Part 8

Hampir seharian si kembar main di rumah Rachel, kini keduanya harus pulang karena pastinya Anna pun sudah pulang dari kerjanya.

"Bye, Rachel. Kapan-kapan kami akan main lagi," ucap Elgan sambil melambaikan tangannya.

Meski tak tampak jelas di pandangan si kembar, raut wajah Rachel terlihat sedih ketika ditinggal oleh keduanya.

Apalagi, setelah si kembar benar-benar tak terlihat lagi, dia langsung dirangkul bahunya oleh Desha sambil dicubit sedikit.

"Awas saja kalau kamu cerita, kalau kamu sering aku sakiti ke dua anak kembar tadi. Aku jamin, kamu akan terlunta-lunta di jalanan."

Rachel meringis kesakitan, sambil terus menyamakan langkah dengan Desha.

*

*

"Al, kamu merasa aneh nggak sih sama tante-tante muka garang di rumah Daddy?"

Algaf mengangguk.

"Tidak cocok jadi ibu, cocoknya jadi Mak Lampir. Mana di setiap kita main diperhatiin lagi, seolah-olah dia itu mau ngawasin dan membatasi ruang gerak kita," balas Algaf.

"Iya, kok bisa ya, Daddy milih dia jadi istrinya?"

Algaf mengangkat bahunya tak tahu. Namun, semuanya terasa sangat aneh baginya. Interaksi antara Zion dan Desha tampak sangat jelas tak ada dekat-dekatnya sama sekali, malah terkesan judes.

"Padahal awalnya aku berpikir dengan kita kembali kesini, kita bisa menyatukan Mommy dan Daddy," ucap Elgan dengan senyum kecutnya.

Algaf menepuk bahu kembarannya.

"Lihat saja nanti, kita tak pernah gagal melakukan misi apapun," ucap Algaf dengan senyum penuh makna.

*

*

Ketika sampai di rumah, rupanya Anna sudah lebih dulu pulang dibandingkan mereka. Anna berkacak pinggang sambil menatap wajah putranya tajam.

"Sorry Mom, kita lupa waktu. Janji deh, lain kali nggak akan pulang sesore ini. Kita akan pulang sebelum Mommy pulang kerja."

Setelah mendengarkan permintaan maaf dari si kembar, Anna sudah tak marah lagi. Anna malah menghampiri kedua putranya itu lalu memeluk mereka sangat erat.

"Besok kalian akan mulai sekolah, Mommy sudah daftarkan kalian di sekolah yang bagus disini. Mommy nggak tahu kapan kita akan kembali ke Itali, daripada kalian home schooling lebih baik sekolah reguler saja."

Mendengar perkataan mommy mereka membuat si kembar sedih dan kecewa. Padahal mereka tak ingin pergi ke sekolah, inginnya home schooling saja. Namun, mereka tak mampu menolak karena tak ingin membuat Mommy mereka sedih.

"Iya Mommy."

Kedua anak kembar Anna pun masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuh mereka masing-masing. Anna hanya bisa menghela napas saja, melihat kelakuan anak-anak yang persis seperti Zion waktu kecil yang tak mau pergi ke sekolah karena harus bangun pagi.

Seketika Anna teringat masa kecilnya dengan Zion yang sangat indah. Dimana di waktu itu, Zion sangat baik padanya. Zion selalu melindungi dirinya, ketika kembaran Zion yang bernama Zico selalu menjahilinya karena sangat cengeng.

"Andai aku bisa kembali ke masa lalu, aku akan mencegah Tante Paula untuk menolongku. Mungkin Zion tak akan sebenci ini padaku dan aku pun tak akan pernah memiliki anak-anak seperti si kembar."

Anna pergi ke dapurnya untuk masak makan malam. Rupanya Vita benar-benar menuruti permintaannya dan menyediakan bahan mentah saja.

*

*

Di markas yang ada di wilayah sepi penduduk, Zion menemui anak buahnya untuk memberikan tugas.

"Malam ini, Klan Black Swan akan mengambil obat-obatan terlarang yang mereka beli dari luar negeri melalui jalur laut. Kalian saya tugaskan untuk mencegah obat-obatan itu sampai ke tangan Klan Black Swan."

"Baik Tuan!" jawab semua anak buah Zion..

"Segera laksanakan."

Satu per satu anak buah Zion pergi dari markas. Ada yang menggunakan motor dan ada yang menggunakan mobil, dan ada juga yang membawa truk untuk nantinya menyimpan obat-obatan yang berhasil dicuri.

