Olivia terus berjalan di depan dan Bryan mengikutinya tanpa mengatakan sepatah katapun. Sebenarnya karena ini terlalu mendadak sekali membuat Olivia binggung harus kemana. Bryan tiba-tiba menahan lengan Olivia membuat gadis itu berhenti dengan kaget.
“sebenarnya mau bawa gw kemana sih? Bukan mau ngelakuin yang aneh-aneh kan?!” kata Bryan random dengan wajah yang sangat menyebalkan.
“gila banget lu” Olivia langsung menendang tulang kering Bryan dengan emosi membuat Bryan mengerang kesakitan.
“ke situ, gw mau ngomong” Olivia langsung berjalan menuju arah di samping lab yang bersebelahan dengan bangunan kelas X, Bryan mengikutinya lagi dalam diam.
Mengingat bagaimana santainya Bryan saat mengaku dia yang menendang bola kearah Olivia walaupun tidak disengaja tenpo hari, Olivia juga akan melakukan hal yang sama. Dia mengatur ekspresinya sedatar dan sesantai mungkin.
“yang coret-coret motor lu itu gw” kata Olivia to the point, tidak ingin bertele-tele.
“baru ngaku sekarang lu?! Kemarin kemana aja? Takut ya!?” kata Bryan pedas dengan ekspresi meremehkan. Walaupun Bryan orang yang kocak, receh dan lebih santai, kalau berhadapan dengan masala hapa lagi hal yang sangat tidak dia sukai dia akan menjadi serius dan sangat arogan.
“ba-bacot” Olivia merasa tertohok, sekarang dia menjadi semakin gugup. Menyadari hal itu membuat Bryan tersenyum sinis.
Bryan mendorong Olivia ke dinding bangunan lab yang berada tepat di belakang gadis itu.
“gw gak peduli mau lu cewek atau kakak kelas sekalipun, gw gak akan ngelepasin lu gitu aja” Bryan mengancam dengan tatapan tajam dan suara yang rendah. Tanpa membalas perkataan Bryan, Olivia langsung mencekram lengan Bryan yang bertumpu didinding tepat disamping kepalanya dengan kuat, lalu membanting adik kelasnya itu ke tanah. Karena Olivia pernah belajar judo, jadi tidak sulit untuk melakukan hal semacam itu walaupun tubuh Bryan lebih tinggi dan lebih besar dari tubuhnya. Bryan meringis tertahan saat punggungnya mendarat di tanah dengan keras bahkan hingga menimbulkan suara yang besar, bisa encok pinggangnya ini.
“Denga rya gak usah main\-main sama gw, jadi adik kelas gak usah terlalu belagu, respect sedikit sama yang lebih tua” Olivia membungkukkan tubuhnya dan mengancungkan jari tengahnya tepat di depan wajah Bryan lalu pergi begitu saja. Untung tidak ada siapapun disana, orang\-orang akan mengira dia sedang membully adik kelas.
Bryan mendudukan tubuhnya sambil menahan rasa sakit.
“menarik juga” Bryan tersenyum jahat menatap punggung Olivia yang semakin menjauh.
...🧁🧁🧁...
Olivia melirik pada jam tangannya saat berjalan menuju kelas, dia tidak sadar kalau bel masuk sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu. Saat sampai di kelas, dia tidak melihat guru disana dan kelas sangat ribut. Olivia berjalan masuk dan langsung dikerumuni ketiga temannya dengan rasa ingin tahu dan cemas.
“jadi gimana?” tanya Anggie tidak sabaran.
“lu gak diapa-apain kan?!” lanjut Ayrin.
“dia bilang apa??” kali ini Ayana, mereka menjadi sangat rusuh dan ribut.
“agh satu-satu, kalian ribut banget” Olivia menjadi kesal karena diajukan banyak sekali pertanyaan secara bersamaan.
“Udah selesai kok, gw banting sekali jadi sepertinya gak bakalan gangguin lagi deh” Olivia menjelaskan sambil duduk di kursinya.
