Part 12

Seminggu berlalu begitu saja, akhir pekan tepatnya, Anna mengajak anak kembarnya untuk berkunjung ke makan kedua orang tuanya.

"Mom, nenek itu seperti apa?" tanya Elgan yang penasaran.

"Sangat perhatian tapi bawel banget," jawab Anna.

"Kalau kakek?" tanya Algaf.

"Pekerja keras dan selalu melindungi Mommy. Dia bahkan sangat khawatir walau cuma Mommy ketusuk jarum."

"Jadi nggak sabar buat ketemu Mom," ucap Algaf sambil tersenyum, sementara Anna hanya tersenyum kecut.

Ketika mobil telah berhenti, si kembar bingung karena mereka malah berhenti di tempat pemakaman umum.

"Mom, kenapa kita kesini? Emang siapa yang mau Mommy kunjungi?" tanya Elgan yang heran.

Anna tak menjawab, dia malah meminta si kembar untuk turun dari mobil. Dia juga membeli bunga di sekitar TPU.

"Ma, Pa, ini aku, maaf, aku sudah lama sekali tak berkunjung. Aku datang kesini tidak sendiri, aku datang bersama anak-anakku. Mereka tampan kan Ma, Pa?" Anna bercerita sambil menahan air matanya supaya tidak jatuh.

"Mom."

"Disini rumah kakek dan nenek. Sapa dulu!" ucap Anna menjelaskan.

Si kembar tak langsung bicara, keduanya malah langsung memeluk Anna. Mereka berusaha untuk menenangkan hati Anna.

"Kakek, nenek, kami berdua janji. Kami akan selalu melindungi Mommy dalam situasi apapun. Kakek dan nenek bisa tenang disana."

Anna mengusap kepala kedua anak kembarnya.

Tak mau berlama-lama disana, Anna langsung mengajak pulang ke dua anaknya. Di saat akan beranjak dari makan. Dari jarak sekitar 10 m terlihat seorang paruh baya berjalan ke arah Anna.

Anna terpaku. Seolah-olah langkah kakinya ada yang mengikat hingga tak bisa melangkah.

Laki-laki itu berjalan dan sudah semakin dekat dengan Anna.

"Anna? Ini benar kan kamu, Anna?" tanya laki-laki itu yang masih tak percaya.

"Papa," ucap Anna yang membuat laki-laki itu langsung memeluk Anna.

"Kamu kemana aja selama ini? Kamu menghilang seperti ditelan bumi. Papa tahu kamu memang sudah bercerai dari Zion, tapi kamu akan tetap jadi anak Papa."

Akhirnya, air mata yang tadi sudah ditahannya keluar juga. Rasa rindu pada laki-laki paruh baya ini dan rasa rindu ke kedua orangtuanya bersatu jadi satu.

"Maafin Anna Pa, maafin Anna."

Hanya kalimat itu yang Anna ucapkan. Tak lama kemudian Papa Fred melepas pelukan dan memicingkan matanya ketika melihat dua anak laki-laki kembar bersama Anna.

"Mereka siapa?" tanya Papa Fred.

"Anak-anakku, cucu papa," jawab Anna.

Papa Fred sedikit terkejut tapi dia senang juga. Dia bahkan menyamakan tingginya dengan kedua bocah laki-laki kembar itu.

"Ini kakek," ucap Anna mengenalkan. Dia belum bisa mengucapkan kalau Papa Fred adalah ayah dari Daddy mereka.

"Kakek? Bukannya kakek ada di dalam tanah?" tanya Elgan yang berpura-pura polos. Padahal dia bisa menebak kalau laki-laki tua ini adalah ayah dari Daddy nya.

"Ada satu kakek lagi, sapa dulu," pinta Anna. Mereka pun saling berkenalan. Papa Fred tak mampu cuma berkenalan saja, dia bahkan memeluk si kembar dengan erat di sisi kanan dan kirinya. Benar-benar tak menyangka kalau dia akan memiliki cucu lagi.

Beberapa menit setelah Papa Fred berkunjung ke makan orang tua Anna, Papa Fred berbincang sejenak di depan mobil Anna.

"Kamu tinggal dimana sekarang?" tanya Papa Fred.

"Di rumah yang sudah disediakan oleh perusahaan Pa. Di daerah xxxx."

Papa Fred sedikit terkejut karena daerah sana merupakan daerah tempat tinggal Zion.

