Ujian yang hanya tinggal dua hari lagi ini malah semakin membuat Olivia terbebani, dia khawatir nilainya tidak cukup bagus untuk bisa diterima di universitas yang sudah dipilihnya.
Sekolah sudah di dekor sedikit demi sedikit oleh pihak sekolah untuk persiapan acara perpisahan anak kelas Xll, Olivia berpikir mungkin dia tidak akan datang tapi dia tidak bisa menolak paksaan teman-temannya. Dari kemarin mereka dengan semangat membicarakan acara perpisahan itu, gaun apa yang akan mereka pakai, mereka akan mengajak siapa. Mungkin acara ini bisa juga di sebut proom night.
Tapi tidak ada acara semacam pemilihan king/queen. Setelah acara perpisahan pihak sekolah juga mengajak seluruh siswa kelas Xll untuk pariwisata 3 hari di bali, dan tentu saja itu yang sebagian besar siswa nanti-nantikan, kesempatan terakhir untuk berkumpul dengan teman-teman sebelum mereka berpisah dan mengambil jalan masing-masing.
Hari ini seperti hari-hari biasa, setelah mengikuti ujian Olivia akan langsung pulang dan tidur untuk beberapa jam, setelahnya baru melakukan tugas rumah.
Besok hari terakhir ujian, malam ini Olivia belajar lebih lama dan lebih serius dari kemarin-kemarin. Teman-temannya saat ini pasti sedang santai-santai membicarakan soal acara perpisahan yang akan berlangsung senin ini.
Olivia masih berpikir untuk tidak datang, apa dia harus menginap di rumah neneknya saja ya biar tidak dipaksa?! Bodo ah, Olivia keluar dari kamarnya, mengambil susu cokelat di lemari pendingin, berjalan ke ruang tengah untuk memberi makan ikan koinya yang kini sudah sedikit besar, lalu keluar dan berdiri di teras rumahnya. Udara malam sangat dingin ditambah susu cokelat yang juga dingin, rasanya bisa membekukan seluruh selnya tapi rasa dingin itu menyenangkan. Olivia menghela napas pelan sambil mengeluarkan foto sunset yang di potret Bryan, sudah agak lama tapi Olivia masih menyimpannya.
Apa sekarang Bryan masih sering dipukuli? Dia harus mengobati punggungnya kalau dipukuli. Sudahlah..
Olivia datang cukup pagi untuk ujian hari terakhir, dia hanya duduk di kantin dengan susu cokelat dan membaca buku catatan pelajaran yang diujiankan hari ini, matematika yang membuat kepalanya terasa hampir meledak, Olivia bahkan tidak bisa benar-benar mengingat rumusnya, table-table sulit yang menyebebalkan.
"Oliv lu udah tau gak?! Katanya Bryan bakalan tampil di acara perpisahan" kata Ayana yang datang dengan rusuh mendekati Olivia.
"Gak tau lah, gak peduli juga" kata Olivia tak peduli.
"Lah masa gitu, emang lu gak penasaran dia mau tampil gimana?"
"Gw pusing anjir" Olivia berkata dengan kesal lalu pergi dari sana begitu saja.
Saat sudah duduk di depan komputer dengan penuh soal matematika memenuhi layarnya, Olivia malah tidak bisa fokus sama sekali. Kalau Bryan tampil artinya dia datang, apa Olivia tidak usah datang saja? Tapi Olivia sama sekali tidak berniat menghindarinya, dia tidak ingin datang, benar-benar tidak ingin datang. Dia hanya ingin tiduran saja di rumahnya, atau pergi ke restoran mamanya. Terdengar cukup bagus, begitu saja. Toh teman-temannya tidak akan memaksa terlalu keras kalau dia bilang hanya ingin membantu mamanya di restoran.
... 🧁🧁🧁...
Acara perpisahan SMA ANDARA, diadakan pada hari senin jam 9 pagi, tapi orang-orang mulai berdatangan bahkan dari jam 8 pagi untuk bersiap-siap, kebanyakan mereka yang datang awal adalah kelompok-kelompok yang akan menampilkan sesuatu.
Empat gadis berjalan ke kelas Xll IPA², ya Olivia memutuskan untuk datang. Mereka datang sedikit lebih awal hanya untuk saling merias satu sama lain, tapi Olivia tidak ingin bergabung. Dia bilang, dia sudah cukup dengan make up tipis yang biasa dia pakai. Hari ini dia memakai gaun panjang berwarna baby blue dengan lengan yang juga panjang dan mengembang di ujungnya, terlihat simple tapi elengan, Dara membantunya memilih gaun ini. Tapi karena gaunnya panjang, membuat Olivia sedikit kepanasan.
Saat acara di mulai, mereka hanya menonton beberapa penampilan dan memilih keluar dari auditorium untuk berkeliling karena Olivia tidak sanggup berdiri lagi di tempat seramai itu. Tapi saat suara Bryan memenuhi ruangan besar itu, Ayrin menarik Olivia untuk tetap berdiri di tempatnya.
Kini tampilan Bryan yang berdiri diatas panggung dengan gitar menggantung dibahunya dan beberapa orang di belakangnya dengan alat musik mereka terlihat jelas di mata Olivia.
Olivia mencoba mengingat apa dulu Bryan pernah bernyanyi, ah tidak, Olivia tidak pernah melihat Bryan bernyanyi. Tanpa mengatakan apapun dan hanya mengetuk micnya beberapa kali, Bryan mulai menyanyikan lagu girl like you dari maroon 5.
Suaranya benar-benar bagua, dengan wajah dan suara seperti itu Olivia yakin dia bisa debut sebagai penyanyi, bahkan mungkin di agensi luar negeri. Selama Bryan bernyanyi dia beberapa kali melirik Olivia dan gadis itu bahkan tidak berkedip atau mengalihkan pandangannya dari Bryan.
Ini satu lagi sisi keren Bryan yang ditangkap Olivia. Setelah Bryan selesai bernyanyi, semua orang bertepuk tangan, berapa lama dia berlatih hingga sebagus itu? Atau itu memang sudah bakatnya?
"Buat yang namanya Olivia Clarissa Putri, aku gak bilang mau putus!!" Tiba-tiba Bryan mengatakan itu masih diatas panggung dengan mic yang menyala, semua orang yang mengenal nama itu langsung menatap Olivia, bahkan sampai membuat gadis itu tersentak. Wah gila, bahkan beberapa guru sudah menatapnya.
Olivia ingin cepat-cepat pergi dari sana, tapi Bryan sudah turun dari panggung dan berdiri tepat dihadapannya, beberapa siswa menyoraki mereka, tapi kenapa para guru tidak melakukan apapun atau setidaknya mengatakan sesuatu. Apa-apaan dengan situasi ini? Menyebalkan sekali.
"Kak kita gak bisa putus dengan sepihak gitu karena aku gak pernah bilang mau putus" kata Bryan menatap dalam mata Olivia.
"Ap- ngomong apaan sih" Olivia memperhatikan sekelilingnya dengan gugup, semua orang melihat kearah mereka dengan tatapan yang berbeda-beda, bahkan beberapa mulai berbisik-bisik mengatai Olivia.
"Kak pokoknya kit-" bahkan sebelum ucapan Bryan selesai, Olivia menariknya keluar dari auditorium.
"Bry apa-apaan sih?! Hubungan kita tuh udah sele-" sebelum Olivia menyelesaikan kalimatnya, Bryan langsung menarik Olivia kedalam pelukannya, saat ini mereka sedang ada di depan parkiran yang agak sepi.
"Kita gak ada alasan yang jelas buat putus kan, aku gak mau putus sama kakak" kok bryan tiba-tiba jadi gini sih?! Keras kepala banget.
"Udah deh Bry gak usah gini" Olivia tidak balas memeluk Bryan ataupun menolaknya, dia hanya membiarkan Bryan memeluknya begitu saja.
