Amara masuk ke dalam kamarnya, melemparkan tas ditangannya ke arah ranjang. Kemudian dia duduk di tepi ranjang dan mengepalkan tangannya erat.
"Kurang ajar! Bagaimana mungkin wanita seperti Erina bisa membuat pria seperti Devan bersikap manis padanya" ucap Amara dengan sangat kesal. Dia memukulkan tangannya keranjang sebelahnya.
Rupanya Amara adalah istri kedua dari tuan Rama. Dia menikah dengan Rama saat usianya baru menginjak 18 tahun. Kala itu istri Rama yang merupakan ibu dari Dilan meninggal dunia setelah melahirkan Dilan. Hingga Rama harus menikah lagi agar ada yang mengurus Dilan. Saat itu status Amara sendiri adalah sebagai baby sitter yang mengurus Dilan. Dia sengaja menjebak Rama agar mereka bisa tidur satu ranjang dan dia bisa menggantikan posisi sebagai nyonya Prasetya.
Namun Amara sendiri sangat menyayangi Dilan seperti putra kandungnya sendiri, dia tidak rela jika Dilan menikah dengan wanita biasa seperti Erina. Itulah sebabnya dia menjebak Erina malam itu supaya bisa tidur dengan seorang pria, dengan begitu Dilan akan merasa sangat kecewa pada Erina dan memutuskan hubungan mereka.
Amara juga meminta bantuan Gina dalam hal ini, dia sangat tau jika Gina sangat mencintai Dilan sehingga saat Amara meminta bantuannya, Gina tidak bisa menolak. Walaupun pada awalnya Gina nampak ragu karena Erina merupakan sahabat baiknya, namun cintanya pada Dilan telah menutup mata hatinya sehingga dia mau bekerjasama dengan Amara untuk menyingkirkan Erina dari hidup Dilan.
"Devan begitu tampan, aku juga ingin merasakan kejan-tanannya saat diatas ranjang. Sudah lama aku mendambakannya, aku tidak rela jika Erina yang akan menjadi sainganku" ucap Amara sambil sorot matanya menatap tajam.
Diusianya yang sudah memasuki kepala empat, Amara memang masih terlihat seksi dan cantik. Apalagi dia rajin merawat diri kesalon untuk mempercantik penampilannya. Usianya dengan suaminya yang terpaut jauh yaitu 15 tahun membuat Amara menginginkan daun muda seperti Devan. Mungkin saja Amara sedang mengalami puber kedua hingga dia begitu menginginkan belaian dari seorang Devan yang terlihat begitu gagah dimatanya.
Amara mengambil ponselnya dari dalam tasnya, lalu dia mencoba mengirimkan pesan pada seseorang.
[ Tuan muda Dirgantara, saya sungguh minta maaf atas kejadian dipesta tadi. Sebagai permintaan maaf saya, saya ingin mengundang anda untuk makan malam ]
Amara berharap Devan membalas pesannya dan mau menerima ajakannya untuk makan malam. Dia sangat tidak sabar menunggu balasan dari pria itu.
...💓💓💓...
Erina sedang berdiri didepan cermin, sejak semalam dia memang tidak bisa tidur karena memikirkan ciumannya dengan Devan.
"Bagaimana jika nanti aku bertemu dengannya? Pasti akan sangat canggung" gumam Erina, lalu menarik nafas dalam-dalam.
Kemudian Erina segera keluar dari kamar, dia pikir akan membuatkan sarapan untuk Devan dulu sebelum ke kantor. Namun tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi, Erina melihat sekelilingnya, sepertinya Devan belum bangun. Akhirnya Erina pergi ke depan untuk membukakan pintu.
Seorang wanita cantik menggunakan kaos kuning ketat dan rok pendek sudah berdiri didepan pintu. Wanita itu mengernyitkan keningnya saat melihat Erina, dia melihat Erina dari atas sampai bawah.
"Dimana Devan?" tanya wanita itu, matanya menjelajahi setiap sudut ruangan itu.
"Eh dia...."
Belum sempat Erina melanjutkan kata-katanya, wanita itu sudah menerobos masuk saat melihat Devan keluar dari balik tembok. Wanita itu langsung memeluk Devan yang baru bangun tidur.
"Sayang aku sangat merindukanmu, kamu tidak pernah membalas pesanku jadi aku pikir untuk mengunjungi kamu kemari" wanita itu bermanja-manja dipelukkan Devan. Namun tatapan mata Devan tertuju pada Erina yang sedang berdiri di dekat pintu.
Kemudian wanita itu melepaskan pelukannya, dia melihat kemeja Devan yang kancingnya hampir terbuka semua. Kemudian wanita itu melihat ke arah Erina yang masih berdiri di dekat pintu dan sedang menatap mereka. "Kamu tidak sudah tidur dengannya kan?"
"Apa yang kamu lakukan disini? Aku paling tidak suka ada orang yang menerobos masuk ke tempatku, keluar sekarang" Devan berbicara dengan nada dingin, ternyata itu adalah salah satu wanita yang biasa Devan bayar untuk menemaninya di villa.
"Tapi sayang..."
"Aku bilang keluar!!" Devan berkata dengan membentak, dia memang paling tidak suka ketenangannya diganggu. Kecuali dia sendiri yang meminta wanita-wanita itu untuk datang padanya. Itupun dia tidak akan membawa wanita-wanita itu kerumahnya melainkan ke villa.
Wanita itu terlihat kesal, dia melihat ke arah Erina dan menatapnya tajam. Kemudian dia segera keluar dari rumah Devan.
Devan menutup kembali pintunya dengan rapat, kemudian dia melihat ke arah Erina yang sedang berdiri didekat pintu. Tangan dan bibir Erina bergetar, dia begitu takut karena Devan terlihat sangat marah. Sebelumnya Erina belum pernah melihat Devan bisa semarah itu apalagi pada seorang wanita.
"Semalam aku mabuk, aku tidak melakukan sesuatu yang buruk padamu bukan?" tanya Devan.
Erina nampak sangat kaget, sepertinya Devan tidak ingat dengan kejadian semalam. Itu bisa menjadi hal baik bagi Erina, karena dia tidak perlu canggung saat berhadapan dengan Devan.
"Ti-tidak ada..." Erina terpaksa berbohong, walaupun dia sudah merasa dirugikan dalam hal ini. Namun lebih baik memang jika Devan tidak ingat tentang ciuman mereka semalam.
"Hari ini kamu tidak perlu ke kantor, aku memberimu libur satu hari untuk beristirahat" ucap Devan.
"Pak Devan, soal semalam dipesta..." ucap Erina terpotong.
"Ada apa dengan semalam?" tanya Devan.
"Bapak pasti sudah mendengar semuanya. Saya...."
"Memangnya apa yang mereka katakan padamu? Aku bahkan tidak mendengarnya, apa mereka mengatakan sesuatu yang buruk?" potong Devan lagi, dia sebenarnya berpura-pura tidak tau supaya Erina tidak merasa canggung padanya. "Sudahlah, jangan dengarkan apa yang mereka katakan padamu, sekarang bersiaplah nanti aku akan mengantarmu pulang sebelum berangkat ke kantor"
Devan segera kembali ke kamarnya, meninggalkan Erina yang masih nampak bingung. Kemudian dia mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja dan melihat ada pesan dari nomor yang tidak dia kenal. Devan membaca pesan itu yang ternyata adalah dari nyonya Prasetya.
"Untuk apa wanita itu mengirimkan pesan seperti ini?" gumam Devan, lalu dia membalas pesan dari Amara.
[ Baiklah, aku akan memikirkannya nanti ]
Devan kembali meletakkan ponselnya diatas meja sebelum dia masuk ke kamar mandi.
...💓💓💓...
Erina tiba dirumah setelah diantar oleh Devan, dia masuk ke dalam kamar ibunya untuk melihat kondisi ibunya.
Erina duduk di tepi ranjang disamping ibunya yang sedang duduk sambil memegangi foto keluarga mereka yang dibingkai dengan indah.
"Ibu, maafkan aku. Semua karena kesalahanku hingga ayah meninggal" Erina mengatakannya sambil menangis, melihat kondisi ibunya yang terus terpuruk membuat Erina merasa sangat sedih.
Erina teringat saat ayahnya masih hidup, walaupun mereka dari keluarga sederhana namun mereka selalu terlihat bahagia. Sekarang semuanya sudah berubah, sudah beberapa bulan dia tidak melihat senyuman diwajah ibunya lagi. Sejak saat itu juga dia harus menjadi wanita yang kuat walaupun dia sendiri merasa sangat rapuh didalam. Dimalam-malamnya Erina sering menangis seorang diri, merenungi apa yang sudah terjadi dalam hidupnya.
Kemudian Erina teringat akan Devan, benarkah pria itu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Amara semalam atau hanya berpura-pura tidak tau?
"Pak Devan... kenapa aku jadi terus memikirkannya? Kenapa dia juga masih bersikap tenang dan seolah tidak mengetahui apapun? Apa dia memang tidak mendengar apa yang dikatakan oleh tante Amara semalam?"_kata hati Erina.
... 💥💥💥...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️
ternyata ibu tiri dilan dalang dan gina huh pengkhianat. malang nasibmu erina dpt teman kek gina.
2024-07-18
2
Rey
inget umurr nek Amara 🫣
2024-02-09
1
Mus Zuliaka
baiyuhh amara msh napsuan rupanya 😂😂 , liat yg hot pun tergoda pengen nyicip 🤭🤭
2024-01-10
3