Bab 09

Hari ini Olivia menambah waktu latihannya, karena besok adalah pertandingan voli, dia merasa sedikit gugup. Akhirnya setelah dua minggu menunggu akhirnya datang juga besok.

"Besok kita tidak boleh terlambat ya, sesuai arahan pelatih kita berkumpul di sekolah jam 8 lalu berangkat kesana dengan bus sekolah" kata Olivia mengumumkan pada anggota tim voli yang terpilih untuk mengikuti pertandingan itu. Setelahnya mereka memutuskan untuk pulang dan beristirahat dengan cukup biar besok bisa fit.

Olivia tidak berharap siapapun dari keluarganya datang untuk menonton pertandingannya dan dia tahu mereka juga tidak akan datang dengan alasan sibuk. Andi bilang dia akan datang dan itu membuat Olivia merasa sedikit excited.

Pagi-pagi sekali, Olivia sudah bangun. Dia mulai menyiapkan semua yang dia perlukan untuk pertandingan nanti. Dia berharap semuanya berjalan dengan lancar. Kemarin teman-temannya juga sudah menyemangati dan bilang nanti malam mereka akan ke rumah Olivia untuk merayakan, tidak peduli apapun hasilnya.

Beberapa kelas Xll diperbolehkan datang untuk menjadi supporter, kali ini ada 10 siswa Xll yang dibawa untuk pertandingan, 6 pemain inti dan 4 pemain cadangan.

Olivia meminta kakaknya untuk mengantarnya nanti dan untunglah tidak ditolak. Olivia sampai di sekolah pada jam 7 pagi, lumayan awal sih.

"Lu gugup gak?!" Tanya Ayrin saat mereka memilih duduk di kantin sambil sarapan, untung beberapa sudah ada yang dibuka.

"Lumayan" jawab Olivia.

"Semoga lu menang ya, tapi jangan kelewat keras usahanya, semampu lu aja ya" nasihat Anggie karena tidak ingin Olivia terluka.

"Hm iya" Olivia membalas dengan senyuman.

...🧁🧁🧁...

"Wow mewah banget" kata Sintya, pemain utama sebagai smasher. Kini mereka sudah sampai di tempat pertandingan diadakan.

Posisi Olivia selain sebagai kapten tim juga sebagai blocker karena dia tinggi.

Sebelum pertandingan dimulai mereka melakukan pemanasan dulu untuk menghindari cedera serius dan juga membicarakan strategi bersama pelatih.

Kata ibu Nina mereka bisa menyesuaikan strateginya dengan lawan yang mereka hadapi.

Olivia melihat teman-temannya sudah bersorak semangat di bangku penonton, di sana juga ada Andi membuatnya tersenyum sumringah.

15 menit sebelum pertandingan dimulai, semua pemain di suruh bersiap di posisi masing-masing. Akan ada 3 ronde dengan 25 poin per ronde.

Permainan dimulai dan mereka melakukan awalan yang baik. Sebagian smash dan servis mereka tidak bisa di tahan oleh lawan.

(Skip saja menghemat waktu...)

Kini tim Andara dan tim Garuda dari sekolah lain sudah berhadapan untuk penentuan terakhir, yaitu pertandingan final.

Mereka di beri waktu istirahat selama 17 menit dan harus di manfaatkan dengan maksimal. Mereka tengah mendiskusikan strategi apa yang harus di lakukan karena smasher utama terluka dan mereka kekurangan pemain, karena sebagian sudah mulai kelelahan, bermain dari awal permainan, termasuk Olivia. Walau dia kelelahan tapi dia tidak ingin di ganti karena mereka juga kekurangan orang untuk smasher.

Setelahnya mereka di suruh bersiap di posisi masing-masing. Kapten di kedua tim di perkenankan untuk berjabat tangan tanda permainan sportif, itu yang selalu di lakukan sebelum pertandingan dimulai.

Tim lawan melakukan service pertama dan mereka kebobolan karena tim block tidak melakukannya dengan kompak.

"Maaf" kata Andini karena melompat terlalu cepat.

"Gx papa.. tenang masih permulaan" kata Olivia memberi semangat.

Kini poinnya menjadi 17-15, poin lawan 15. setelah beberapa saat ronde pertama berakhir.

Ronde pertama dimenangkan oleh tim Andara. Kini ada dua ronde lagi yang tersisa, walaupun mereka memenangkan ronde pertama namun permainan mereka mulai menurun.

Di ronde kedua, karena semua mulai kelelahan dan lawan mereka tak bisa diremehkan, poin mereka jadi tertinggal jauh. Di pertengahan permainan, mereka mulai bisa mengejar tim lawan walaupun tidak begitu banyak. Tapi suatu insiden terjadi. Karena lawan melakukan smash dengan kuat dan karena Olivia sudah kelelahan. Saat dia mencoba memblock bola, bola itu menghantam tangan Olivia dengan kuat membuat beberapa jari kanannya cedera, bahkan terdengar suara dentuman keras, walaupun begitu bola berhasil di block.

Melihat Olivia meringis kesakitan, bu Nina meminta waktu jeda 7 menit.

"Duh jari kamu cedera, ke ruang pengobatan dulu yuk" bu Nina membawa Olivia keluar lapangan.

Jari-jari Olivia mengalami patah tulang dan beberapa goresan, setelah diperiksa dan diperban, dokter bilang dia tidak bisa melanjutkan pertandingan ini dan terpaksa di ganti.

Olivia dan bu Nina kembali ke lapangan dan Olivia hanya duduk di bangku pemain cadangan karena dia digantikan.

Yang mengantikan Olivia lebih pendek dari dia dan seharusnya dia menjadi defender, namun saat ini hanya dia yang bisa bermain.

Karena mereka tidak sanggup mengejar poin lawan, ronde kedua dimenangkan oleh tim Garuda.

Ronde ketiga di mulai, pelatih masih tidak mengizinkan Olivia masuk karena kondisi jarinya walau Olivia memaksa. Tangannya memang terasa sangat sakit dan berdenyut, rasanya ingin sekali menangis. Tapi dia yakin dia masih bisa melakukannya.

Kini set upper harus di ganti dengan universal player dan itu tidak membuat banyak perubahan.

Di pertengahan permainan, wasit memberi waktu istirahat selama 10 menit, setiap ronde ada waktu istirahatnya.

"Buk saya masuk saja, kasian Andini nahannya lebih banyak" kata Olivia menatap sang pelatih serius.

"Tapi jari kamu lagi cedera"

"Gak papa saya bisa, saya minta diperban lebih tebal lagi saja buk" kata Olivia masih memaksa.

"Gak usah memaksakan diri Olivia!" Kata bu Nina tegas.

"Iya liv gx papa, jangan maksain diri" kata Andini menepuk bahu Olivia.

"Izinin aja dulu buk nanti di tukar lagi kalo emang gak bisa" Olivia memang orang yang keras kepala dan jarang mau mengalah.

"Ya-yaudah" dengan terpaksa bu Nina mengizinkan. Dia meminta perban lagi pada tim medis.

Olivia membalut jari-jarinya yang cedera lebih tebal lagi agar sedikit melindunginya dari tekanan bola. Setelahnya Olivia kembali ke posisinya.

"Oliv lu yakin bisa?" Tanya Andini sekali lagi.

"Gx papa An, gw bisa kok" Olivia tersenyum menenangkan.

Pertandingan di mulai kembali.

Tidak semua bola yang datang harus di block karena di belakang juga ada penjaga. Tapi mereka tetap waspada. Setiap bola yang datang dan mereka harus memblocknya, Olivia selalu meringis.

Mereka mulai bisa mengejar poin yang tertinggal walau masih tidak dapat mengimbangi poin lawan. Mereka hampir mendekati 25 dan permainan hampir berakhir. Kemungkinan kalah lebih besar dari pada menang di ronde terakhir ini, dan mereka tak punya kesempatan lagi, walaupun bisa seri dan akan ada ronde tambahan untuk menentukan pemenangnya tapi Olivia tidak yakin mereka semua masih kuat, melihat kondisi semua orang yang benar-benar sudah kelelahan. Olivia menyemangati timnya agar tidak putus asa.

Poinnya adalah 21-18, dan tentu saja poin lawan 21. Hanya butuh 4 poin lagi untuk menang sedangkan tim Andara memerlukan 7 poin lagi. Ah rasanya mustahil sekali memenangkan ronde ini.

Kini Sintya sudah kembali bermain, dia bilang sekarang sudah tidak apa-apa karena dia sudah beristirahat sepanjang ronde 2 tadi. Walaupun tidak semua pemain kini adalah pemain utama tapi Olivia yakin mereka bisa karena mereka sudah latihan dengan sama kerasnya.

Sintya melakukan dua kali smash indah berturut-turut yang membuat poin mereka menjadi 20. Walaupun begitu tim lawan juga bisa memasukan poin, ah benar-benar deh, membuat Olivia frustasi. Tangan Olivia saja sudah kebas dan mati rasa karena dia terlalu memaksakan diri.

"Aagh.." Olivia lagi-lagi mengerang saat merasakan tekanan bola yang terlalu kuat mengenai jarinya.

"Oliv udah aja ya" kata Andini cemas sambil tetap mempertahankan poster menahannya karena sebentar lagi lawan akan servis.

"Gak papa masih bisa"

Teman-teman Olivia yang duduk di bangku penonton juga merasa khawatir pada keadaan Olivia.

Andi??

Cowok itu terlihat lebih santai mengobrol dengan seorang gadis yang duduk disampingnya. Entah dia tidak tahu keadaan Olivia atau dia tidak peduli, entahlah.

Kali ini mereka tidak membiarkan tim lawan mendapatkan poin, mereka memblock semua bola yang datang sebisa mungkin, bukan hanya blocker yang kesusahan tapi defender yang menjaga bagian belakang juga merasa kewalahan.

Mereka mempercayakan pada set upper dan smasher untuk mencetak poin, dan juga universal player yang lebih bisa bebas.

Pertandingan kali ini terasa begitu lama karena lawan sangat kuat, Olivia bahkan sampai berpikir kalau jarinya sudah putus sekarang.

Dengan ekstra perjuangan dan mereka mengerahkan seluruh kekuatan, akhirnya mereka bisa mencapai poin 23 sedangkan lawan 22.

Mereka memimpin tapi belum tentu mereka bisa memenangkan pertandingan.

"****!" Olivia mengumpat kesal saat dia tidak bisa memblock satu bola yang mengarah ke arah kiri, dan lumayan jauh untuk defender bisa menahannya. Ahk bagaimana ini?

Saat bola hampir menyentuh lantai, smasher tiba-tiba menendangnya dan mereka yakin itu tidak akan melewati net, tapi set upper yang ada di dekat net langsung memukulnya melewati net, dia bahkan memukulnya dengan ujung jari membuat jarinya terasa sakit. Karena lawan tidak memprediksi kejadian itu, membuat mereka tak bisa menahannya. Satu poin lagi untuk tim Andara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!