Di markas hanya tinggal beberapa orang saja bersama Zion. Mereka ditugaskan untuk menjaga markas agar tetap aman dari serangan musuh.

Tiba-tiba Daren mengingatkan Zion untuk segera pulang, karena Rachel pasti sudah menunggu Zion. Zion pun menurut dan masuk ke dalam mobilnya.

Di sepanjang jalan, Daren mengajak Zion untuk mengobrol.

"Tuan, boleh saya tanya sesuatu?"

"Tanyakan saja," jawab Zion membolehkan.

"Kenapa pada akhirnya Tuan mau mengambil alih Klan Alpha? Padahal sebelumnya Tuan sangat menentang sekali Tuan Zico membentuk sebuah geng mafia. Sampai-sampai Tuan dan Tuan Zico saling bermusuhan dan pada akhirnya kalian dipertemukan lagi dengan keadaan yang menyedihkan."

Zion menghela napasnya sebentar sebelum menjawab pertanyaan Daren.

"Walaupun jalan yang dipilihnya emang salah, tapi dia tetap saudaraku. Apalagi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dia mati. Mana bisa aku diam saja. Aku harus membalas kematiannya dan menghanguskan Klan Black Swan sampai ke akar-akarnya. Salah satu caranya adalah, aku mengambil alih geng mafia milik kembaranku sendiri. Aku tidak akan melakukan hal jahat seperti Zico yang menjual organ manusia, pencucian uang atau bahkan menyelundupkan obat-obatan terlarang. Aku ingin membuat klan Alpha berpindah haluan untuk memburu kalau perlu membunuh semua orang yang jahat."

Daren pun mengangguk mengerti. Karena selama dia bekerja dengan Zion, Zion merupakan orang yang bersih tanpa berhubungan dengan preman, atau geng mafia apapun, tapi setelah kembarannya meninggal, Zion jadi berubah.

*

*

Zion telah sampai rumah, dia melihat Rachel yang menunggunya pulang dengan duduk di sofa ruang tamu. Zion langsung menghampiri Rachel dan berjongkok di depan Rachel.

"Kamu menunggu Papi?" tanya Zion yang langsung diberi anggukan oleh Rachel.

"Maaf Papi pulangnya telat, pasti kamu sudah mengantuk. Ayo Papi temani tidur malam ini."

Mendengar hal tersebut Rachel langsung sumringah wajahnya, tapi seketika berubah ketika melihat Desha yang mengawasinya diam-diam dari kejauhan. Alhasil, Rachel pun menggeleng.

"Ya sudah, kalau gitu Papi antar saja ke kamar."

Rachel mengangguk lalu menggenggam tangan Zion sampai berada di kamarnya.

Zion telah keluar dari kamar Rachel dan menutup pintu kamar Rachel serta mematikan lampu kamar Rachel.

Tiba-tiba pintu terbuka dan lampu kamar pun menyala lagi. Rachel kira Zion kembali kelupaan sesuatu, rupanya adalah Desha.

Ketakutan langsung terlihat sangat jelas di wajah Rachel. Dia takut kalau Desha akan memukul tubuhnya lagi.

"Tenang, nggak usah takut. Aku cuma ingin mengucapkan selamat tidur untuk kamu," ucap Desha dengan senyum miringnya.

Desha menutup mulut Rachel dengan kain agar tak menangis. Lalu memukul punggung Rachel dengan tanpa ampun karena sudah membuat orang lain masuk ke dalam rumah.

Papi, Papi ...

Rachel meneteskan air mata sambil berbicara dengan batinnya.

"Sudah selesai, semoga mimpi indah."

Desha keluar dari kamar Rachel setelah mematikan lampunya.

Rachel menangis sambil meringkuk seperti janin. Kalau saja dia bisa bicara, kalau saja dia lebih berani, kalau saja dia tidak takut pada Desha. Mungkin dia akan melawan perlakukan Desha itu.

Kenapa Mami sejahat ini? Padahal aku kan anaknya.

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Asmanita Jamal

Asmanita Jamal

Semoga kejahatan Desha cepat kebongkar

2023-12-19

0

Maesi

Maesi

ko sebel ma papi yh

2023-10-29

0

Nar Sih

Nar Sih

sedih baget kakk bcanya kasihan rachel yg terus di pukul sama desha ,zion gk sdr apa ya ank nya tersiksa terus ,semoga kejahatan desha cpt terungkap biar tau rsa🤣🤣

2023-10-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!