Bab 6 : CBSP

Begitu melihat Burhan berjalan mendekatinya, Erina langsung memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin berurusan dengan pria seperti Burhan. Sudah terlalu banyak masalah yang datang menghampirinya akhir-akhir ini.

"Erina? Kamu Erina sekertarisnya Devan bukan?" Burhan berpura-pura lupa, padahal dia sangat senang bisa melihat Erina lagi.

"Benar pak, saya Erina sekertarisnya pak Devan" Erina tersenyum kecil, dia harus memikirkan cara untuk menghindari Burhan.

Burhan melihat sekelilingnya dimana tempat itu cukup sepi, hanya terdapat beberapa kendaraan yang melintas.

"Apa yang kamu lakukan malam-malam sendirian disini Erina? Mungkinkah Devan mencampakkan kamu?" Burhan tertawa, padahal tidak ada yang lucu, kemudian dia melanjutkan kata-katanya. "Devan memang seperti itu, dia cepat merasa bosan. Dia tidak akan memakai wanita yang sama untuk menemaninya"

Burhan berbicara seolah dia sangat mengenal Devan. Padahal dia juga hanya mendengar cerita jika Devan sering menyewa seorang wanita yang berbeda untuk menemaninya.

"Maaf pak Burhan, saya harus segera pulang, permisi" Erina sangat tau arah pembicaraan Burhan, kemudian dia ingin melangkahkan kakinya namun Burhan segera menahan lengannya.

"Biar saya antar kamu pulang, Erina" tawar Burhan.

Padahal Burhan sudah memiliki istri dan anak dirumah. Namun jika melihat daun muda seperti Erina, dia tidak bisa menahan hasrat dalam dirinya. Apalagi wanita seusia Erina yang terlihat begitu menggairahkan dimata Burhan.

Erina segera menarik tangannya dari tangan Burhan. "Terimakasih pak, tapi saya bisa pulang sendiri"

Erina melangkahkan kakinya beberapa langkah, ketika Burhan tiba-tiba berteriak padanya. "Kamu tidak usah munafik Erina, aku sangat tau wanita seperti apa kamu ini"

Kemudian Burhan berjalan mendekati Erina, dia berdiri tepat dihadapan wanita itu, membuat Erina merasa sangat ketakutan. Belum sempat Burhan kembali berbicara tiba-tiba lampu mobil menyorot ke arah mereka. Nampak seorang pria turun dari dalam mobil yang jaraknya sekitar 10 meter dari mereka.

"Aku mencarimu, apa yang kamu lakukan disini?" Devan berbicara sambil berjalan mendekat ke arah Erina dan Burhan. Dia bisa melihat ketakutan diwajah Erina.

Burhan menatap Devan dengan tatapan tidak suka, kemudian dia berpura-pura terkekeh. "Pak Devan, saya baru saja ingin mengantarkannya pulang. Tidak baik jika wanita berjalan sendirian malam-malam begini, bukan begitu Erina?"

Devan tidak begitu saja percaya dengan ucapan Burhan, pria itu bisa saja melakukan sesuatu yang buruk jika dia tidak datang tepat waktu.

"Dia pasti akan baik-baik saja, jika ada yang berani menyentuhnya maka aku akan mematahkan tangannya" secara tidak langsung Devan sedang mengancam Burhan. Dia sangat tau pria seperti apa Burhan.

Sementara Erina, dia begitu tersentuh dengan ucapan Devan. Seandainya saja yang mengatakan itu adalah Dilan, dia pasti akan sangat senang.

Kemudian Devan menatap Erina dan mengulurkan tangannya. "Kemarilah, aku akan mengantar kamu pulang"

Erina menatap tangan Devan, pria itu tiba-tiba terlihat begitu lembut. Kemudian dia menganggukkan kepalanya dan menyambut uluran tangan Devan. Dia merasakan pria itu menggenggam erat tangannya. Kemudian Devan membawa Erina masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Burhan sendiri ditempat itu.

Erina beberapa kali menoleh ke arah Devan yang sedang mengemudi, pria itu hanya memasang wajah datar tanpa berbicara sepatah katapun. Sebenarnya Erina ingin bertanya kenapa Devan tiba-tiba bisa berada disana tadi.

"Dimana rumahmu?" Devan bertanya tanpa menoleh pada Erina. Entah mengapa dia mulai merasakan kekhawatiran pada sekertarisnya itu.

Jika saja tadi Burhan berani menyentuh Erina, mungkin dia akan mematahkan tangan pria itu dan mengirimnya ke dalam penjara. Dia tidak peduli jika Burhan akan membatalkan kerja sama dengan perusahaannya.

Devan bisa melihat jika Erina sangatlah berbeda dengan wanita-wanita yang selama ini dia kenal. Itulah sebabnya mengapa dia ingin melindunginya.

"Rumah saya disebelah sana" Erina mulai menunjukkan arah rumahnya pada Devan, namun dia tidak berani menatap wajah Devan begitu lama. Pria itu terus memasang wajah dingin padanya.

Devan segera menepikan mobilnya saat mereka sudah sampai didepan pintu pagar rumah Erina. Kemudian Devan menatap Erina, wanita itu juga sedang menatapnya.

"Masuklah ini sudah malam, mulai besok akan ada orang yang mengantar jemput kamu. Jadi kamu tidak perlu pulang pergi sendiri" ucap Devan.

"Pak Devan anda tidak perlu repot-repot..."

Devan segera memotong pembicaraan Erina. "Aku tidak merasa direpotkan, ini memang sudah peraturan perusahaan. Akan ada mobil khusus untuk karyawan yang tidak memiliki kendaraan sendiri."

Sebenarnya Devan sedang berbohong, dia sangat merasa tidak tenang dengan adanya Burhan yang sepertinya sangat tertarik dengan Erina. Pria itu bisa melakukan apapun dengan kekuasaan yang dimilikinya. Devan tidak ingin sesuatu terjadi pada Erina, bagaimanapun Erina adalah sekertarisnya dan dia ingin memastikan Erina aman.

"Baik pak, selamat malam dan terima kasih sudah mengantarkan saya pulang" ucap Erina yang tidak dijawab oleh Devan.

Kemudian Erina segera turun dari dalam mobil, dia masuk melewati pagar rumahnya. Erina kembali menoleh ke arah mobil Devan setelah melewati pintu pagar, pria itu masih menatapnya dengan tatapan dinginnya. Melihat Devan yang seperti ini membuat Erina merasa jika Devan seperti seorang pria yang sedang marah pada kekasihnya.

Devan merogoh ponselnya dari saku celananya, kemudian dia segera menelfon Dani dan meminta Dani untuk menemuinya nanti dirumah.

"Tunggu aku dirumah, ada tugas untukmu" Devan mematikan sambungan telefonnya, kemudian dia melajukan mobilnya pergi meninggalkan rumah Erina setelah memastikan Erina masuk ke dalam rumahnya.

...💓💓💓...

Siang ini dikediaman Prasetya...

Dilan dan kedua orang tuanya sedang duduk di ruang tamu, disana juga ada Gina dan kedua orang tuanya. Rupanya mereka sedang membicarakan tentang pertunangan Dilan dengan Gina.

Kedua keluarga itu sudah menetapkan tanggal pertunangan Dilan dengan Gina. Dilan nampak tidak bersemangat, dia tidak mencintai Gina. Semua karena keinginan kedua orang tuanya yang menginginkan dirinya untuk bertunangan dengan Gina. Sebenarnya Dilan masih sangat mencintai Erina, walaupun wanita itu sudah mengkhianatinya. Namun Dilan masih berharap bisa menjadikan Erina sebagai istrinya.

"Sayang, kenapa kamu diam saja? Bagaimana menurut kamu jika acara pertunangannya kita percepat menjadi minggu depan?" tanya Amara, yang adalah ibu Dilan.

"Terserah kalian saja. Maaf, saya masih ada pekerjaan yang harus saya urus, permisi" Dilan segera pergi meninggalkan ruang tamu, dia pergi menuju kamarnya dilantai atas.

Semua orang melihat ke arah kepergian Dilan, termasuk Gina. Dia tau jika Dilan masih mencintai Erina, dia akan melakukan apapun agar Dilan bisa menjadi miliknya seutuhnya dan melupakan Erina.

Kemudian Gina meminta ijin untuk menyusul Dilan, dia segera menyusul Dilan ke kamar pria itu.

"Dilan, dibawah sedang ada orang tua aku" Gina menerobos masuk ke dalam kamar Dilan yang kebetulan pintunya masih terbuka.

"Memangnya kenapa kalau ada orang tua kamu?" tanya Dilan dengan nada kesal.

"Dilan! Mereka sedang membicarakan tentang pertunangan kita. Harusnya kamu tidak meninggalkan ruang tamu begitu saja" jawab Gina tidak kalah kesal.

Dilan menatap tajam pada Gina, kemudian dia berjalan mendekat dan berdiri tepat dihadapan wanita itu.

"Gina, kamu ini kan sahabat Erina. Tapi kamu kenapa seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan Erina?" Dilan hanya merasa heran, dia melihat Gina dengan tatapan menyelidik. "Atau jangan-jangan, semua yang terjadi ini adalah kamu yang sudah merencanakannya?"

Sejak hubungan Dilan dan Erina berakhir, Gina memang mengambil kesempatan itu untuk mendekati Dilan. Bahkan dia selalu mengabaikan jika Erina menghubunginya.

"Apa yang kamu katakan Dilan! Aku juga kecewa pada Erina karena dia sudah mengkhianati kamu" kesal Gina karena Dilan terus menuduhnya.

Dilan menaruh kedua tangannya dipundak Gina, dia menekan pundak wanita itu dengan kuat. "Dengar Gina, jika kamu ada hubungannya dengan semua yang terjadi antara aku dan Erina, aku tidak akan pernah memaafkan kamu"

Dilan segera pergi meninggalkan kamarnya, dia sempat berpapasan dengan mamanya didepan pintu namun Dilan mengacuhkannya dan segera pergi ke ruangan kerjanya di lantai bawah.

"Gina, kamu tidak usah khawatir. Cepat atau lambat Dilan pasti akan melupakan Erina. Dia hanya butuh waktu untuk itu" Amara mengusap lembut rambut Gina.

Gina menganggukkan kepalanya, sebenarnya sudah sejak lama dia mencintai Dilan. Bahkan dia sudah mengenal Dilan jauh sebelum Erina mengenal Dilan karena kedua orang tua mereka merupakan rekan bisnis.

... 🏵️🏵️🏵️...

Terpopuler

Comments

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

wahh pak bos baru kali nie khawatir sama karyawannya yaa huhu.tak mustahil gina dalang dibalik semua itu soalnya dia yg terakhir bersama erina.

2024-07-18

1

Anita Anita

Anita Anita

jangan2 GINA yg kianati erina

2024-01-15

4

syahira alifa

syahira alifa

jangan²yg menjebak Erina itu Gina ya tapi siapa laki²yg udah mengambil mahkota Erina..?

2023-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!