Melihat wajah terkejutnya Papa Fred, Anna langsung saja memberikan jawaban seolah Papa Fred akan bertanya tentang Zion.

"Aku sudah bertemu lagi dengan Zion. Dia sudah punya anak dan istri. Zion pasti bahagia ya Pa, sudah kembali bersama orang yang dicintainya dulu."

"Anna mereka bu-"

Baru saja ingin menjelaskan, Anna pamit menjauh karena ada panggilan suara dari Prof Jack.

"Halo Prof, ada apa?" tanya Anna ke Prof Jack.

"Gimana disana? Kalian baik-baik aja, kan?" tanya Prof Jack.

"Kami disini baik-baik saja Prof. Fasilitas yang diberikan perusahaan pun begitu mempermudah aku."

"Syukurlah kalau begitu. Sudah berkunjung ke makam kedua orang tua kamu?" tanya Prof Jack lagi.

"Ini kami masih di area pemakaman Prof."

"Ya sudah, aku cuma mau tanya itu saja. Takutnya, kamu terkejut dengan situasi disana. Walaupun kamu memang berasal dari kota itu, tapi kamu sudah terlalu lama pergi, takutnya shock aja."

"Nggak kok Prof. Terima kasih perhatiannya."

Sambungan telepon pun selesai. Anna langsung menghampiri Papa Fred lagi dan bertanya tentang perkataan Papa Fred yang sempat terpotong tadi.

"Ah, nggak, kapan-kapan aja Papa ceritanya. Kamu mau langsung pulang?" tanya Papa Fred.

"Sepertinya sih nggak Pa. Si kembar mau jalan-jalan katanya. Kalau begitu aku pamit ya Pa. Kapan-kapan aku akan berkunjung ke rumah Papa."

Papa Fred mengangguk lalu melihat kepergian Anna beserta mobilnya yang melaju dari sana.

"Anna, papa senang kamu terlihat baik-baik saja. Papa berharap kamu bisa kembali lagi sama Zion. Desha bukan istri Zion, dan Rachel pun bukan anak Zion."

*

*

Setelah dari pemakaman, Papa Fred langsung pergi ke rumah Zion. Dia sudah lama juga tak berkunjung kesana. Apalagi dia juga merindukan cucunya.

Begitu melihat Rachel, Papa Fred langsung ingin memeluk gadis kecil itu, tapi Rachel tampak menghindar entah karena apa.

Gadis itu pun bicara dengan bahasa isyaratnya.

"Aku tidak mau dipeluk, Opa."

Papa Fred pun tak jadi memeluk Rachel.

"Papa kemana?" tanya Papa Fred.

"Pergi. Aku pun tak tahu kemana," jawab Rachel yang membuat Papa Fred menghela napasnya.

Agaknya, Papa Fred seperti sudah tahu kemana perginya Zion. Ya, semenjak kematian kembarannya, Zion jadi sering keluar bahkan di akhir pekan pun, Zion masih sibuk di luar. Padahal, Rachel pasti menginginkan waktu kebersamaan dengan Zion.

"Mami dimana?" tanya Papa Fred menanyakan Desha.

"Pergi belanja," jawab Rachel dengan bahasa isyaratnya.

Papa Fred hanya bisa menarik napasnya saja. Harusnya, dulu dia menentang saja ketika Zion berkata kalau Desha akan jadi maminya Rachel. Sebetulnya Papa Fred tak pernah suka dengan Desha, karena wanita itu seperti bunglon yang mampu berubah-ubah warna. Hanya saja, dia tak bisa berkata-kata apapun, karena percuma. Zion tak akan mendengarkannya.

"Mau Opa aja main ke taman hiburan?"

Rachel menjawab pertanyaan itu dengan gelengan kepala.

"Baiklah kalau tidak mau, Opa akan temani kamu saja di rumah."

Rachel mengangguk lalu tersenyum. Senyuman itu persis sekali dengan Zico. Setidaknya kepergian Zico telah terganti dengan kehadiran Rachel. Hanya saja dia merasa kasihan juga dengan cucunya yang memiliki keterbatasan untuk bicara.

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Asmanita Jamal

Asmanita Jamal

semangat thor

2023-12-19

0

Nar Sih

Nar Sih

lanjutt terusss kakkk👍

2023-10-29

0

Alfiyati Al-Ikhlas

Alfiyati Al-Ikhlas

semangat Rachel

2023-10-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!