Bab 19

Minggu ini anak kelas Xll sudah mulai les, mereka jadi pulang jam 4 sore. Saat siang Olivia benar-benar sulit fokus pada pelajaran tambahan itu dan lebih sering menggantuk. Dia juga jadi tidak bisa pulang bersama Bryan walaupun cowok itu sering menunggu ataupun menjemput Olivia tetap saja Olivia jadi tidak enak merepotkan Bryan.

Hari ini sepulang sekolah nanti sore dia akan pergi ke mall bersama ketiga temannya. Anggie ingin membeli gaun dan kado untuk acara Bday tantenya besok, Ayana dan Ayrin tentu saja akan berbelanja baju, sepatu maupun make up. Ah Olivia rasanya hanya ingin membeli beberapa cemilan kesukaannya dan susu cokelat. Tapi Olivia merasa malas untuk pergi, dia ingin cepat-cepat pulang dan tidur, tapi mereka terlalu memaksa, selalu seperti itu.

Kini mereka sedang berjalan-jalan dari satu toko ke toko lainnya dengan beberapa paperbag di tangan masing-masing, menyenangkan sih menghabiskan waktu bersama teman dekat seperti ini tapi terlalu melelahkan untuk orang mageran seperti Olivia.

Setelah dari toko sepatu mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil memakan gelato.

"Wah seru banget kalian kemarin ke konser" kata Anggie semangat saat Ayana menceritakan pada mereka kalau dia datang ke konser bersama Ardian.

"Dia yang beli tiketnya juga padahal kan lumayan mahal"

"Jadi iri" kata Ayrin sambil mengambil sesendok gelato Ayana padahal miliknya masih banyak.

Mereka terus mengobrol dengan seru dan sesekali tertawa. Setelahnya mereka pergi ke toko make up dan lanjut ke toko buku. Hingga hari sudah gelap baru mereka keluar dari mall tersebut, bahkan di pintu masuk mereka hanya berdiri dan berbicara sambil minum boba, kata Ayrin dia terlalu malas ke parkiran sekarang.

Saat sedang tertawa, Ayana tiba-tiba diam sambil melirik tajam ke arah parkiran yang tidak begitu jauh dari tempat mereka, Anggie yang berdiri di sampingnya juga melihat kearah yang sama sambil melotot kaget, Olivia yang berdiri membelakangi parkiran itu sedikit binggung dengan perubahan tiba-tiba teman-temannya, Ayrin juga terlihat agak gugup setelah melirik sekilas kesana. Karena penasaran Olivia berbalik untuk melihat apa yang teman-temannya lihat dan disana ada Bryan yang sedang berbicara dengan Cindy, mereka berdiri tepat di samping mobil mewah Bryan.

Bryan memang terlihat dingin tapi Cindy tertawa dan terlihat sangat senang seolah mereka sedang membicarakan sesuatu yang manis atau semacamnya. Ini bukan pemandangan baru bagi Olivia, Cindy memang sering nempel-nempel pada Bryan saat ada kesempatan dan Bryan bilang mereka hanya sepupuan.

Keempat gadis itu langsung berjalan sedikit menjauh dari pintu masuk dan menutupin wajah mereka sambil sesekali melirik Bryan dan Cindy yang berjalan menuju pintu masuk.

"Kok dia gitu banget?!" Kata Ayrin berdecak kesal saat dua orang itu sudah hilang di balik pintu kaca.

"Dia gak lagi selingkuh kan" Ayana berdecak beberapa kali.

"Apaan sih mereka cuma sepupuan doang" Olivia berjalan menuju parkiran

"Emang wajar sepupuan gandengan gitu?!" Kata Anggie kesal mengingat tadi dia melihat Cindy yang memeluk lengan Bryan dan cowok itu tidak menghentikannya ataupun menolak, siapapun yang melihat juga akan berpikir Bryan itu cowok kampret.

Olivia hanya menatap keluar jendela dan tidak menanggapi obrolan teman-temannya. Apa dia khawatir? Apa dia cemburu? Apa itu aneh kalau mereka cuma gandengan begitu? Tidak mungkinkan Bryan main-main.

"AH BODO AMAT!" Tiba-tiba Olivia berteriak membuat yang lain kaget.

...🧁🧁🧁...

Memikirkan mereka sebentar lagi akan lulus membuat Olivia semangat, dia ingin cepat-cepat masuk kuliah dan belajar desain dan jadi desainer. Tapi satu-satunya hal yang Olivia sayangkan saat dia lulus adalah dia tidak akan sesering saat ini bertemu dengan Bryan. Berbicara soal Bryan, apa dia datang hari ini.

Tadi malam mereka hanya teleponan tidak terlalu lama dan Olivia juga malas jika mengingat kemarin, dia tidak ingin membahasnya atau menanyakan apapun pada Bryan.

Saat duduk di meja sudut kantin, Olivia melihat Bryan dengan teman-temannya di meja yang agak jauh dari mereka, disana juga ada Cindy. Gadis itu memang sering gabung dengan mereka bahkan sebelum Olivia dan Bryan pacaran.

Mereka memakan makanan masing-masing seperti biasa, mengobrol sambil bercanda, hingga Anggie yang duduk di samping Olivia melihat kearah meja Bryan.

"Oliv walaupun mereka sepupuan gak berarti harus sedekat itu kan, maksud gw bagus sih kalau mereka akur dan gak ada konflik tapi tetap aja, masa dia gak mikir perasaan lu" Anggie menghela napas kasar, dia tidak bermaksud ikut campur tapi sebagai teman dia terganggu dengan kedekatan mereka dan khawatir itu akan berakhir buruk untuk Olivia.

"Gw pusing, biarin aja" Olivia melirik mereka sekilas dan kembali bergulat dengan makanannya. Mungkin akan terlihat tidak peduli, tapi kepalanya sudah dipenuhi dengan berbagai pemikiran dan kemungkinan-kemungkinan.

Saat keluar dari kelas, Olivia melihat Bryan yang berdiri menyender di dinding, jabwal les anak kelas Xll hanya senin sampai kamis, karena ini hari jum'at mereka bisa pulang awal.

Olivia berjalan seperti biasa mendekati Bryan.

"Oliv kami duluan ya" teman-temannya langsung berjalan melewati Olivia meninggalkan gedung kelas Xll itu.

Bryan menunjukan senyumannya saat melihat Olivia sudah berdiri tepat di depannya.

Sebelum pulang mereka mampir dulu di pedagang kaki lima dan memakan bakso bakar. Olivia masih tidak membahas soal hal yang mengganggunya dari kemarin. Dia tidak yakin ingin membicarakannya dengan Bryan, mungkin cowok itu hanya akan mengatakan kalau mereka tidak lebih dari sepupuan saja dan blablabla...

Bryan memperhatikan Olivia yang sudah beberapa kali menghela napas panjang itu.

"Kenapa?" Tanyanya sambil memasukan satu tusuk bakso bakar miliknya di plastik Olivia.

"Huh... Ah itu bukan apa-apa" Olivia menggeleng beberapa kali lalu menghela napas lagi dan kembali makan.

Malamnya Olivia tidur lebih awal dan tidak membalas pesan Bryan atau menerima teleponnya. Bryan jadi binggung, sepertinya dari tadi siang ada sesuatu yang mengganggu gadis itu.

Ini sudah beberapa hari dan Olivia masih tidak membicarakan apapun dengan Bryan dan tentu saja seperti biasa Cindy juga masih nempel-nempel pada Bryan. Olivia juga pusing memikirkan ujian mereka yang sudah semakin dekat, les mereka hanya tersisa dua minggu lagi.

Olivia mendekati meja Bryan dan teman-temannya.

"Bry ngomong bentar" kata Olivia to the point membuat semua orang yang duduk di meja itu sedikit kaget dengan kedatangannya.

"Ah iya kak"

Olivia mengajak Bryan ke lapangan dan duduk di kursi panjang di bawah pohon beringin.

"Kamu belakangan ini keliatan deket banget sama si sepupu ya" kata Olivia saat mereka baru saja duduk.

"Huh.. maksudnya Cindy!? Ouh kakak cemburu ya" Bryan tersenyum miring menggoda Olivia.

"Apaan" Olivia langsung meninju bahu Bryan kuat, sepertinya Olivia memakai tenaga dalam di setiap serangannya, sakit sekali.

"Gx cemburu tapi orang nanti salah paham" Olivia melipat lengannya di dada dan menatap lurus kearah lapangan.

"Hahah cemburu juga gak papa" Bryan mengacak rambut Olivia gemas dan di balas dengan injakan kaki kuat oleh gadis itu, selagi Bryan meringis sambil memegangi kakinya, Olivia malah pergi begitu saja.

...🧁🧁🧁...

Hari ini hari terakhir anak kelas Xll les, sebelum minggu depan mereka menghadapi ujian kelulusan yang penting, Bryan ingin mengajak Olivia jalan-jalan, kemana saja yang gadis itu inginkan.

Tapi sialnya gadis satu ini (Cindy maksudnya) malah bertingkah, dari tadi dia terus merengek minta ditemani ke salon dan belanja, memangnya Bryan peduli kalau ada launching barang baru?!

