Bab 8 : CBSP

Kali ini Erina tidak bisa berkutik, dia sudah pasrah jika Amara akan mempermalukannya didepan umum. Tubuh Erina mulai bergetar, wajahnya memucat dan keringat membasahi keningnya.

"Maaf tante Amara, saya tidak tahu kalau ini adalah pesta keluarga Prasetya. Saya permisi dulu tante, saya tidak ingin merusak pesta ini" ucap Erina dengan menundukkan sedikit kepalanya, kemudian Erina segera berjalan melewati Amara.

"Tunggu Erina! Kamu pasti sengaja datang kemari untuk menemui Dilan bukan? Kamu masih ingin mengganggunya setelah apa yang kamu lakukan padanya, sungguh tidak tahu malu!" Amara berkata dengan nada kesal, saat ini Erina sedang berdiri memunggunginya.

Erina menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam. Dia memang masih mencintai Dilan, namun dia tidak berharap lebih pada pria itu sekarang. Apalagi sekarang sudah ada Gina disamping Dilan, pastinya sudah tidak ada harapan baginya untuk bisa berada disisi Dilan lagi.

Kemudian Amara mengambil gelas berisi minuman diatas meja, dia berdiri didepan Erina dan menyiramkan minuman itu kewajah Erina.

"Dasar wanita tidak tahu malu! masih mau mengganggu putraku setelah kamu tidur dengan pria dikamar hotel, hah!!" suara Amara terdengar cukup keras hingga semua tamu undangan melihat ke arah mereka.

Tuan Rama beserta Dilan dan Gina datang mendekat, mereka ingin melihat siapa yang sedang diajak bicara oleh Amara. Mereka terlihat begitu kaget ternyata Erina yang berada disana dengan wajah dan baju yang basah karena siraman air dari Amara tadi.

"Erina?" Dilan ingin mendekati Erina namun segera ditahan oleh Gina.

Kemudian tuan Rama maju dan berdiri tepat disamping istrinya. "Erina apa yang kamu lakukan disini? Harusnya kamu tidak berada ditempat ini"

Erina tidak menjawab pertanyaan mantan calon mertuanya itu. Dia menyeka air matanya yang mulai terjatuh. Sekarang semua orang sedang melihat ke arahnya, dia benar-benar merasa sangat malu sekarang.

"Ada apa ini?" terdengar suara Devan datang dari arah belakang Erina, kemudian dia berdiri disamping Erina dan melihat penampilan Erina yang sudah nampak berantakan.

"Tuan muda Dirgantara, maaf ini hanya kesalahan kecil. Saya akan memanggil penjaga untuk mengusir wanita ini keluar" ujar tuan Rama pada Devan.

Rama begitu menghormati keluarga Dirgantara, karena bagaimanapun juga perusahaannya tidak akan semaju sekarang tanpa campur tangan dari Devan.

"Tidak perlu, aku yang membawanya bersamaku, jadi aku juga yang akan membawanya keluar" ucap Devan sambil menatap wajah tertunduk Erina, kemudian dia melihat wanita itu mengangkat wajahnya dan menatapnya.

Semua orang nampak begitu kaget dengan pernyataan dari Devan, termasuk Dilan. Dia tidak menyangka jika Erina bisa datang ke pesta itu bersama dengan Devan. Bahkan dia tidak tau sejak kapan Erina bisa mengenal tuan muda Dirgantara itu.

Kemudian Devan melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Erina untuk menutupi tubuhnya, lalu dia mengangkat tubuh Erina dan membawanya kedalam bopongannya.

Erina hanya bisa pasrah dengan perlakuan Devan padanya, dia menatap wajah Devan yang nampak begitu tenang.

"Tuan Prasetya, maaf karena telah merusak pesta anda, saya permisi dulu" ucap Devan, lalu dia melangkahkan kakinya pergi melewati orang-orang yang sedang menatap ke mereka.

Sementara Dilan mengepalkan tangannya dengan erat melihat perlakuan Devan pada Erina. Mungkinkah Erina juga sudah pernah tidur dengan Devan hingga pria itu begitu peduli terhadap mantan kekasihnya itu.

Burhan yang masih ada disana dan menyaksikan kejadian tadi hanya menyunggingkan senyum licik. Dia semakin penasaran dengan sosok Erina yang mampu membuat seseorang Devan Radya Dirgantara bisa perhatian terhadap seorang wanita yang hanya berstatus sebagai sekertarisnya.

...💓💓💓...

Devan mendudukkan Erina didalam mobil, kemudian dia menelfon seseorang. Ternyata Devan menelfon Dani dan memintanya untuk menyiapkan baju ganti untuk Erina.

Kemudian Devan duduk dikursi pengemudi, dia menatap Erina yang masih tertunduk dengan wajah sedih.

"Aku akan membawamu ke rumahku untuk mengganti pakaianmu, aku tidak mau keluargamu khawatir jika melihatmu pulang dalam keadaan seperti ini" ucap Devan, lalu dia melajukan mobilnya tanpa mendengar jawaban dari Erina.

Sepanjang perjalanan Erina masih nampak terdiam, dia berfikir jika Devan pasti sudah mendengar apa yang dikatakan oleh Amara tadi. Mungkin Devan juga akan menganggapnya sebagai wanita murahan setelah mendengar semuanya.

Devan menghentikan mobilnya dihalaman rumahnya, kemudian dia segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Erina. Lalu Devan membawa Erina masuk ke dalam rumah.

