BAB 2

BAB 2

PACAR IBRAHIM

Mobil Ibrahim berhenti di sebuah rumah mewah. Gulla menatap kagum bangunan itu, walau dulu ia juga hidup mewah. Tapi ia tidak pernah melihat bangunan yang indah seperti ini karena ada beberapa ukiran kaligrafi arab di bangun itu dengan model nuansa asia-eropa klasik. Pasti pemiliknya sangat kaya sekali. Rumah suaminya saja tidak sebagus ini.

"Ini rumah kamu?" tanya gulla.

"Ayo masuk," balas Ibrahim dengan nada dingin.

Gulla mengerutkan kening, mendengar perubahan nada Ibrahim yang menjadi dingin.

Apa salahnya?

Kenapa pria ini berubah menjadi dingin, apa ia melakukan kesalahan?

Gulla membuka pintu mobil sebal, lalu ia mengikuti Ibrahim. Gulla tidak berhenti menatap rumah itu kagum.

"Bagus banget," puji Gulla.

"Ayahku seorang arsitektur," ucap Ibrahim.

Ucapan Ibrahim menghentikan langkah Gulla, hingga ia menubruk punggung Ibrahim.

"Aww," desis gulla.

"Ceroboh,"

"Apa kau bilang?" gulla tidak terima dengan ucapan Ibrahim, baru saja ia ingin membalas. Ada suara lembut seorang wanita menghentikannya.

"Kamu sudah pulang baim?" wanita berkerudung panjang itu mendekat, gulla menaksir umurnya masih sekitar 40 tahunan. Sangat cantik dan terlihat lembut seperti malaikat. Apakah itu Ibu Ibrahim?

"Kamu bawa pacar kamu Baim? Bundakan bilang ngak boleh pacaran langsung nikah kalo udah nemu calonnya." Ucap Savira memarahi Ibrahim, sambil mengamati gadis di samping Ibrahim. Ia menandang Ibrahim penuh selidik.

"Dia bukan pacar aku bun," Savira menarik nafas pelan, pasti ada yang disembunyikan putranya. Karena seperti yang ia tahu anaknya itu tidak pernah dekat dengan wanita manapun akhir-akhir ini.

Savira menyunggingkan senyum paling tidak anaknya normal karena mencintai seorang wanita, dengan cepat ia menarik tangan Gulla untuk mendekatinya.

"Nama kamu siapa?" tanya Savira lembut. Melihat Gulla ia seperti melihat cerminan dirinya dulu.

"Gulla tante,"

"Namanya lucu sekali yah, ayo ikut bunda kamu pasti capekkan. Bunda antarkan ke kamar tamu." Savira dengan Ramah menyambut gulla, namun diam-diam Savira melirik Ibrahim untuk memberikannya penjelasan setelah ia mengantarkan Gulla.

Savira menuntun Gulla menaiki tangga menuju kamar tamu, ia tidak henti-hentinya tersenyum. Ketika ia mengetahui jika Gulla ini memiliki kesamaan dengannya, namun bedanya gulla lebih berani dari pada dirinya. Dirinya dulu gadis pemalu dan tidak berani untuk membela dirinya sendiri.

"Kamu butuh mukena tidak untuk sholat isya." Tanya Savira ramah.

"Maaf tante saya bukan islam, saya kristen." Gulla tersenyum kikuk.

"Maafkan sayang bunda tidak tahu hehe, tapi panggil aja bunda jangan tante yah." Pinta Savira.

"Iya tante, eh bunda. Bunda tidak marah."

"Untuk, apa bunda marah?"

"Karena saya Kristen,"

"HAHAHA, kamu itu lucu sekali. tidak lah bunda tidak marah, bunda menghormati semua agama." Savira menatap gulla senang, ia benar-benar seperti melihatnya waktu muda dulu.

"Kalau begitu kamu mandi terus istirahat yah bunda mau berbicara sama Baim." Savira pergi meninggalkan Gulla, sekarang ia harus mengintrogasi anaknya.

****

Ibrahim baru saja ingin menenggak air putih, bundanya sudah datang menatapnya dengan banyak pertanyaan. Ibrahim mendesah , jujur ia tidak ingin membicarakan hal ini sekarang. Tapi melihat wajah garang bundanya Ibrahim tidak bisa menolak kemauan nona besar. Ibrahim menaruh air putih yang ia pegang lalu duduk di kursi makan mengikuti isyarat bundanya.

"Jadi siapa gadis itu?" tanya Savira dengan wajah penuh selidik. Siapa yang tidak syok putranya yang single belum menikah membawa anak gadis ke rumah.

"Baim menolongnya di jalan, ia sedang bertengkar dengan suaminya." Jelas Baim dengan lancar, seakan-akan jawabanya bukanlah sebuah masalah besar.

Savira melotot mendengar ucapan anaknya, bilang saja ia tuli atau tidak jika anaknya sedang membawa istri orang lain pergi bersamanya.

"Kamu waraskan Baim?" Savira memegang dahi anaknya, Ibrahim menyentuh tangan bundanya lalu menggenggamnya lembut.

Ia sudah mengira reaksi bundanya untung saja bundanya bukan tipe wanita yang suka marah-marah dan berteriak keras. Bundanya tipe wanita yang lembut, Ibrahim jadi ingin sekali memiliki pendamping seperti ibunya.

"Baim masih sehat bunda." Ujar Ibrahim ia mengecup lembut tangan bundanya.

"Baim murni menolongnya karena kasihan bunda. Baim melihat luka cambuk yang diberikan suaminya disekujur tubuh gadis itu dan Baim tidak bisa menolak keinginan gadis itu yang memintaku untuk menolongnya. Lagi pula itu juga kewajiban seorang polisi menolong seseorang dari kejahatan," Savira menutup mulutnya tidak percaya, jika gadis rapuh tadi memiliki luka seperti itu. Jujur dulu Savira juga memiliki kenangan yang pahit, disaat Rakan tidak mengakuinya sebagai istrinya, namun Rakan tidak pernah melukainya Rakan tidak pernah bermain fisik padanya, Savira tidak bisa membayangkan rasa sakit yang diterima gadis itu. Savira jadi kasihan dengan Gulla.

"Keputusan kamu benar Baim, bunda mendukung kamu."

"Kamu harus melindungi Gulla bagaimanpun caranya."

"Terimakasih bun," lalu Baim ingin minum, ia bingung harus menjawab apa yang terpenting bundanya tidak berpikiran aneh, namun Savira membalasnya dengan perkataan yang membuatnya tersedak oleh air yang diminumnya.

"Apakah kamu mencintai gulla?"

"Bunda bicara apa sih?"

"Bunda serius,"

"Itu tidak mungkin terjadi, ini murni rasa kasihan Baim pada Gulla bukan rasa cinta bunda."

"Baim tegaskan bunda, ini semua juga karena Baim seorang polisi jadi melindungi seseorang dari kejahatan adalah sebuah kewajiban,"

"Baim bunda akan katakan suatu hal ke kamu, gulla saat ini merasakan trauma dan rasa sakit, dia sedang konflik dengan suaminya lalu disaat itu kamu datang. Mau tidak mau hati gulla akan menerima rasa simpati yang kamu berikan, lalu lama kelamaan rasa simpatimu itu akan tumbuh menjadi cinta. Suatu saat nanti kamu akan merasa, dirimu adalah orang yang harus berada di samping gulla, dan kamu akan merasa kehilangan disaat gulla mempunyai tempat perlindungan lain selain kamu."

"Iman baim kuat, bun. Baim tidak akan terlampau jauh, apalagi gulla sudah menikah. Baim tidak mungkin merusak pernikahan mereka. Baim sadar akan hal itu."

"Kamu bisa bilang kamu punya iman yang cukup kuat untuk menahan rasa itu. bagaimana dengan gulla? apakah gulla punya iman yang kuat untuk tidak jatuh cinta padamu, Baim? Terlebih dia berbeda agama dengan kita, dan itu akan membuatnya mudah terpesona oleh akhlaqmu Baim."

"Pesona keluarga Al-fatih sulit untuk di tolak wanita manapun." Goda Savira pada anaknya. Ibrahim mendengus, ia tahu sekali, dan memang perkataan itu seakan membenarkan mulai dari kakek dan ayahnya memiliki pesona yang tidak bisa ditolak wanita manapun.

"Bukannya karena agama kami yang berbeda itu malah akan lebih sulit membuatnya jatuh cinta pada Baim dan itu bisa menjadi alasan baim untuk tidak menikahinya jika suatu saat nanti Baim mencintai Gulla." Baim berusaha mengelak pernyataan bundanya, ia tidak akan mudah jatuh cinta. Bahkan sampai saat ini ia tidak pernah goyah dalam godaaan wanita, bahkan wanita sholehpun tidak bisa membuatnya tertarik apalagi wanita yang berbeda agama dengannya. pasti tidak akan mampu menaklukan hatinya, Baim mempercayai itu ini murni kasihan tanpa rasa cinta.

"Jatuh cinta itu fitrah baim, baik kalaupun kalian berbeda pandangan itu lebih baik lagi. itu bisa menjadi ladang dakwah kamu."

"Bunda jangan buat Baim bingung," Baim mengacak rambutnya frustasi.

"Kalaupun nanti kamu jatuh cinta padanya bunda akan mendukungmu karena kamu dan gulla juga pantas bahagia." Terang Savira.

"Maksud bunda?"

"Suatu saat nanti kamu juga tahu, lagi pula bunda bisa melihat jika kamu tertarik dengan gadis itu."

"Bunda tolong jangan buat Baim pusing,"

"Baim belum siap menikah."

"Hahaha, yasudah kamu istirahat aja sekarang yah."

"Tidur yang nyenyak."

Ibrahim terdiam mencerna setiap ucapan bundanya, bundanya tidak salah. Bundanya hanya mengingatkannya, ia ingin terbaik untuknya.

Ibrahim menghela nafas, matanya menatap langit-langit dapur. Malam ini akan menjadi malam yang panjang baginya.

Apalagi ia tidak bisa mengelak perasaan yang datang pada dirinya. Apakah bundanya benar ia tertarik pada Gulla? Tidak mungkin bukan ia bisa jatuh cinta hanya karena pandangan pertama.

Terpopuler

Comments

Ciripah Mei

Ciripah Mei

cerita y menarik

2021-05-16

0

Happyy

Happyy

💜💜💜

2021-01-05

0

Ami chimmiko

Ami chimmiko

kenapa gk dibwa ke kantor polisi divisum n buat laporan soal kdrt mlh dibawa plg krmh...🤔🤔

2020-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!