"Pergi aja sana sama kakak lu, gw sibuk" Bryan sengaja berjalan cepat dengan langkah lebar tapi Cindy malah terus berlari untuk mengejarnya.

"Gak mau, maunya sama kamu"

Bryan menghela napas kasar lalu berhenti dan berbalik menghadap Cindy yang terus saja mengejarnya, sebentar lagi lesnya selesai tapi yang satu ini sulit sekali dihadapi, dia bahkan sampai ikut Bryan menunggu di tempat tongkrongan biasanya dan kini kembali mengikuti Bryan kesekolah. Memang jaraknya yang tempat biasa Bryan dan teman-temannya menghabiskan waktu itu tidak terlalu jauh dari sekolah, mereka bahkan hanya perlu jalan sebentar.

"Bryan capek" keluh Cindy sambil berjongkok di depan Bryan.

"Makanya berhenti ikutin gw" Bryan berdecak tak suka.

"Makanya ayo temenin" Cindy malah ikut meniru cara bicara Bryan.

Bryan berjalan mendekati Cindy yang masih berjongkok.

"Pulang lu gw ada urusan" Bryan berkacak pinggang.

"Capek" Cindy dengan tiba-tiba berdiri dan mengalungkan tangannya di leher Bryan, padahal mereka ada di depan gerbang sekolah, bagaimana kalau ada yang liat?!

Sialan\~\~

"Lepas, biar gw siram tuh dua kecoak" Ayrin meronta-ronta saat di tahan oleh Olivia yang dibantu Ayana, saat ini mereka sedang mengamati drama picisan (menurut Anggie) yang dimainkan oleh Bryan dan Cindy.

Yeah tepat sekali, mereka tengah melihat adegan peluk-memeluk itu, sebenarnya tadi sebelum mereka keluar Bryan sudah melepaskan pelukan Cindy tapi gadis itu terlalu keras kepala dan tidak ingin lepas.

"Putusin aja udah orang kayak gitu" Anggie ingin mencakar-cakar wajah tampan Bryan.

Olivia menghela napas pelan lalu berjalan berlawanan arah dari tempat Bryan dan Cindy berada.

"Lu gak papa?" Tanya Ayana khawatir.

"Ya gak lah" jawab Olivia datar, dia memang bukan gadis cengeng yang sedikit-dikit nangis, tapi tetap saja dia marah.

Bodo amat sama masalah itu, ujian minggu depan lebih penting.

Syukurlah mereka ujian dan adik-adik kelas libur jadi Olivia tidak perlu repot-repot menghindar dari Bryan. Sudah hampir lebih dari satu minggu Olivia mendiami Bryan, kalaupun mereka harus putus itu bukan lagi masalah besar untuk Olivia, orang-orang datang dan pergi dan itu hal yang biasa.

Tapi kenapa Olivia tidak langsung memutuskan Bryan saja? Entahlah, mungkin Olivia berharap Bryan menjelaskan sesuatu tidak hanya mencoba menghubungi dan mengirim pesan, lelah sekali berurusan dengan orang yang lebih muda.

Olivia tidak 100% bisa fokus pada ujiannya, pikirannya terpecah dan bercabang-cabang. Dia juga harus mulai menyiapkan pendaftaran untuk universitas yang dia incar. Sebentar lagi, tidak lama lagi dia akan ke new york, dia akan bertemu orang baru, lingkungan baru, tempat baru, udara baru, cuaca baru, wah membayangkannya saja sudah membuat Olivia berdebar-debar.

Saat keluar gerbang sekolah, Olivia melihat Bryan yang duduk di atas motornya sambil memainkan handphone, apa dia menunggu Olivia? Haruskah Olivia dekati? Bodo amat. Seolah-olah tidak melihat, Olivia berjalan lurus melewati Bryan menuju halte bus. Saat Olivia lewat Bryan mendongak dan langsung menahan tangan Olivia membuat gadis itu berbalik kearahnya.

"Sini naik dulu" kata Bryan menarik Olivia lebih dekat ke motornya.

"Gak!!" Olivia menghempaskan tangan Bryan dengan kasar lalu hendak pergi tapi kembali ditahan lagi Oleh Bryan.

“Kak!" Bryan mencoba bersabar, dia memang bukan orang yang mudah marah tapi kalau seperti ini tetap saja menyebalkan.

Olivia menghela napas panjang lalu naik dengan kasar di belakang Bryan, selama di perjalanan Olivia hanya memegang sedikit ujung jaket Bryan. Bryan membawa Olivia ke sebuah cafee, mereka hanya duduk saling berhadapan dalam diam.

"Mending kita putus aja sih" kata Olivia setelah meneguk lattenya

"Huh?!"

"Udah kita putus aja" Olivia bangkit dari kursinya dan pergi.

"Kak tapi-" Bryan ingin menghentikan Olivia tapi gadis itu sudah terlanjur pergi dengan cepat.

Padahal Bryan mengajak Olivia kesini untuk membicarakan masalah mereka, tapi dia malah diputuskan secara sepihak, tanpa di dengarkan terlebih dahulu lagi. Bryan tidak terlalu yakin apa alasannya, apa Olivia mulai bosan dengannya? Atau ini soal Cindy? Tapi apapun itu seharunya mereka membicarakannya terlebih dahulu.

Huh dari tadi jantung Olivia sudah dag-dig-dug, mungkin rasanya hampir meledak, sudahlah Bryan memang terlihat lebih cocok dengan Cindy daripada dia, semua orang yang melihat kedekatan mereka juga berpikiran yang sama.

Sesampainya di rumah, ada Dara yang sedang nonton tv, tumben sekali dia kesini, Olivia masuk ke kamarnya tanpa menyapa atau mengatakan apapun pada Dara.

Olivia hanya berbaring diatas tempat tidur empuknya seharian tanpa melakukan apapun. Olivia menghapus semua foto dia dan Bryan di handphonenya lalu menatap foto sunset yang diambil dari Bryan berjam-jam. Olivia tidak begitu sedih putus dengan Bryan, dia bahkan tidak menangis, tapi rasanya ada yang kurang. Siapa lagi yang harus dijahili? Siapa yang akan membuat kue untuknya? Siapa yang akan diajak berkelahi atau berdebat?

Padahal ini belum sampai sehari mereka putus, tapi karena marahannya sudah lebih dari seminggu jadi agak kangen. Olivia menghela napas lalu berguling kesamping dan memeluk boneka ice bear kesayangannya, tapi Olivia melihat boneka harimau putih yang di berikan oleh Bryan tepat disampingnya, wah haruskah Olivia memberikannya kembali?.

Ini sudah hari kedua ujian kelulusan, masuk keruang lab dan duduk di hadapan komputer dengan banyak soal ujian membuat perut Olivia sakit, hal itu selalu membuatnya berdebar-debar. Apa dia bisa lulus dengan nilai yang bagus, setidaknya harus rata-rata kan, bagimana jika nilainya tidak mencapai nilai rata-rata kampus impiannya?

Dengan tidak semangat Olivia masuk ke minimarket, masih ada banyak waktu jadi dia tidak perlu terburu-buru. Olivia membeli dua botol susu cokelat untuk menjernihkan pikirannya. Saat pergi ke kasir untuk membayar, Olivia melihat Bryan dan Cindy masuk ke minimarket, aneh sekali rasanya bertemu mereka berdua seperti ini dan yeah kelihatannya putus adalah pilihan terbaik.

Mata Bryan dan Olivia bertemu sepersekian detik sampai Olivia langsung mengalihkan pandangannya dan pergi begitu saja, Bryan ingin menghentikannya untuk menanyakan sikap aneh Olivia padanya tapi tidak jadi, gadis itu kan harus ujian.

"Aneh banget sih mereka selalu nempel begitu" kata Anggie setelah mendengar curhatan Olivia, mereka sedang ada di pinggir lapangan menunggu mata pelajaran selanjutnya dimulai.

"Pagi-pagi udah barengan gitu sih, jangan-jangan mereka pacaran lagi" Ayrin berpendapat.

"Bodo amat, kami kan udah putus" Olivia memainkan buku catatan yang dia pegang.

"Tapi lu kan masih suka dia, iya kan!?"

"Halah bacot, dia sama Aldi gak ada bedanya" Olivia membanting buku catatan itu ke tanah dengan keras hingga menimbulkan suara yang besar.

Tapi aneh, saat putus dengan Aldi yang lebih singkat Olivia menangis untuk beberapa hari, tapi saat putus dengan Bryan Olivia malah tidak menangis sama sekali, dia hanya merasa marah dan kesal setiap kali melihat Bryan yang selalu dekat dengan Cindy. Tentu saja kenangan manis lebih banyak saat dia bersama Bryan, Aldi itu tidak begitu penting, mereka hanya pernah nonton sekali dan makan malam sekali lalu katzz... Hubungan mereka selesai.

Ah masalah percintaan itu memang selalu merepotkan. Olivia berharap kisahnya bisa semanis drama korea yang selalu terlihat menyenangkan dan romantis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!