BAB 4

BAB 4

PERCAYA

Gulla menyirami tanaman di belakang rumah milik Ibrahim, seharian ini ia berbincang dengan Savira. Savira menceritakan semua perihal Ibrahim dan ayah ibrahim. Nama ayah Ibrahim adalah Rakan, namun seharian ini gulla belum pernah melihatnya. Mungkin karena sibuk bekerja, Ibrahim saja pukul 4 pagi sudah berangkat kerja.

Gulla menghela nafas, sejujurnya ia takut suaminya menemukannya di sini. Tapi ia merasa aman, apalagi status Ibrahim sebagai polisi, bukannya gulla memanfaatkan Ibrahim tapi ia memang butuh perlindungan dari Ibrahim dan bayi ini juga butuh perlindungan. Gulla tidak ingin bayinya tersakiti.

"Bertahan ya nak," ucap gulla sambil mengelus perutnya.

"Jadi yang dikatakan pria itu benar, kau hamil." Sebuah suara berbisik di telinga Gulla membuat Gulla terkejut, selang yang tadinya ia pakai untuk menyirami tanaman kini berpindah membasahi tubuh Ibrahim. Seragam kebanggaan Ibrahim kini basah oleh air. Ibrahim kesal, ia sudah capek dan disambut seperti ini.

Ibrahim melotot tak percaya apa yang dilakukan gadis itu padanya, seakan sadar Gulla meminta maaf. Entah ide dari mana Ibrahim merebut selang yang digenggam Gulla lalu mengarahkan selang itu ke wajah Gulla.

Rasa kesal Ibrahim berubah, senyum yang jarang terukir di bibir Ibrahim kini terukir melukis wajahnya. Gulla gantian merengut, ia berusaha melindungi wajahnya tapi sialnya itu tak mempan.

"Sudah, Ibra." Teriak Gulla.

Ibrahim menghiraukannya, ia tetap memberikan serangan. Gulla yang kesal ia berlari menerjang Ibrahim, baru ia akan melangkah kakinya terpeleset. Ibrahim reflek menggenggam tangan Gulla agar tidak jatuh.

"Kau tidak apa?"

"Aku baik-baik saja," ucap Gulla meyakinkan.

"Bagaimana dengan kondisi bayimu?"

"Bayi?" gulla menatap Ibrahim ragu-ragu, ia bingung kenapa Ibrahim bisa tahu tentang bayinya.

"Kamu tahu dari mana?"

"Itu tidak penting" elak Ibrahim.

"Jadi kamu diperlakukan kasar oleh suamimu karena kamu kabur membawa bayinyakan?" Ibrahim menatap tajam Gulla. Gulla mencoba melepas genggaman Ibrahim, tapi Ibrahim mencekalnya dan menyeret Gulla kasar ke kursi taman. Ibrahim tidak peduli dengan baju mereka berdua yang basah. Lagi pula sinar matahari terik, Ibrahim rasa tidak masalah.

"Lepas, sakit." Erang Gulla.

"Jangan coba-coba menipuku, aku bukan polisi bodoh yang bisa ditipu oleh gadis kecil sepertimu."

"Jadi jawab,"

"Aku tidak berbohong. Suamiku menyiksaku,"

"Tapi kau membawa anaknya lari, suami mana yang tidak marah jika istrinya kabur membawa anaknya." Bentak Ibrahim, Gulla menunduk, ia tidak mampu berkata tapi ia harus membela dirinya ia tidak ingin kembali ke neraka itu lagi.

"Istri mana yang tidak akan marah, jika yang diinginkan suami hanya anaknya bukan istrinya. Dia tidak menginginkanku." Gulla balas teriak, dengan nada sendu ia mengatakannya bahkan airmatanya menetes.

"Lagi pula ini bukan anak Rendra," batin Gulla.

Ia membayangkan betapa jahatnya Rendra yang pernah menyekapnya di gudang lalu menyuruh pengawalnya memerkosanya secara bergilir. Itu sangat Sakit sekali untuk di kenang, Gulla tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya. Tanpa sadar airmatanya turun di pipinya, hal itu membuat Ibrahim iba. Gulla memang rapuh. Ia tidak pantas diperlakukan seperti itu. Ibrahim berjanji akan melindungi Gulla.

Ibrahim terdiam mendengar itu, ia tidak bisa berkata. Jadi gulla tidak pernah diharapkan oleh suaminya, lalu kenapa mereka menikah? apa mereka terpakasa menikah? Timbul rasa khawatir di hati Ibrahim yang membuat ia ingin menyingkirkan pria yang tadi ia temui. Ia tidak ingin Gulla tersakiti.

Lalu motif apa yang diinginkan suami Gulla menemuinya? apa hanya untuk mengambil anaknya? Siapa yang harus Ibrahim percayai gulla atau suami gulla? Apa yang diucapkan gulla hanya dusta? Tapi kenapa nuraninya menyuruhnya percaya dengan apa yang dikatakan Gulla. Kenapa nuraninya tersentuh? Membuat Ibrahim tidak bisa menilai sebuah kebohongan dari sisi obyektif lagi.

"Suamiku tidak mencintaiku Ibra, ia hanya menginginkan anakku untuk meneruskan perusahaannya."

"Dia tidak menginginkanku, setelah anak ini lahir maka ia akan membunuhku. Ia akan membunuhku. Memmmbuuunuuhku,,," Gulla terisak ia berungkali mencoba menghapus airmatanya tapi ia tidak mampu air mata itu terus mengalir, melihat itu Ibrahim menarik Gulla ke dalam pelukanya.

Ibrahim memeluknya, memeluknya erat memberikan kehangatan yang tak pernah ia berikan pada siapapun. Ibrahim tahu tak seharusnya ia melakukan ini, tak seharusnya ia menyentuh gadis yang bukan istrinya bahkan gadis yang telah berstatus suami orang. Tak seharusnya Ibrahim menghibur gadis ini. Tapi apa dayanya ia tidak bisa melihat gadis ini menangis, mata hatinya telah dibutakan gadis ini di saat pertama kali mereka bertemu.

Ibrahim tak peduli lagi dosa yang harus ia tebus sekarang yang ia inginkan gadis ini menjadikannya sebagai penghapus laranya. Ibrahim tidak bisa membayangkan jika Gulla benar-benar akan dibunuh pria itu, lalu apa yang harus Ibrahim lakukan.

Tangan kekar Ibrahim makin merapatkan dekapan itu, dan isakan gulla makin sendu. Ibrahim tahu gadis ini candu, candu yang mungkin akan sulit Ibrahim hilangkan. Mereka saling berbagi rasa sakit, dalam pelukan hangat itu, degub jantung Ibrahimpun tanpa malu berdebar di antara keduanya.

Suara di Kepala Ibrahim berteriak untuk melepaskan tapi tangan-tangannya malah sebaliknya, sampai sebuah suara deheman laki-laki menyadarkan mereka berdua. Mereka berdua saling melepaskan diri, dan suasana menjadi akward sesaat.

"Jadi kamu yang namanya Gulla," ucap seorang pria yang tidak lain adalah Rakan ayah dari Ibrahim Malik Salman Al-fatih.

"Maaf om," ucap gulla, ia merasa malu dipergoki sedang pelukan berdua dengan Ibrahim.

"Kamu tidak perlu minta maaf, kenalkan saya Rakan ayah dari Ibrahim." Ucap Rakan memaklumi keduanya, walau dalam hati ia marah pada Ibrahim. Diam-diam Rakan melirik Ibrahim tajam.

"Saya boleh bicara berdua dengan Rakan," gulla mengangguk, lalu ia pamit pergi meninggalkan keduanya.

*****

"Ayah juga pernah jatuh cinta seperti kamu," Rakan memulai perbincangan, ia duduk di tempat yang tadi di duduki Gulla.

"Aku tidak jatuh cinta, ayah."

"HAHAHA" Rakan tertawa.

"Kamu mau bilang, kalau kamu hanya merasa peduli pada gadis itu." Tebak Rakan, setelah tadi pagi mendengar kabar anaknya dari istrinya tentu Rakan kaget, anaknya itu tidak pernah tertarik dekat dengan perempuan, hampir sama sepertinya dulu.

"Alasan kamu basi Ibrahim,"

"Tapi nyatanya begitu ayah, aku hanya peduli," Ibrahim membela diri, ia tidak mungkin menyukai gadis itu. Mereka baru bertemu sekali. Jadi tidak mungkin ia menyukai gadis itu. Lagi pula ia juga tidak mengakui kalau love in the first sight itu ada, itu hanyalah hayalan di drama korea.

"Rasa peduli tidak akan muncul tanpa ada rasa tertarik,"

"Akui saja kamu tertarik dengan gadis itu." Rakan mencoba meyakinkan anaknya, ia tidak ingin Ibrahim menyesal dan mengambil jalan yang salah. Rakan takut ada hal lain yang disembunyikan anaknya, bukan hanya rasa tertarik tapi sesuatu hal yang berbahaya yang Rakan yakini sama sepertinya dulu.

"Aku akui aku tertarik, tapi bukan berarti aku mencintainya."

"Jika kamu tidak tertarik pada gadis itu, kamu tidak akan membawanya kesini Ibrahim."

"Kalau kamu mau bilang itu karena kewajibanmu sebagai polisi,"

"Kenapa hanya Gulla yang kamu bawa kesini, kenapa korban yang lain tidak kamu bawa dan kamu lindungi dirumah ini?"

"Tidak ada pria yang memberikan pelukannya pada gadis yang pertama kali ia temui dengan wajah sendu seolah-olah merasakan rasa sakit gadis itu, jika ia tidak mencintainya." Ucap Rakan telak tepat di akar hati Ibrahim.

Ibrahim diam, ia tidak dapat lagi melawan, ia tidak bisa membantah. Apa yang dikatakan ayahnya itu benar? Ini bukan dirinya, tidak mungkin ada seorang pria yang tiba-tiba peduli pada seorang gadis jikalau ia tidak mencintainya, tidak akan ada pria yang mau merasakan rasa sakit seorang gadis jika ia tidak mencintainya. Ibrahim mengacak rambutnya frustasi.

"Ayah hanya ingin mengatakan, jika kamu mencintainya. Perjuangkan dia, ayah tidak ingin kamu merasakan hal yang pernah ayah rasakan. dan kamu juga tidak bisa mengelak cinta yang timbul pada gadis itu,"

"Buat gadis itu mencintai-mu dan Mencintai-Nya" Rakan pergi meninggalkan Ibrahim yang termenung di kursi taman.

Terpopuler

Comments

Rismayeisrai

Rismayeisrai

beda agama nih ceritanya thor?

2021-02-06

0

Iva Chiatto

Iva Chiatto

orang tua ibrahim keren ABIZZ.....

2021-01-12

0

Happyy

Happyy

😥😥😥

2021-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!