Saat ini Olivia sudah siap dengan celana jeans dan kaos putih bertulisan BOOM di tengahnya, di padukan dengan sneakers hitam, rambut panjangnya juga di kucir kuda, make up natural yang di buat lebih tebal dari biasanya tapi tidak terlihat berlebihan, hanya untuk menyamarkan lembam karena terkena bola tadi siang. Olivia memutuskan untuk ikut saja daripada menghindar.
“Gimana, udah siap?” tanya Ayana yang sedari tadi menunggu di sofa ruang tengah, Olivia hanya mengangguk tanpa semangat.
“Ngomong-ngomong nyokab lu mana?”
“Kerja, nanti paling tengah malam baru balik”
Mereka langsung pergi ke rancing area dengan mobil Ayana karena yang lain sudah menunggu di sana. Sesampainya di sana, mereka berempat langsung berbaur dalam keramaian untuk menonton balapan itu, mereka berdiri paling depan.
“Gw penasaran Ardian bakal tanding sama siapa” kata Ayana mulai excited, karena gadis itu sebenarnya sudah menyukai Ardian sejak semester dua kelas XI lalu.
“Katanya sama anak sekolah Andara juga” balas Ayrin yang sekelas dengan Ardian di kelas XII IPA 2.
Kini dua cowok yang akan bertanding itu sudah saling berhadapan.
“Tumben lu ajakin gw tanding” kata Bryan santai sambil bersender di mobil sport mewahnya yang berwarna hitam metallic itu.
“Yeah gw mau liat aja kemampuan bocah ingusan kayak lu” balas Adrian sinis.
“Kalau kalah jangan nangis ya… kakel” Bryan mencondongkan tubuhnya kearah Adrian dengan tatapan yang meremehkan.
“Awas aja lu, kalau kalah jilat sepatu gw sampai bersih” balas Ardian dengan percaya diri.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil masing-masing, seorang wanita berdiri di depan mereka dengan bendera hitam putih di tangannya.
“3… 2… 1… go!!” saat bendera di ayunkan, kedua mobil langsung melesat hampir bersamaan, sorakan dari penonton memenuhi tempat itu. Olivia? Tentu saja gadis itu hanya memperhatikan dalam diam tanpa minat, sedangkan teman-temannya berteriak dengan heboh.
Di putaran kedua, mobil kuning yang dikendarai Ardian memimpin di depan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Pertandingan itu berlangsung dengan menegangkan, mobil mereka secara bergantian memimpin di depan.
Olivia heran, apa tenggorokan orang\-orang yang tengah berteriak\-teriak itu tidak sakit? Perasaan mereka sudah teriak\-teriak dari pertama balapan itu di mulai, bahkan sebagian sebelum balapan itu dimulai dan keributan itu membuat kepala Olivia berdenyut.
“Oliv, menurut lu siapa yang menang?” tanya Ayrin tiba-tiba.
“Gak tau deh, bodo amat” jawab Olivia ketus.
Putaran terakhir menjadi saat\-saat yang paling menegangkan, kedua mobil itu tidak ada yang ingin mengalah. Saat hampir mencapai finish, mobil Ardian masih memimpin, Bryan dengan nekat menaikan kecepatannya hingga mobil hitam metallic itu mencapai garis finish duluan, tentu saja itu sangat berisiko dan berbahaya.
Setelah menghentikan mobilnya, Bryan langsung menaiki atap mobil dan berteriak sambil menari\-nari tidak jelas untuk melakukan selebrasi, untung ganteng.
“Lah si most wanted tuh” kata Anggie saat sudah melihat wajah Bryan dengan jelas.
“Yang anak kelas XI itu kan!?” tambah Ayrin.
“Yang suka buat onar” lanjut Anggie lagi.
“Gila sih ganteng banget, tapi tetap lebih keren Ardian lah” kata Ayana sambil senyum-senyum tidak jelas.
“Tapi absurd banget” kali ini Olivia yang bersuara.
“Turun eh lu bocah, entar beneran dikira gila lagi” kata Tion berdecak melihat tingkah memalukan Bryan.
“Elah ganggu aja” Bryan langsung turun dan bergabung dengan teman-temannya.
“Jadi tuh orang bakalan lu apain?” tanya Radit sambil menunjuk Ardian dengan dagunya.
“Ya gak diapa-apain sih, lagi malas juga” kata Bryan santai.
“lah??”
“terserah aja sih” teman-temannya jug atidak begitu peduli karena itu merupakan urusan Bryan.
“Udah dulu gw mau minum, haus habis teriak-teriak” Bryan pergi menjauh dari teman-temannya yang tengah Bersiap-siap untuk melanjutkan balapan.
Bryan mendekati sebuah kios yang tak begitu jauh dari tempat mereka balapan tadi. Sesampainya di kios itu, Bryan mengambil satu kaleng soda dari lemari pendingin. Setelah membayarnya, Bryan keluar dari kios dan memilih untuk berdiri di depan kios, bersender di tiang dan meminum sodanya. Angin malam berhembus lumayan dingin menembus kaos hitam yang ia kenakan dan soda yang baru keluar dari lemari pendingin juga terasa seperti membekukan tenggorokannya, Bryan menghenbuskan napas pelan karena kedinginan, dia lupa membawa jaket yang ditinggalkan di dalam mobilnya.
“yang benar lu kena bola tadi siang, di muka lagi?!”
Segerombolan gadis-gadis berjalan dengan rusuh melewati Bryan lalu memasuki kios tadi, Bryan tidak begitu peduli pada percakapan mereka yang bahkan tak begitu ia dengarkan.
“Terus yang nendang bolanya gimana? Lu tau siapa?” suara gadis-gadis itu kembali terdengar yang artinya mereka sedang keluar, tapi Bryan masih betah berdiri di sana sambil memainkan handphonenya.
“Gak tau, gw langsung lari ke toilet”
“Wahh parah banget tuh orang, sakit gak?” setelahnya terdengar suara cekikikan.
“Kampret emang, gak liat nih udah lembam”
Bola?? Kena muka?!...
“Siapa yang tadi di lapangan kena bola?” Bryan bertanya sambil berdiri di depan gadis\-gadis itu, menghentikan langkah mereka.
“Gw, kenapa?” Olivia menatap Bryan dengan kening berkerut dan yang lain juga melihatnya dengan aneh.
“ouh sorry, itu gw yang tendang bolanya” Bryan mengatakannya dengan teramat santai, membuat mereka berempat mengganga tak percaya.
Hell, santai banget ngomongnya nih orang kayak gak punya dosa\~\~ batin Olivia.
“Gila ya, santai banget ngomongnya kayak gak punya salah lu nyet” Anggie menanggapi dengan kesal.
“Ouh jadi itu lu! Muka gw hampir hancur lu malah nyantai-nyantai gini, gak ada rasa bersalah banget” Olivia mengomel kesal sambil menatap tajam Bryan, sedangkan yang di tatap hanya biasa-biasa saja.
“Itu mah kecelakaan, gak direncanakan, bola nyasar. Bukan salah gw donk! Tapi kan yang penting udah minta maaf, yaudah sih kelar kan”
“Gila nih bocah beneran gak ada respect-respectnya sama kakak kelas” Ayrin benar-benar naik darah dan hendak mendekati Bryan namun ditahan oleh Ayana yang berdiri di sampingnya.
“Bodo amat” Bryan pergi begitu saja sambil melambaikan tangannya acuh.
“apaan sih” Ayrin menepis tangan Ayana dengan kesal.
“Bahaya kalau lu sampai berurusan sama dia, gak ingat ya pas tahun-tahun pertama mereka sekolah, anggota osis yang ngehukum dia karena gak bawa atribut pas ospek malah di ganggu dan di permalukan sampai setahun” Ayana menerangkan dengan panjang lebar.
“Bodo ahh terserah” Olivia menggeram kesal saambil berjalan ke parkiran Bersama yang lainnya, Ayana mengantar Olivia pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments