Sejak satu bulan lalu Erina lebih banyak terdiam, bahkan Devan sudah menyiapkan apartemen sendiri untuk kekasihnya itu yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya supaya dia bisa sering mengunjungi Erina dan ingin memastikan Erina selalu aman.
Devan melingkarkan tangannya dipinggang Erina saat wanita itu sedang berdiri termenung didekat jendela kaca kamar apartemen.
"Kapan kamu datang? Aku tidak mendengarnya" tanya Erina sambil memegangi tangan Devan agar pria itu mempererat pelukannya.
"Bagaimana kamu akan tau jika pikiran kamu saja tidak ada disini" Devan melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Erina agar menghadap kearahnya.
"Apa keberadaanku disini tidak membuatmu cukup untuk merasa bahagia?" tambah Devan.
Erina menangkup wajah Devan, dia melihat kekecewaan diwajah pria itu, mungkin karena Devan telah melakukan banyak hal untuknya namun sampai saat ini dirinya belum bisa melupakan kejadian malam itu. Bahkan sampai hari ini Erina belum kembali bekerja dikantor.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu..."
"Aku merindukan sekertaris cantikku ini, tidak peduli apa yang sudah terjadi, aku berjanji jika aku akan selalu ada disisimu, Erina. Jadi aku ingin melihatmu tersenyum mulai sekarang" timpal Devan kemudian mencubit pipi Erina dengan gemas.
Erina tersenyum lalu mengalungkan tangannya dileher Devan, dia nampak berfikir sejenak.
"Baiklah, aku akan kembali bekerja. Tapi aku memiliki satu syarat" ucap Erina.
Devan mengernyitkan keningnya "Syarat? Syarat apa itu?"
"Aku ingin kita memiliki waktu berdua. Bagaimana kalau kita pergi berkencan besok, kita belum pernah melakukannya" Erina mengatakannya dengan sedikit malu, dia takut jika Devan menganggapnya terlalu kekanak-kanakan hanya karena sebuah kencan.
Devan menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Kita akan pergi berkencan, tapi tidak besok karena besok aku memiliki pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan"
Devan memang sudah membuat janji untuk makan malam berdua dengan Amara besok, namun dia tidak bisa mengatakannya pada Erina karena takut Erina akan salah paham. Devan hanya ingin menyelesaikan semuanya supaya tidak akan ada yang menyakiti Erina lagi.
Bahkan Devan juga sudah menyiapkan sesuatu untuk Erina setelah dia selesai makan malam dengan Amara besok. Dia ingin memberi kejutan untuk kekasihnya itu.
"Apa pekerjaan itu sangat penting?" tanya Erina
Devan kembali mengangguk kepalanya. "Ya, sangat penting"
Erina terlihat kecewa dengan jawaban Devan, ternyata dia tidak lebih penting dari pekerjaan bagi Devan. Erina segera melepaskan tangannya dari leher Devan dan hendak menurunkannya namun Devan segera menahan pergelangan tangan Erina.
Devan menatap mata Erina dalam-dalam, wanita itu telah membawa perubahan besar dalam hidupnya. Dia pikir dia tidak akan bisa jatuh cinta lagi pada seorang wanita, namun Erina telah membuat hatinya tergerak dan telah membuat dirinya kembali jatuh cinta selain dengan Ivana.
"Aku tidak perlu bahasa apapun untuk mengungkapkan perasaan aku sama kamu, satu hal yang harus kamu tau, sekarang dan selamanya hanya kamu yang akan ada dihati aku, Erina Amalia Putri." Devan berkata dengan bersungguh-sungguh, dia akan mempertahankan Erina apapun rintangan yang akan mereka hadapi nantinya.
Erina merasa sangat bahagia mendengar pernyataan dari Devan, dia memeluk erat tubuh Devan. Dipelukan pria itu sekarang dia merasa sangat nyaman, dia berharap ini akan menjadi selamanya untuk mereka.
Besoknya, Devan sudah menyiapkan makan malam yang spesial untuknya dan Amara. Dia melihat Amara yang nampak begitu antusias saat ingin bertemu dengannya, wanita itu seperti seorang wanita yang sedang jatuh cinta. Mungkinkah wanita itu menyukainya?
Amara terlihat begitu cantik dan seksi dengan dress mininya, dia memoles wajahnya secantik mungkin. Ini merupakan undangan khusus dari Devan untuknya, hingga dia tidak ingin melewatkannya begitu saja. Mungkin saja tuan muda Dirgantara itu sudah mulai terpesona dengan kecantikannya.
"Devan, bolehkan aku memanggilmu dengan nama itu?" tanya Amara saat mereka sudah duduk berdua disebuah cafe.
Bahkan Devan sudah membooking cafe itu sehingga tidak ada pengunjung lain selain mereka. Sekarang tidak akan ada yang mengganggu mereka berdua disana. Sementara Dani sudah berjaga-jaga didepan untuk memastikan tidak ada orang lain yang bisa masuk kedalam cafe.
"Tentu, nyonya Prasetya" jawab Devan kemudian meneguk minumannya.
Amara begitu terpesona saat melihat Devan yang sedang minum, terlihat begitu sangat elegan, pria itu bisa begitu mempesona padahal hanya minum saja.
"Emm, jika boleh kamu juga bisa memanggilku Amara saja, supaya kita bisa akrab" ujar Amara nampak sedikit malu-malu. Padahal dia memang sangat berharap bukan hanya sekedar akrab saja, mengingat bagaimana dia sangat mengagumi sosok pria yang sedang duduk dihadapannya sekarang.
Seorang waiters datang dan menuangkan wine kedalam gelas. Rupanya Devan ingin membuat Amara mabuk.
Wajah Amara menjadi merona merah, sepertinya Devan ingin mabuk dengannya, mungkin pria itu juga berfikir untuk bisa menghabiskan malam diatas ranjang setelah makan malam ini.
"Mari kita bersulang, nona Amara" Devan mengangkat gelasnya.
Cringg
Nampak Amara meneguk minumannya sampai habis. Devan menatap pada waiters dan memberikan kode untuk menuangkan kembali wine kedalam gelas Amara dan Amara kembali meneguknya sampai habis.
Sementara Devan, dia tidak meminum sedikitpun minuman ditangannya, saat ini dia sedang tidak ingin mabuk. Dia hanya ingin mengintogerasi Amara, dan hanya dengan acara ini supaya Amara mau mengakui semuanya.
Devan membawa Amara masuk kedalam kamar hotel setelah wanita itu mabuk berat, karena tadi Amara memang minum banyak sekali alcohol.
"Devan, sudah lama sekali aku ingin berduaan saja denganmu seperti ini" Amara mencoba memeluk Devan, namun Devan segera menahannya dan mendudukkan Amara ditepi ranjang.
Kemudian Devan berjongkok dengan satu kaki didepan Amara.
"Apa kamu begitu mencintai aku?" tanya Devan.
Amara tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Aku sangat mencintaimu Devan, aku tidak peduli jika aku sudah bersuami. Aku hanya menginginkan kamu sekarang, sentuh aku Devan..."
"Lalu bagaimana dengan Erina, sekarang dia adalah kekasihku. Apa yang harus aku lakukan padanya?" Devan memang sengaja menyebut nama Erina untuk memancing Amara.
"Mmmm, Erina? Wanita itu ya? Dia memang selalu jadi penghalang. Aku sudah berusaha menyingkirkannya, tapi nasib baik selalu berpihak padanya" jawab Amara yang sudah sangat mabuk, bahkan dia tidak sadar jika Devan sedang berusaha untuk menjebaknya.
"Menyingkirkan? Apa maksudmu dengan menyingkirkan?" tanya Devan kembali.
"Aku yang sudah menyuruh orang untuk meniduri Erina, bahkan aku juga yang menyuruh Burhan untuk memper-kosa-nya" jawab Amara.
Devan nampak sangat marah saat mendengar kejujuran Amara, namun dia berusaha menahan amarahnya.
"Kenapa kamu melakukannya semua ini pada Erina. Apa dia melakukan kesalahan padamu?" tanya Devan.
Amara mendekatkan wajahnya pada Devan dan mengalungkan tangannya dileher pria itu.
"Erina memang tidak melakukan kesalahan apapun, namun aku sudah lama ingin menjodohkan putra sambungku itu dengan Gina. Begitu Erina datang dalam hidup Dilan, semuanya menjadi sia-sia, Dilan memilih Erina sebagai pasangannya, padahal dia hanya wanita biasa. Dan Burhan, aku sengaja menyuruhnya untuk mem-per-kosa Erina supaya wanita itu tidak menganggu kamu, sayang" Amara ingin mencium Devan, namun Devan menahan wajah Amara.
"Tunggu disini, aku akan membuka bajuku dulu. Tutup matamu dan jangan sampai mengintip" ujar Devan sambil melepaskan tangan Erina dari bahunya.
Amara begitu menuruti perintah Devan, dia sudah tidak sabar melihat bentuk tubuh Devan yang sangat atletis itu. Pasti sangat nikmat jika tubuh itu menindihnya.
Kemudian Devan segera bangun, dia membuka pintu kamar hotel dan menyuruh seorang pria yang sudah menunggunya didepan untuk masuk kedalam dan menggantinya. Lalu pria itu segera masuk dan mematikan lampu kamar, hanya menyisakan lampu hias diatas meja. Pria itu segera melepaskan semua pakaiannya tanpa menyisakan sedikitpun, kemudian dia mendekati Amara dan langsung mencium bibir wanita itu dengan ganas.
Rupanya Amara tidak sadar jika yang sekarang sedang bergulat dengannya diatas ranjang bukanlah Devan, dia hanya bisa merasakan kenikmatan akibat sentuhan yang diberikan oleh pria itu pada setiap inci tubuhnya. Bahkan dia juga bisa merasakan milik pria itu yang sudah sangat keras dibawah sana sedang menggesek miliknya yang masih tertutup oleh celana da-lam.
Sementara Devan, dia segera turun dan melihat Dani sudah menunggunya dibawah.
"Kirimkan rekaman tadi ke tuan Prasetya, dan kirimkan video mereka juga supaya tuan Prasetya tau wanita seperti apa istrinya itu" Devan segera masuk kedalam mobilnya setelah berkata demikian. Sementara Dani juga masih harus menunggu disana untuk mengambil rekaman video panas Amara dengan pria yang dia bayar.
💮💮💮
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️
wkwk rasain itu amara apa yg kau lakukan sama erina terjadi pada kau pasti kau akan dicampakkan huhu
2024-07-18
2
Hera Puspita Sari
😭😭😭😭😭
2024-02-19
1
yellya
rasain lu amara 😡😡😡😡😡
2024-01-28
2