"Masuk dan bersihkan dirimu, aku akan menunggumu diruang tengah" ucap Devan lalu meninggalkan Erina sendirian di depan pintu kamar.

Devan mengambil sebotol minuman dari dalam lemari, kemudian dia berjalan ke arah sofa dan duduk disana. Devan menuangkan minuman kedalam gelas dan mulai meneguknya. Dia kembali teringat ucapan Amara saat dipesta tadi.

Tanpa sepengetahuan Erina, Devan telah menyuruh Dani untuk menyelidiki tentang apa yang terjadi pada Erina. Devan mengirim pesan pada Dani sebelum masuk ke dalam mobil tadi. Dia sengaja tidak berbicara ditelefon karena takut Erina mendengarnya.

Devan melihat Erina datang dengan sudah mengganti bajunya, kemudian dia menepuk sofa sebelahnya. "Duduklah..."

Namun Erina tidak langsung duduk, dia menatap Devan yang terus meneguk minumannya dan terlihat sudah mulai mabuk.

"Kenapa bapak minum? Bukankah bapak harus mengantarkan saya pulang?" ujar Erina dengan nada sedikit kesal.

"Aku hanya minum sedikit" jawab Devan, dia ingin menuangkan minuman lagi kedalam gelas namun Erina merebut botol minuman ditangannya.

"Jika bapak mabuk, bagaimana bapak bisa mengantarkan saya pulang?" Erina melihat pada jam didinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Devan tidak menghiraukan ucapan Erina, dia segera bangun dan berdiri di depan Erina.

"Erina, kamu pasti berfikir jika aku sudah sering tidur dengan banyak wanita bukan?" Devan tersenyum tipis, saat ini dia sudah mulai mabuk. "Aku hanya membayar mereka untuk menemaniku, aku pikir dengan adanya mereka aku bisa melupakan Ivana. Tapi nyatanya mereka justru terlihat seperti wanita murahan didepanku, semua itu membuatku muak!"

Erina nampak terdiam, mungkinkah Devan mengira jika dirinya juga sama seperti wanita murahan setelah mendengar ucapan Amara tadi?

"Berikan botol itu padaku, Erina" pinta Devan.

"Tidak pak Devan, bapak sudah mabuk jadi tidak boleh minum lagi" tolak Erina.

Devan ingin merebut botol minuman itu dari tangan Erina namun Erina langsung menghindari tangan Devan hingga mereka jatuh bersamaan diatas kursi sofa. Saat ini tubuh Erina berada di bawah tubuh Devan.

"Ivana, wanita itu tidak ada bedanya dengan wanita-wanita yang aku sewa. Apa kamu juga sama seperti mereka, Erina?" Devan benar-benar sudah sangat mabuk, dia tidak sadar dengan apa yang dia katakan.

"Pak Devan, saya harus segera pulang. Saya akan pulang naik taksi saja pak" Erina mencoba mendorong tubuh Devan dengan tangan kanannya karena tangan kirinya masih memegangi botol.

Namun, Devan tidak menghiraukan ucapan Erina, dia membelai wajah Erina dengan lembut. Kemudian Devan mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Erina. Kedua tangan Devan menggenggam erat pergelangan tangan Erina.

Erina menjatuhkan botol ditangannya ke lantai, dia nampak kaget karena Devan tiba-tiba menciumnya.

Devan menyesap bibir atas dan bibir bawah Erina. Lidahnya masuk ke dalam mulut Erina. Devan tidak sadar dengan apa yang dia lakukan, namun dia begitu menikmati bibir Erina yang terasa sangat manis.

Sementara Erina, wanita itu tidak bisa menolak ciuman Devan karena Devan telah mengunci tubuhnya hingga dia sangat sulit untuk bergerak.

"Hhhmmmpppp..."

Suara de-sa-han itu keluar begitu saja dari mulut Erina, namun Erina masih sadar, dia tidak ingin terbuai oleh ciuman Devan. Bahkan dia tidak tau kenapa Devan bisa menciumnya.

Merasakan tidak ada penolakan lagi dari Erina, kemudian Devan melepaskan ciumannya, lalu dia menatap Erina dan melihat wajah wanita itu seperti nampak syok. Rupanya Devan masih memiliki sedikit kesadaran.

"Tidurlah disini, ini sudah malam" ucap Devan, lalu dia segera bangun dari atas Erina.

Devan berjalan pergi menuju kamarnya dengan sempoyongan, dia meninggalkan Erina sendirian di ruang tengah. Bahkan Erina masih dengan posisinya yaitu terbaring di atas sofa.

"Kenapa pak Devan menciumku? Mungkinkah pak Devan mengira aku sebagai wanita yang bernama Ivana tadi?" Erina memegangi bibirnya, mengingat bagaimana tadi bibir Devan menempel di bibirnya.

Erina merasa sikap Devan begitu manis sejak dipesta tadi, dia hampir saja terbuai. Namun Erina teringat tentang apa yang sudah terjadi, wajahnya kembali sedih mengingat semua hal buruk yang sudah terjadi padanya.

Erina menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak boleh sampai jatuh cinta pada pak Devan. Wanita sepertiku tidak pantas untuk siapapun"

... 🏵️🏵️🏵️...

Terpopuler

Comments

Rey

Rey

main nyosor aja si Devan 😆

2024-02-08

2

Uthie

Uthie

suka kalau perempuan yg di sakiti, ketemu pria keren dan tajir kaya Devan 👍😁

2023-11-13

10

dewidewie

dewidewie

semangat Erina

2023-10-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!