“baguslah” Anggie menghela napas lega, diikuti oleh Ayana dan Ayrin yang juga mengelus dada dengan lega.
“eh iya gw baru sadar, ngapain kalian berdua disini? Bukannya udah masuk pelajaran selanjutnya” kata Olivia melihat Anggie dan Ayrin yang masih tetap berada di kelasnya.
“kami tuh khawatir makanya nungguin lu disini, kebetulan juga sih disini masih gak ada gurunya” Ayrin menjelaskan.
“yaudah deh kami balik dulu takutnya dimarahin nanti kalau kelamaan” Anggie langsung menarik Ayrin keluar kelas.
...🧁🧁🧁...
“Wah!!” Bryan langsung mendekati motor kesayangannya yang kini sudah bersih dari stabilo\-stabilo yang membuat mata sakit itu. Bryan bahkan menciumi motornya karena terlalu senang.
“halah lebay banget” kata Richard sewot sambil menipuk kepala Bryan karena gemas.
“APAAN SIH ANJIRR” Bryan berteriak kesal sambil mengusap kepalanya.
“berisik sakinahhh!” Tion terganggu karena sedang fokus memainkan game onlinenya.
“eh ngomong-ngomong beneran itu cewek ngaku sendiri!?” Gary nimbrung sambil memakan pecel lele.
“iya”
“terus lu bakalan gimana?” Gary Kembali berrtanya dengan mulut penuh membuat suaranya tidak begitu jelas.
“makan dulu baru nanti ngomong” kata Richard kesal mendengar Gary berbicara tidak jelas.
“nih orang daritadi perasaan ngomel terus, lagi datang bulan lu!?” Bryan heran melihat Richard yang dari tadi sangat bawel.
“yeah udah jelaskan” Bryan memakai helmnya dan naik keatas motor.
“lu mau kemana?” tanya Tion yang melihat Bryan akan pergi.
“ngapel” Bryan langsung melajukan motornya dan meninggalkan tempat tersebut.
Hari ini Olivia sangat yakin kehidupan sekolahnya akan kembali damai seperti semula. Tapi keyakinannya langsung sirna saat dia membuka loker untuk mengganti pakaian olahraga. Didalam loker sudah ada sebuah boneka kayu yang tangannya hilang sebelah dan kedua bola matanya menghilang, boneka itu juga diberi tanda `x` berwarna merah di badannya.
Kalau semakin diperhatikan memang sedikit mengerikan sih, tapi ini hanya hal receh yang dilakukan oleh orang yang kurang kerjaan saja. Disana bahkan ada kertas yang bertuliskan `the game just started right now!!`
“Wah apaan itu?” Ayana mengintip dari samping dengan penasaran.
“parah, ini tuh ngeri banget, lu di terror?!” Ayana langsung berseru heboh saat melihat boneka dan kertas itu.
“terror apaan, cuma anak ingusan lagi main-main aja” ucap Olivia santai sambil membuang boneka dan kertas itu kedalam tempat sampah. Kini mereka berdua berjalan dengan berdampingan menuju lapangan untuk pelajaran olahraga.
“main badminton aja yuk” ajak Olivia.
“ayo” Ayana setuju, hari ini guru olahraga mengatakan kalau mereka bisa main apapun sesuka hati karena tidak ada praktek khusus.
Mereka memainkan permainan badminton sampai pelajaran olahraga selesai. Mereka berdua sama\-sama kelelahan dan berkeringat tapi sangat menikmatinya karena mereka berdua sama\-sama menyukai permainan tersebut.
“kanti woii haus banget” ajak Ayana sambil mengibas-ngibaskan bajunya karena sangat kepanasan.
“hmm”
Mereka bertemu dengan Anggie dan Ayrin yang sudah berada di kantin.
“pesanin makanan dong” kata Ayana sambil duduk disamping Ayrin dan langsung meminum fruit tea milik gadis itu.
“ih sialan, pesan aja sendiri gw malas” Ayrin menolak dan langsung menjauhkan minumannya dari Ayana membuat gadis itu memberengut kesal.
“gw aja, tapia gak lama ya” Olivia langsung bangkit dari duduknya.
Olivia memesan teh dingin dengan es batu yang sengaja dibanyakan. Setelah dia mendapatkan pesanannya, Olivia berjalan menuju meja yang diduduki lima cowok dan satu cewek disana. Salah satu cowok itu sedang memainkan gitar dan yang lainnya bernyanyi dengan rusuh.
“wah rame ya disini, boleh request gak lagunya” kata Olivia dengan senyuman ramah yang dibuat-buat. Orang-orang yang ada di meja itu langsung menatapnya.
“boleh dong buat kakak kelas yang manis ini” cerocos Gary.
“kalau gitu coba nyanyiin perfect dari Ed Shireen” Olivia langsung duduk bergabung dengan mereka, dia sengaja memilih duduk di depan Bryan yang hanya menatapnya aneh.
Mereka mulai menyanyikan lagu yang diminta oleh Olivia walaupun mereka semua merasa aneh dengan kehadiran Olivia yang mendadak, Tion terus saja melirik Olivia dengan curiga. Tapi mereka berpikir gadis itu tidak mungkin melakukan hal yang aneh\-aneh, siapa sih yang berani berhadapan dengan Bryan apalagi di tempat ramai seperti ini.
“udah segitu aja, makasih ya” Olivia langsung memotong saat mereka bahkan belum setengah menyanyikannya membuat semua diam.
Olivia bangkit dari duduknya sambil memegang gelas tehnya.
“aduh… aduh…” Olivia berpura-pura terpeleset dan langsung menyiram Bryan yang tepat berada di depannya. teh beserta dengan semua esnya itu tepat mengenai wajah Bryan, membasahi rambut dan bajunya. Bryan langsung bangun dengan cepat karena kaget, gadis yang duduk disamping Bryan memekik tertahan karena kaget.
“ah maaf banget gak sengaja, lantainya licin” kata Olivia dengan wajah yang dibuat-buat menyesal yang membuat Bryan ingin sekali meninju wajahnya itu, semua orang yang ada dikantin kini menatap kearah mereka.
“aduh gimana ini? Gak ada tisu lagi” Olivia mendekati Bryan dan menyapu pundak cowok yang tengah menatapnya garang itu. Olivia tersenyum mengejek sekilas lalu pergi begitu saja tanpa beban, semua orang shock melihat perbuatan Olivia.
“shit!!” geram Bryan sambil mengibaskan rambut basahnya kebelakang.
“kamu gak papa?” cewek yang berada di sampingnya itu ingin menyentuh rambut Bryan namun langsung ditepis, cowok itu segera pergi dari kantin karena kekesalannya sudah mencapai batas.
“Parah, lu beneran ngelakuin hal itu!?” kata Anggie tidak percaya saat Olivia datang dan kembali duduk di tempatnya semula dengan makanan yang dia pesan untuk mereka semua setelah acara siram\-siram selesai.
“dia yang main-main duluan” Olivia mulai menceritakan kepada Anggie dan Ayrin yang tidak tahu kejadian di loker tadi.
Setelah kejadian di kantin, Olivia sempat was\-was saat henak pulang, takut kalau adik kelasnya yang kurang ajar next level itu melabraknya terang\-terangan. Tapi bahkan saat dia menunggu ojek pesanannya yang hampir memakan waktu setengah jam, Olivia tidak melihat mereka sama sekali. Syukurlah, tapi Olivia tahu kalau ini bahkan belum berakhir.
Padahal Olivia hanya ingin bersekolah dengan tenang dan tidak mencolok, sekarang anak\-anak disekolahnya malah mengosipkan dan membicarakan tentangnya. Untuk sekarang ini Olivia harus sangat bersabar berada di sekolah. Semua kekacauan ini terjadi karena insiden bola nyasar itu, masalahnya menjadi semakin runyam dan ribet. Olivia menghela napas lelah dan tepat saat itu ojek pesanannya datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments