Bab 18

Kini sudah seminggu lebih mereka berpacaran, Bryan senang jika dia bisa bersama Olivia, gadis itu perhatian tapi sedikit kasar dan emosian. Bahkan setelah menjadi pacarnya, Olivia masih kasar pada Bryan, tapi tidak terlalu sering lagi.

Besok adalah B-day(ulang tahun) Bryan jadi Olivia berencana untuk membuat kue untuknya. Olivia tidak begitu pandai membuat kue tapi dia akan berusaha. Olivia tidak mengatakan apapun pada Bryan, tentu saja karena itu kejutan.

Saat pulang sekolah, Olivia sengaja mengajak ketiga temannya dan bilang kalau mereka akan berbelanja, girl time dan Bryan tidak bisa menolak. Olivia menarik ketiga temannya untuk mencari bahan-bahan yang bagus.

Olivia juga meminta mereka membantunya membuat kue, pasti kalau membuatnya bersama bisa cepat selesai. Dia tidak peduli soal *karena Bryan pacarnya, semua harus Olivia lakukan sendiri*.

Setelah menyusun belanjaannya di dapur, Olivia merebahkan tubuhnya di sofa, lelah sekali berputar-putar di mall. Hari ini tumben sekali mamanya pulang cepat, bahkan memasakan makan malam untuknya, Dara juga bergabung dengan mereka. Itu hal yang jarang terjadi, Olivia menikmati kebersamaan mereka. Tidak lengkap rasanya tanpa ayahnya, tapi ya mau bagaimana lagi.

...🧁🧁🧁...

Pulang sekolah, Olivia pulang dengan Bryan seperti biasa, tapi dia menolak ajakan cowok itu untuk berhenti dimanapun.

Saat siang menjelang sore, Anggie, Ayrin dan Ayana datang, mereka langsung memulai acara membuat kue. Mereka hanya membuat kue tart simple dengan warna abu-abu, ada tulisan *B-Day Bryan* diatasnya. Kue itu terbuat dari cokelat dan didalamnya diberi selai blueberry. Setelah selesai membuat dan duduk-duduk sebentar, ketiga temannya pamit pulang karena sudah malam. Selepas mereka pulang, Olivia menghubungi Bryan dan menyuruhnya menjemput Olivia sekarang juga.

Sambil menunggu Bryan, Olivia bersiap-siap, sebenarnya tidak benar-benar bersiap-siap juga sih karena dia hanya memakai hoodie putih dan celana kain kotak-kotak.

Olivia memasukan kue itu kedalam kotak dan saat Bryan datang Olivia langsung mengajaknya pergi.

"Kita mau kemana ini?" Tanya Bryan karena Olivia hanya menyuruhnya jalan saja.

“Kemana ya?!" Aduh, rencana Olivia tidak lengkap, dia lupa memilih tempat yang pas, sekarang dia jadi binggung harus kemana.

"Eu.. pantai deh pantai"

"Huh malam-malam begini kak!?" Bryan heran, kok tiba-tiba minta ke pantai malam-malam sih.

"Iya gak papa"

Sesampainya di pantai, angin pantai berhembus dengan kencang, dingin sekali.

"Kakak yakin?!" Bryan mengusap lengannya, dia hanya memakai kaos lengat panjang dan celana pendek.

"Iya, sini biar cepat" Olivia menarik Bryan kedepannya, mereka hanya diterangi oleh lampu motor Bryan dan cahaya bulan.

Olivia berjongkok dan meletakan kotak kue itu diatas pasir, mengeluarkan kue itu dengan perlahan dan hati-hati.

"Happy birthday Bryan, gak usah pakai lilin ya kan bukan anak kecil lagi" kata Olivia mengangkat kue itu di depan Bryan, Bryan tersenyum tulus.

"Ini kakak yang buat?!" Tanya Bryan sambil mengusap kepala Olivia.

"Dibantuin juga sih"

Bryan mengambil kue itu lalu menarik Olivia kedalam pelukannya.

"Thanks" Bryan tersenyum lebar, ah biasanya mamanya yang akan membuat kue untuknya dan dia juga ikut membantu, tapi semenjak mamanya meninggal tidak ada lagi yang membuatkan kue untuk ulang tahunnya. Sekarang ada seseorang yang kembali melakukan hal itu untuknya, seseorang yang menjadi berharga.

"Aduh dingin banget" setelah Bryan melepas pelukan mereka Olivia mengusap tangannya sendiri. Kasihan juga Bryan yang hanya memakai celana pendek dan tidak mungkin mereka berdiri terus seperti itu.

Bryan memutuskan untuk ke caffe saja. Ah Olivia bodoh kenapa tidak dari tadi mereka kesini sih. Karena binggung tadi Olivia malah menjawab dengan asal.

"Nih di coba" Olivia menyodorkan potongan kue itu pada Bryan. Bukannya mengambilnya Bryan malah membuka mulutnya dengan menopang kepala. Olivia menyendok kue itu lalu memasukannya kedalam mulut Bryan.

"Eum gak enak" Bryan membuat ekspresi aneh yang dibuat-buat.

"Yaudah dibuang aja!" Olivia menaikan suara, dia mengangkat kue itu dengan kasar dan hendak keluar.

"Bercanda doang" Bryan menahan tangan Olivia, kini melihat Olivia marah adalah kesenangan barunya.

"Gak lucu!!" Olivia menginjak kaki Bryan dengan kuat lalu meletakan lagi kue itu dimeja.

"Akgh.." kaki Bryan berdenyut sakit saat telapak sepatu Olivia mendarat dengan kuat dikakinya yang hanya memakai sendal, Bryan melupakan fakta kalau Olivia juga kasar.

"Orang tuh dimana-mana punya pacar disayang bukan disiksa" celoteh Bryan sambil mengusap-usap kakinya.

"Bodo amat"

Bryan mengusap pipi Olivia yang masih memasang wajah datar, dia masih kesal pada Bryan. Kan dia sudah capek-capek menyiapkan semuanya masa dibilang tidak enak, walaupun hanya bercanda tetap saja menyebalkan.

Olivia membiarkan Bryan mengusap pipinya, dia hanya memakan kue yang dia buat itu. Bryan tidak begitu suka kue-kue atau makanan yang manis, itu kenapa Bryan hanya memakan 3 atau 4 sendok kue buatan Olivia. Kue itu enak kok, hanya saja tidak begitu cocok untuk lidah Bryan yang menyukai pedas dan pahit.

"Jangan marah terus dong kak" kata Bryan sambil mengusap krim di sudut bibir Olivia lembut dengan tisu.

"Bodo" Olivia sebenarnya ingin tersenyum tapi ditahan, dia ingin melihat reaksi Bryan saat dicueki.

Bryan menghela napas pelan setelah menyesap ice americano. Tidak biasanya Olivia seperti ini, Bryan jadi binggung harus bagaimana.

"Maaf ya kak, aku tadi cuma bercanda kok, kuenya beneran enak, serius" kata Bryan mengaruk alisnya.

"Jangan marah lagi" masih tidak ada balasan apapun dari Olivia.

Tiba-tiba Bryan mencium pipi Olivia sekilas membuat gadis itu langsung menatapnya.

"Ke-kenapa tiba-tiba?!"

Bryan tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum, lalu kembali mencium pipi Olivia gemas.

... 🧁🧁🧁...

Hari ini Olivia tidak melihat Bryan, bahkan dari pagi. Tadi Olivia di antar oleh mamanya, karena itu dia menyuruh Bryan untuk tidak menjemputnya. Saat istirahat Bryan juga tidak ada di kantin.

"Bryan datang?" Olivia bertanya pada teman-teman Bryan yang sedang makan dengan rusuh.

"Ada tuh di kelas, kayaknya sih tidur" jawab Tion sambil merebut saus dari Gary yang baru saja ingin menuangkan saus itu kedalam nasi gorengnya.

"Ouh oke"

Olivia meninggalakan teman-temannya di kantin dan pergi ke kelas Bryan. Saat di sana, Olivia melihat Bryan menelungkupkan kepalanya di meja, sepertinya dia benar-benar tidur. Olivia berjalan santai mendekati Bryan yang duduk paling belakang, saat ini kelas hanya di isi beberapa orang saja karena kebanyakan dari mereka tentu saja akan ke kantin. Bryan menyumpal kupingnya dengan headset.

Olivia duduk tepat di samping Bryan dan mengambil satu headset itu dan memakainya, ouh Bryan ternyata suka mendengarkan lalu r&b. Dengan iseng Olivia mengambil handphone Bryan yang dia letakkan di laci meja, melepaskan headset pada dirinya sendiri dan menaiki volume hingga penuh membuat Bryan langsung terbangun dan melepaskan headsetnya dengan cepat.

"Eh monyet mau buat orang budek huh?!" Kata Bryan kesal, bahkan nada suaranya meninggi dan bergema di kelas yang tidak begitu ramai itu.

"Gak usah teriak-teriak juga kali" Olivia terkekeh sambil menepuk-nepuk bahu Bryan, dan cowok itu hanya berdecak kesal.

Olivia mengetukkan jarinya di meja dengan helaan napas yang beberapa kali terdengar darinya. Matematika di jam terakhir itu memang paling menyebalkan dan melelahkan. Olivia sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan sepulang sekolah nanti. Tentu saja, kenapa harus pusing-pusing berpikir kalau punya pacar yang pintar buat kue.

"Bry buat kue yuk" ajak Olivia bersemangat mendekati Bryan di parkiran, bahkan Olivia tidak sadar ada Cindy disana.

"Bry kamu kemarin udah janji lho" Cindy bergelayut manja di lengan Bryan.

Apa-apaan sih?! Olivia yang pacarnya saja tidak pernah begitu, geli sekali melihatnya.

"Ah sorry kak, hari ini gak bisa" Bryan melepaskan lengannya dari dekapan Cindy, Olivia mengerutkan keningnya sambil melirik Cindy sekilas. Tidak bisanya apa karena cewek ini?!

Bodo ah...

"Ouh yaudah kapan-kapan aja deh, kamu pasti sibuk. Aku pulang sendiri aja deh" kata Olivia tersenyum kecil, melirik Cindy sekali lagi lalu berlalu dari parkiran menuju gerbang sekolah. Bryan menghela napas pelan melihat Olivia pergi.

Olivia berbaring di sofa ruang tamu sambil mengotak-atik handphonenya, tidak ada yang menarik, semuanya terlihat membosankan. Bahkan koi-koi yang tidak jauh darinya juga terlihat berenang dengan membosankan, walaupun lucu sih. Ini sudah helaan yang entah keberapa kali dan entah berapa banyak susu cokelat yang sudah dia minum.

Berenang tidak akan menjadi pilihan bagus saat ini karena kolamnya outdoor dan cuaca siang itu terik sekali, Olivia juga tidak begitu suka bermain game di handphonenya.

Ah diy saja mungkin bisa menghibur. Olivia langsung berlari ke kamarnya, mengambil jaket jeans yang sudah lama tidak dia pakai, masih cukup bagus. Ah tapi cat-catnya habis, malas sekali rasanya keluar rumah.

Dengan terpaksa Olivia memakai kardigan putih dan topi. Saat membuka pintu depan, Olivia kaget melihat Bryan berdiri di sana dengan pose ingin mengetuk pintu, cowok itu memakai kaos hitam dengan jaket kulit, celana jeans panjang dan rambutnya agak sedikit berantakan.

"Eh kenapa?" Dengan anehnya malah itu yang keluar dari mulut Olivia.

"Gw... khemm.. katanya tadi mau buat kue"

"Ouh iya itu"

Sedikit kaget sih melihat Bryan tiba-tiba ada di depan rumahnya. Tapi dia senang bisa bersama Bryan sekarang. Saat mereka berbelanja bahan-bahan, Olivia bilang dia ingin pavlova lagi tapi dengan krim cokelat dan buah stroberi dan jeruk saja, Bryan dengan senang hati mengiyakan, dia juga membeli beberapa buah lain untuk jaga-jaga, sebelum mereka ke rumah Bryan untuk membuat kue, Olivia memintanya berhenti di minimarket untuk membeli beberapa jelly dan susu cokelat, padahal di rumah tadi dia sudah minum banyak.

Sesampainya di rumah Bryan, Olivia dengan semangat bahkan sedikit berlari menuju dapur dengan beberapa kantong belanjaan, Bryan hanya bisa tersenyum melihat tingkah kakak kelasnya itu.

Kali ini Olivia aktif membantu Bryan membuat kue, bahkan Olivia sedikit mengacaukan beberapa hal tapi Bryan tidak terlalu mempermasalahkannya dan tetap sabar walaupun sedikit kesal.

"Jangan dimasukan kuningnya" Bryan memindahkan wadah yang sudah dimasuki telur oleh Olivia.

"Putihnya aja kak" dengan sabar Bryan menjelaskan cara memisahkan kuning telur.

"Ouh" Olivia hanya mengangguk-angguk sambil memperhatikan dengan serius.

Setelah memisahkan beberapa butir putih telur Bryan membiarkan Olivia mengocoknya dengan kecepatan tinggi dengan mixer, Bryan memperingatkan Olivia untuk mengocoknya sampai menjadi lembut dan menggembang.

Setelah membuat adonan, Bryan menyuruh Olivia menuangkannya kedalam loyang dan masukan kedalam oven karena dia sedang membersihkan buah-buahan yang tadi mereka beli.

"MASUKIN KERTAS ROTI DULU!!" karena terlalu kaget, Bryan bahkan sampai berteriak melihat Olivia yang akan langsung menuangkan adonan kedalam loyang yang bahkan belum dialasi kertas roti.

"Huh?! Ah iya" untung Olivia belum menuangkannya, bikin jantungan saja.

Setelah mengalasi loyang dengan kertas roti, Olivia menuangkan semua adonan dan memasukannya kedalam oven lalu memanggangnya dengan suhu 120 derajat celsius selama kurang lebih 80 menit.

Selama menunggu adonan matang, mereka hanya menonton tv dan terkadang bercanda-canda receh.

Saat Olivia sedang di kamar mandi, ayah Bryan pulang sambil berteleponan. Saat dia ke dapur dan mendapati dapur kacau dengan bahan-bahan dan alat-alat yang Bryan dan Olivia gunakan tadi untuk membuat kue. Ayahnya berdecak kesal, anak laki-lakinya itu tidak pernah memahami, dia membatalkan niatan untuk minum dan mendekati Bryan yang sibuk dengan handphonenya.

"Bryan berapa kali harus papa bilang huh!?" Pria itu berdiri di depan Bryan dengan tongkat bisbol di tangannya.

Bryan berdecak tak suka, waktunya tidak pas, ada Olivia disini. Bryan tidak ingin Olivia melihat adengan kekerasan semacam ini.

"Pa nanti aja, jangan sekarang" Bryan menatap papanya serius.

"Kamu berani melawan papa!?" Ayahnya menarik kerah baju Bryan membuatnya mau tak mau harus berdiri. Bryan menghembuskan napas kasar lalu menahan tongkat itu yang akan mendarat di tubuhnya.

Dengan geram ayahnya meninju perut Bryan kuat. Sudahlah, sekeras apapun dia mencoba menghentikannya, dia tidak akan bisa.

Olivia sedikit lama di kamar mandi karena dia harus membersihkan noda susu cokelat pada celananya yang tidak sengaja ditumpahi Bryan. Saat keluar dari kamar mandi yang terletak di samping dapur, Olivia langsung bisa melihat ayah Bryan yang sedang memukul Bryan dengan tongkat bisbol, mereka membelakanginya. Tentu saja itu membuat Olivia kaget sekaligus takut, apa yang terjadi? Kenapa ayah Bryan marah? Dia harus bagaimana?.

Olivia meremas ujung kardigannya, bagaimana ini? Dengan ragu-ragu Olivia mendekati mereka dan menahan tangan ayah Bryan yang akan melayangkan tongkat itu lagi di punggung Bryan. Pria itu menatap tajam Olivia.

"Ma-maaf tapi.. eum sepertinya tidak benar menggu-menggunakan kekerasan" kata Olivia takut-takut bahkan tangannya bergetar, di situasi seperti ini keinginan besar Olivia adalah menghilang dari sana, tapi dia merasa marah dan sedih melihat Bryan yang dipukuli seperti itu apa lagi oleh ayahnya sendiri.

Bryan berbalik menatap Olivia dengan tatapan sulit diartikan.

"Kamu siapa? Berani sekali kamu ikut campur" pria itu menghempaskan tangan Olivia dengan sangat kasar dan ingin menjambak rambut Olivia namun dengan cepat dan sedikit kuat Bryan menarik Olivia kebelakangnya.

"It's enough!" Kata Bryan dingin lalu menarik Olivia pergi dari sana.

Bryan tidak ingin hal yang dulu sering dialami mamanya kini terjadi pada Olivia, dia bahkan tidak ada hubungan apapun dengan masalah keluarga mereka, tak ada alasan untuk Olivia dikasari oleh pria psykopat itu.

"BRYAN SINI KAMU!" Bryan seperti biasa tidak peduli pada teriakan atau amarah ayahnya itu.

"Bi tolong cek oven di dapur" kata Bryan pada ART yang sedang membersihkan kolam ikan koi.

Bryan berjalan cepat menuju motornya, menyuruh Olivia naik dan gadis itu hanya mematuhi dengan diam, jelas sekali kalau dia sedikit shock. Walaupun keluarga Olivia bisa dibilang sering kali bermasalah namun tidak ada kekerasan di dalamnya, dia hidup di keluarga yang jauh dari kekerasan namun juga kurang perhatian dan kasih sayang.

Bryan melajukan motornya pelan. Olivia menyentuh pelan punggung Bryan yang dibalut kaos hitamnya, pasti sakit sekali, pasti ada banyak lembam. Sekarang sepertinya Olivia mengerti darimana semua luka-luka yang dia lihat saat di gudang. Bryan hanya merasakan sentuhan Olivia dalam diam, wajahnya hanya menatap lurus pada jalanan, dia bahkan tidak tau mana yang lebih sakit, tubuhnya yang baru saja dipukuli, hatinya atau kepalanya, semua terasa hampir meledak.

Entah kenapa mereka malah mampir ke rumah Kayla. Gadis itu sedang bermain-main di halaman depan dengan hamster-hamsternya, saat ini sudah sore dan gadis kecil itu terlihat baru selesai mandi. Bryan mendekati Kayla dan Olivia hanya mengikuti dari belakang dengan senyuman tipis.

Melihat kedatangan mereka Kayla dengan senang langsung memeluk kaki Bryan, cowok itu berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Kayla, Olivia berdiri di samping Bryan dan mengusap rambut Kayla lembut.

"Maaf soal kuenya dan... Yang tadi" kata Bryan saat mereka berdiri bersebelahan memperhatikan Kayla yang berlari kesana kesini mengejar kupu-kupu yang dia lihat.

"Hm gak papa kok" Olivia hampir menepuk punggung Bryan tapi tidak jadi, dia hanya mengusap lengan cowok itu sebentar.

Setelah bermain hingga malam hari dan orang tua Kayla pulang, mereka berpamitan dan Bryan tentu saja seperti biasa mengantar Olivia pulang.

Setelah turun dari motor, Olivia memeluk Bryan dan menepuk pelan punggung cowok itu.

"Jangan lupa diobatin ya" Olivia mengusap rambut Bryan lalu berjalan memasuki rumahnya.

Sedih sih melihat Bryan seperti itu tapi tak ada yang bisa Olivia lakukan untuk mencegah Bryan terluka, dia hanya berharap kehadirannya bisa mengurangi rasa sakit Bryan dan bisa selalu membuatnya nyaman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!