaca buku resep sebelum membakarnya dengan api.

"Cih aku tidak butuh resep, hanya membuat kue semua orang juga bisa melakukannya,"

Histia mulai mencampurkan bahan-bahan yang ia butuhkan, mengocok, membentuk dan lain-lain membuat dapur menjadi sangat berantakan oleh Histia.

"Ini pasti pewarna aku akan memasukkan agar lebih indah,"

Histia memasukkan bahan itu setelah semuanya siap, Histia memasukkan kue itu ke dalam pemanggang dan 20 menit kemudian Histia mengeluarkannya.

Kue-kue itu memiliki warna yang sangat cantik, walaupun bentuknya sangat menyeramkan.

"Apa ini hanya ilusi? Aku merasa melihat asap ungu dari kue,"

Histia mengelengkan kepalanya ia memasukkan kue-kue itu untuk memberinya kepada pria, yang ia cintai.

Sisa-sisa nya Histia membiarkan para pelayan mencicipinya.

"Apa kami bisa memakannya nya Tuan putri?"

Histia mengangguk senang tatapan matanya, terlihat seperti 'Aku membuat nya dengan sungguh-sungguh untuk kalian,'

Para pelayan, tidak bisa menolak tatapan itu dengan tangan yang gemetar para pelayan mengambil kue itu.

Mereka menutup matanya dan memakan kue itu, tidak lama kemudian para pelayan seperti melihat surga, dan mereka pingsan.

"Wah apa seenak itu sampai mereka pingsan, hmm aku jadi penasaran bagaimana rasanya,"

Histia memasukkan tiga kue sekaligus, ia menutup matanya mencoba merasakan kue nya.

"Sangat asin dan pedas, apa kue memang seperti ini?"

Kemudian Histia ikut pingsan dengan rasa aneh itu, Histia memasukan garam terlalu banyak, dan mengira bubuk cabai adalah pewarna makanan.

Histia bodoh dalam Memasak!

***

Tala terus tertawa saat melihat wajah Histia yang kepedasan, kue Histia benar-benar sebuah racun setelah bangun dari pingsannya, rasa pedas itu tidak menghilang.

Thalia dan Naya terus mengipasi Histia yang kepedasan, ia sudah makan banyak makanan manis, es, buah namun rasa pedas itu masih ada.

"Hahaha Adik tangan mu itu tidak cocok membuat sesuatu hahaha, kau hanya bisa mengangkat pedang dengan tangan mu itu,"

"Ayah liat Kakak terus mengejek ku,"

"Tala jangan terus menertawakan Adik mu,"

Tala masih tertawa ia tidak bisa menahan diri, setelah beberapa saat Tala mengembuskan nafasnya dan berhenti tertawa.

"Histia sebaiknya kau memberikan hadiah yang lain, seperti pena, atau apapun sesuatu yang bisa di beli, di kota,"

Histia mengangguk kepalanya ia juga sudah melas membuat hadiah sendiri, karna semuanya hanya menghasilkan kekacauan mengerikan.

"Ya ibu aku akan membeli hadiah di kota saja."

***

Malamnya Histia berkumpul dengan para pelayan yang sudah menikah, ia ingin meminta saran dari mereka.

"Hmm mendengar cerita tuan putri pria itu pasti, seseorang yang sangat anti dengan cinta,"

Para pelayan mengangguk setuju.

"Bagaimana kalau tuan Putri pura-pura menagis saat pria itu menolak tuan putri lagi,"

Histia mengerutkan keningnya.

"Apakah harus menagis? Apa tidak ada cara lain?"

Para pelayan nampak berpikir keras.

"Sebenarnya ada namun apa tuan putri ingin melakukannya?"

Histia mengangguk dengan semangat, mungkin saja ada cara yang lebih baik dari menagis.

"Dulu suamiku juga sepert itu, dia sangat cuek dan dingin karena kesal aku langsung saja menerkamnya dan saat aku hamil, dia jadi mencintai ku,"

Histia terbelalak saat mendengar cerita dari para pelayan itu, pelayan di samping nya ikut bercerita.

"Kalau aku, memasukkan obat ke alkohol suamiku dan kami melakukan," pipi pelayan itu menjadi merah saat menceritakan kisahnya, "Setelah itu aku masuk ke kamarnya dengan memakai baju seksi, setelah kalian tau apa yang kami lakukan,"

Para pelayan mengangguk tentu saja mereka mengerti apa yang terjadi berikutnya.

"Intinya tuan putri kalau dia menolak terkam saja, tidak ada pria yang bisa menahan godaan tubuh wanita,"

Histia menatap ngeri orang-orang itu ia sampai ke sebuah kesimpulan.

'Wanita dari Selatan sangat mengerikan.'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!