Bab 16

"Bukankah kau juga mencintaiku," Gulla mengangguk membenarkan ucapan Gulla.

"Apa yang kurang dariku, Gulla?" bisik Ibrahim dengan nada sedih, ia tidak tahu lagi bagaimana cara meyakinkan gadis kerasa kepala seperti Gulla.

"Aku tidak pantas untukmu, Ibra." Gulla tetap diam pada posisi itu, posisi dimana Ibrahim menyandarkan semua perasaannya pada Gulla. Airmatanya berjatuhan, ia mengucapkan itu dengan nada lirih, hingga ia merasakan hembusan napas. Ibrahim menggengam tangan Gulla seaan menguatkannya.

"Omong-kosong, cari alasan lain untuk menolakku Gulla. Jika kau hanya menggunakan kata-kata seperti itu, kau hanya menyakitiku, aku tidak pernah peduli kau tidak pantas untukku, kau tahu semua manusia diciptakan dengan takdir yang tidak sempurna lantas apa yang perlu kita sombongkan jika kesempurnaan hanya milik Allah semata." Bantah Ibrahim matanya berkilat marah. Ia tidak menyukai ucapan Gulla, baginya itu hanyalah alasan tak masuk akal.

Gulla terdiam, yang dikatakan Ibrahim benar. "Aku tidak punya hak untuk menuntut kesempurnaan padamu Gulla, bahkan aku juga memiliki kekurangan. Aku merasa malu jika aku menikahimu hanya untuk mencari kesempurnaanmu, aku sama saja menghina tuhan yang maha sempurna yang bahkan tidak pernah menuntut kesempurnaan bagi umatnya. Sedang aku hanya hambanya yang penuh dosa."

Ibrahim mencoba meyakinkan Gulla, bahkan ia menangis ketika mengatakan itu.

"Maafkan aku Ibrahim, aku selalu membandingkan sisi sempurnamu dengan sisi kekuranganku. Kau begitu sempurna di mataku, Ibrahim. Bahkan sejak pertamakali kita bertemu, aku selalu merasa aku hanyalah benalu yang tidak tahu malu meminta perlindunganmu tanpa memberikan balasan apapun."

"Jangan berkata seperti itu, Gulla. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, jangan pernah melihat seseorang dari suksesnya saja, karena untuk mencapai semua itu ada luka dan derita. Termasuk kamu jangan merendahkan diri begitu dalam, Allah membenci umatnya yang putus asa bahkan merendahkan dirinya sendiri. Aku yakin kelak kau akan menjadi sosok yang sempurna dan aku ingin hanya aku yang berada sisimu melewati perjalanan itu, bukan oranglain." Ibrahim menggenggam erat tangan Gulla. Ia tak lagi memeluk Gulla, Gulla menatap mata Ibrahim yang terlukis kesedihan di sana. Baru saja ia ingin membalas sebuah suara menghentikan kegiatan mereka.

"Mas Ibrahim." Jantung Gulla seakan berhenti mendengar suara itu. Suara perempuan yang begitu dekat dengan Ibrahim, Gulla meyakini jika Ibrahim memiliki hubungan khusus dengannya, buktinya saja Ibrahim tidak menjelaskan siapa gadis itu padanya.

"Kita bicarakan lagi ini nanti, aku akan ajak bunda untuk menjemputmu kembali." Ibrahim mengecup kening Gulla lalu berlalu meninggalkan Gulla menghampiri Lara. Tanpa Ibrahim sadari Gulla menangis sedih melihat Ibrahim lebih memilih bersama perempuan yang Gulla yakini sangat berarti di hidup Ibrahim, semua itu terlihat jelas bagaimana Ibrahim memperlakukan gadis itu.

Gulla takut menerima kenyataan jika Ibrahim mencintai gadis itu, walau Ibrahim mengatakan jika Ibrahim mencintainya, tapi apakah perkataan saja cukup untuk meyakinkannya? Lalu pengorbanan Ibrahim selama ini untukmu, kamu anggap apa Gulla?

Tapi melihat ekspresi bahagia Ibrahim membuat hati Gulla menjadi ragu, bisa saja Ibrahim berpaling darinya. Bahkan Ibrahim bisa tersenyum sedangkan bersamanya hanya kesedihan yang ditunjukan pria itu. Gulla berpikir gadis cantik itu lebih pantas untuk Ibrahim dari pada dirinya, namun kenapa Ibrahim masih menahannya jika sudah ada gadis yang mengisi hidupnya selain dirinya?

Lalu apa yang harus ia lakukan menerima lamaran Ibrahim atau pergi dari kehidupan Ibrahim lagi dan menyakiti hati pria itu lagi karena pikiran negatifnya yang takut menerima kenyataan sebenarnya.