"Aku sukanya sama kakak bukan Cindy!"
...🧁🧁🧁...
Tidak ke sekolah rasanya membosankan sendirian di rumah, tapi untungnya Olivia agak sibuk dengan pendaftaran ke universitas yang ada di new york. Dia akan pergi sendirian karena mamanya masih harus mengurus restoran di sini. Olivia harus membuat passeport, mencari tempat tinggal disana, mengurus berkas-berkas dan sebagainya, dia akan berangkat ke new york bulan depan.
Ngomong-ngomong setelah malam perpisahan itu hubungannya dengan Bryan mulai membaik, mereka memutuskan untuk memulainya dari awal dan Bryan setuju untuk menjauhi Cindy seperti Olivia yang tidak mendekati cowok manapun. Mungkin terkadang memang kecemburuan itu penting di hubungan semacam ini, tapi Olivia tidak ingin terjebak cinta segitiga jenis apapun.
Bryan memainkan rambut Olivia yang menelungkupkan kepalanya dimeja, karena ini minggu Bryan mengajak Olivia ke cofee hanya untuk berbincang-bincang. Rasanya sudah lama mereka tidak bersama dan Bryan merindukannya.
Olivia menegakkan tubuhnya dan mengambil kamera polaroid milik Bryan yang hanya tergeletak diatas meja.
"Bry senyum" Olivia malah menghimpit pipi Bryan dengan satu tangannya hingga mulut Bryan menjadi monyong, lalu memotretnya.
"Gimana mau senyum kalo digituin" keluh Bryan setelah Olivia melepaskannya.
Setelah foto itu keluar dan tak begitu lama menampilkan foto Bryan dengan ekspresi lucu, Olivia terkekeh pelan melihat Bryan yang menurutnya imut.
Setelah itu mereka pergi ke pantai dan berjalan-jalan dipinggir pantai, rasanya seperti dulu saat mereka baru dekat. Mereka berdiri sambil memakan es krim dan membiarkan air pantai yang pasang surut mengenai kaki mereka. Olivia melepaskan tangannya yang sedari tadi di genggam oleh Bryan lalu mengacak rambut Bryan pelan.
Kini setiap hari rasanya jadi lebih menyenangkan, Bryan lebih sering bersama Olivia daripada sebelumnya, dia bahkan membuat tugas dengan dibantu oleh Olivia. Bryan ingin memiliki kenangan lebih banyak dengan Olivia sebelum gadis itu pergi ke new york dan entah kapan mereka bisa bertemu lagi.
"Bryan mana ada snow man warna merah gitu" kata Olivia sambil menepuk keningnya tidak habis pikir pada gambar Bryan, saat ini mereka sedang diy di kaos yang sudah lama tidak mereka pakai.
"Ini namanya out of the box kak" Bryan tersenyum bangga pada gambarnya, snowman berwarna merah dengan pedang di punggungnya.
"Ah iya lanjutkan" kata Olivia pasrah.
Gambar yang dibuat Olivia adalah pohon sakura dengan bunga berwarna pink yang hampir memenuhi seluruh cabangnya, simple dan manis. Mereka bahkan mengerjakannya sampai sore.
"Akh.." Bryan berdiri dan meregangkan ototnya yang sudah kaku karena duduk berjam-jam.
"Makan yuk laper" rengek Olivia, Bryan mengusap kepala Olivia sambil mengangguk.
Mereka pergi ke minimarket dan membeli mie instan dan soda, setelah memasak mie mereka memakannya sambil menonton film horror. Bahkan saat menoton film horror mereka masih bisa bercanda dan tertawa. Setelah sempat putus hubungan mereka semakin dekat.
Setelah menghabiskan mienya, Olivia berbaring di sofa dengan kepala diatas paha Bryan, dan cowok itu hanya memainkan rambutnya, mereka masih menonton. Bryan paling suka memainkan rambut Olivia, itu membuatnya tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments