Sudah sangat lama berlalu sejak mobil baru itu di belikan untuk Olivia dan entah apa yang merasukinya sehingga baru mau memakainya sekarang, Olivia hari ini pergi ke sekolah dengan mobil BMW putih itu.
Saat berjalan memasuki gedung kelas Xll, tidak ada yang terjadi, Olivia bahkan bersenandung lagu kpop yang dia ingat. Sebenarnya suara Olivia itu jelek banget, tapi karena dia suka kpop, dia jadi suka bernyanyi-nyanyi tidak jelas walaupun tidak enak didengar. Saat berjalan di koridor menuju kelasnya, Olivia melihat Anggie dan Ayana sedang mengobrol, dia langsung berlari mendekati mereka.
"Ayrin mana?" Tanyanya.
"Belum datang" jawab Ayana.
Saat mereka sedang mengobrol tentang drama yang sedang ditunggu season 2 nya rilis, tiba-tiba lima cowok dari kelas Xl itu berlari dengan rusuh kearah mereka. Saat Bryan sudah dekat dengan Olivia, tiba-tiba Byan menyemprotkan bedak bubuk yang dia pinjam dari cewek-cewek dikelasnya, tepat ke wajah Olivia, membuat wajahnya langsung memutih dan seragamnya juga terkena bedak. Bryan bahkan tidak berhenti, dia tetap berlari menjauh.
"BRYAN GX PUNYA AKHLAK!!" Teriak Olivia emosi, teman-temannya malah menertawakannya.
Saat keluar kantin, Olivia melihat Bryan sedang mengobrol dengan cindy.
"Weh weh weh" Olivia mendekati mereka dengan senyuman.
"Ngapain lu kesini?" Bryan melihat Olivia aneh.
"Kakak atuh.. ka.kak." Olivia menekankan kata kakak.
"Bodo am-"
"ARDIAN LU TAU GA-"
"Iya kak perlu apa sih?" Bryan mengerang tertahan.
"Hehehe.. nanti jemput gw ya, gw bosan banget soalnya" Anggie dan Ayrin terkikik-kikik di belakang Olivia, kalau Ayana sudah pergi duluan bersama Ardian.
"Gak, gw sibuk"
"Ayolah masa lu git-"
"Bryan kamu jangan lupa ya" cindy yang dari tadi terdiam kini angkat bicara.
"Ouh hahaha yaudah ya, gw lupa mau nonton juga nanti malam sama Anggie" Olivia langsung menarik ke dua temannya dan kabur dari sana.
"Gila, gw gak sadar donk ada pacarnya" kata Olivia heboh, soalnya dia jadi kepikiran dan agak memalu.
"Iya sih tu cewek dari tadi disana" Ayrin berkomentar.
"Gw juga sering liat mereka berdua diman-mana" lanjut Ayana.
"Patah hati gak lu?!" Goda Anggie.
"Kalian gak balik ke kelas?" Olivia langsung mengalihkan pembicaraan, membuat teman-temannya tertawa terbahak.
... 🧁🧁🧁...
Setelah membereskan rumah dan mandi, Olivia berencana untuk menyelesaikan novel yang tengah dia baca akhir-akhir ini, tapi saat dia kedapur, persediaan cemilan dan susu cokelatnya habis, Olivia juga ingin makan mie pedas. Jadi dia memakai hoodienya yang langsung di double dengan kaos polos yang dia pakai dan memilih berjalan kaki ke mini market terdekat. Setelah membeli semua yang dia inginkan, Olivia keluar dari mini market dengan memakan es krim, saat dia ingin meninggalkan tempat itu, dia melihat Bryan turun dari motornya dan mendekati Olivia yang sebenarnya masih berdiri di depan pintu. Olivia melirik ke belakang Bryan, namun tak ada siapapun disana.
"Ngapain lu disini?" Tanya Bryan saat baru sadar kalau itu adalah Olivia.
"Ck dibilangin panggil kakak" Olivia berdecak tak suka.
"Bodo ah" Bryan langsung masuk ke mini market itu tanpa memperdulikan Olivia lagi. Dengan iseng gadis itu mengikutinya.
Bryan melewati beberapa rak, mengambil dua bungkus rokok, lalu menuju lemari pendingin, mengambil sekaleng soda lalu pergi ke kasir untuk membayar. Saat melewati beberapa rak, dengan cepat Olivia mengambil cokelat dengan asal.
"Kak nih digabungin ya" Olivia meletakkan dua batang cokelat ukuran jumbo didekat rokok Bryan lalu tersenyum pada penjaga kasir.
"Paan sih?! Minta di bayarin!?" Bryan menatap Olivia dengan sebelah alis terangkat, gadis itu hanya mengangguk, Bryan melirik kantong besar yang sudah penuh ditangan Olivia, lalu membayar tanpa mengatakan apapun.
Bryan memberikan cokelat itu pada Olivia lalu pergi begitu saja.
"Sok dingin ih" Olivia berlari kecil untuk bisa mensejajarkan langkahnya dengan langkah cepat Bryan.
Saat Bryan menyalakan motornya, tiba-tiba Olivia naik di belakangnya bahkan sebelum Bryan sempt menyalakan mesin motornya.
"Ngapain lu? Turun!" Bryan menarik sedikit lengan hoodie Olivia.
"Gak ah gw bosan di rumah, keliling aja kita deh yuk" Olivia mencekram bahu Bryan lebih kuat.
"Gak bisa gw mau bal-.. gak bisa gw sibuk" Bryan mencoba bersabar pada Olivia yang tiba-tiba menjadi aneh seperti ini.
"Mau balapan ya!? Gak papa gw ikut" Olivia tetap bersikeras.
Dengan helaan napas kasar, Bryan melajukan motornya menuju rancing area dengan Olivia yang duduk manis di belakangnya sambil meminum susu cokelat.
"Yaudah lu ke kursi penonton aja sana" kata Bryan begitu Olivia turun saat mereka sudah sampai.
"Panggil kakak" Olivia menampuk helm yang masih di pakai Bryan membuatnya mengaduh kesakitan.
"Obsesi banget lu sama sebutan kakak" Bryan berdecih kesal sambil mengusap kepalanya setelah melepas helm.
"Bukan gitu, gw pengen punya adik tapi gak punya" Olivia memanyunkan bibirnya, Bryan baru sekali ini melihat Olivia yang seperti itu.
"Gw gak mau jadi adik lu, udah sana" usir Bryan.
"Bryan lu udah datang" seorang cowok mendekati Bryan membuat mereka berdua langsung melihat kearahnya.
"Iya gx usah taruhan aja ya, kita kan teman, senang-senang aja lah" ucap Bryan setelah melakukan tos dengan pria itu.
"Yoke, eh siapa nih, manis banget, pacar lu ya?!" Kata cowok itu saat menyadari kehadiran Olivia.
"Buk-"
"Kalo balapannya sambil boncengan bisa gak?" Pertanyaan Olivia memotong jawaban Bryan, Bryan melihatnya aneh.
"Bisa aja sih, ada kok yang begitu" cowok itu mengangguk-angguk.
"Wah keren, gw mau ikutan" Olivia menatap Bryan berbinar, gadis satu ini memang suka sekali dengan tantangan, sesuatu yang membuat jantungnya berpacu, tapi dia juga lumayan penakut.
"Gx! Lu duduk aja sana" Bryan menolak dengan tegas
"Yaudah, bang gw ikut lu boleh?" Olivia menatap cowok tadi.
"Ouh tentu" cowok itu tertawa sekilas.
"Apaan sih lu" Bryan menarik lengan Olivia sebelum gadis itu pergi dengan cowok tadi yang notabenenya teman Bryan.
"Kakak atuh kakak, capek banget gw bilanginnya, apa sih gw kan pen coba" Olivia ingin menepis tangan Bryan tapi Bryan malah menariknya semakin dekat.
"Huh sabar banget gw, yaudah sini naik"
Dengan senang hati Olivia menaiki motor Bryan lagi. Kini mereka sudah bersiap-siap untuk balapan, ada banyak sorakan. Jantung Olivia benar-benar berpacu dengan cepat, ini pertama kali baginya. Bryan menyuruhnya berpegangan dengan erat, kalau terasa terlalu menakutkan Olivia bisa menutup matanya.
Saat bendera di kibarkan, mereka langsung melesat dengan cepat, ini lebih cepat dari yang di bayangkan Olivia. Walaupun ada Olivia di belakangnya, Bryan melakukannya seperti biasa dan tidak ingin melunak, dia berpikir dia bisa mempertahankannya karena sudah sering balapan jadi dia jarang sekali jatuh.
Sudah beberapa putaran, Olivia hanya berteriak sesekali dan dia sedikit menikmatinya, tapi sangat menakutkan. Setelah balapan selesai dan Olivia turun dari motor, dia merasa pusing dan sedikit mual. Bryan juga memenangkan balapan itu.
"Lu oke?" Tanya Bryan sambil menepuk bahu Olivia yang membungkuk, menahan tubuhnya di lutut, Olivia hanya menggeleng tanpa mengatakan apapun. Rasanya ingin mengeluarkan isi perutnya tapi tidak ada apapun yang keluar.
"Kan udah gw bilang jangan" Bryan berkata dengan gemas, ingin sekali mencakar Olivia karena terlalu keras kepala.
"Aa pusing banget" keluh Olivia. Bryan membawanya ke sebuah kursi dan mendudukannya. Teman Bryan yang tadi datang sambil membawa air mineral.
"Mending lu antar pulang aja deh, biar dia istirahat aja" saran cowok itu sambil memberikan air itu kepada Bryan.
Bryan mengangguk lalu berjongkok di depan Olivia yang menunduk dan memijit pelipisnya, tadi itu ada sekitar 8 atau 10 putaran, bayangkan Bryan berkendara dengan kecepatan penuh dan brutal.
"Nih minum dulu, biar gw anterin lu pulang" Bryan menepuk bahu Olivia dan menyodorkan botol air itu tepat didepannya. Olivia menggeleng dan menjauhkan botol itu darinya.
"Panggil kakak" gumamnya pelan.
"Ck lagi pusing masih aja maksa" Bryan berdecak kesal. Olivia bangkit dari duduknya.
"Yaudah gw pulang sendiri aja, lu lanjut aja deh kayaknya lu masih mau disini"
"Gw anterin lu pulang...kak" kata Bryan menahan tangan Olivia yang hendak pergi
"Nah gitu"
"Nih" Bryan memberikan botol itu tapi tetap ditolak Olivia.
"Gw susu cokelat aja" Olivia mengeluarkan satu botol susu cokelat dari kantong belanjaannya tadi lalu berjalan santai kearah motor Bryan.
"Sumpah pengen banget gw santet" Bryan mengikuti Olivia dengan kesal.
Sesampainya dirumah Olivia langsung ke kamarnya dan tidur, dia masih agak pusing, dia langsung masuk ke dalam mimpi, melupakan mie pedas yang ingin sekali dimakan dan juga novel yang belum selesai dibaca.
... 🧁🧁🧁...
Olivia merasa terlalu malas keluar dari kelas, jadi sepanjang jam istirahat dia hanya berada di kelas, dia hanya makan roti lapis yang dia bawa dari rumah. Tiba-tiba notif pesan masuk ke handphone Olivia, saat di cek ternyata itu dari Ayahnya.
Ayah :
Ayah sudah kirim uang buat kamu, kalau tidak cukup bilang saja pada ayah
Olivia menghela napas pelan, karena sudah ada uang yang masuk ke rekeningnya dia akan ke toko buku sepulang sekolah nanti. Sekarang, dari pada memikirkan kenapa mereka tidak memperhatikan Olivia dan tidak memberikan kasih sayang yang cukup untuknya, Olivia lebih memilih untuk menerima semua yang mereka berikan padanya dan bersenang-senang. Ini caranya mengobati hati yang mereka lukai.
Saat berjalan ke gerbang dengan teman-temannya, Olivia melihat Bryan yang senang merokok di luar gerbang, wah gila padahal kan ada banyak guru yang lewat, tapi dia santai-santai saja menghisap rokok.
"Daaa Oliv!"
"Jangan lupa belajar, senin depan ujian" setelah teman-temannya berlalu dengan kendaraan mereka masing-masing, Olivia berjalan perlahan mendekati Bryan yang tidak memperhatikan dan hanya sibuk dengan handphonenya.
Ah setelah hari itu Olivia merasa sedikit malas mengemudi dan membawa mobil ke sekolah jadi dia tidak membawanya lagi. Olivia hanya akan membawanya saat hujan atau saat telat. Dia memang tipe orang yang tidak terlalu suka berkendara sendirian.
Olivia menimpuk kepala belakang Bryan membuat cowok itu terbatuk-batuk karena tersedak dengan asap rokoknya sendiri.
"Monyet!!" Geram Bryan marah dan Olivia hanya tertawa tanpa dosa.
"Ngapain lu disini?" Tanya Olivia melirik sekitarnya.
"Bukan urusan lu-" kalimat Bryan terpotong dan digantikan dengan ringisan karena Olivia menendang kakinya (kenapa sih suka banget nyiksa Bryan yang ganteng ini!?)
"Sakit babi"
"Kalo lu tetap gak panggil kakak, gw bakalan tendang lu terus-terusan" ancam Olivia.
"Kakak kakak muluk, budek gw dengarnya lama-lama, gw gak mau jadi adek lu nyet" kata Bryan kasar
"Gak usah jadi adik juga gak papa, tapi panggil aja kakak" Olivia tetap memaksa.
"Ck!"
Dengan rengekan dan sedikit(?) Kekerasan dari Olivia yang minta ikut, saat ini dia berada di rumah Bryan setelah mereka berbelanja terlebih dahulu. Ayah Bryan sedang tidak ada dirumah karena ada proyek di bali.
"Ouh jadi lu pengen jadi pâtissier ya!? Gw sering nonton acara yang mereka buat kue-kue gitu tapi dari jepang" kata Olivia sambil membantu Bryan menimbang tepung.
"Iya gw juga nonton kok" entah kenapa dari tadi mereka di dapur dan hanya membicarakan soal cita-cita mereka masing-masing.
"Jadi lu mau-" Bryan menahan tangan Olivia sambil menghentikan kalimatnya karena Olivia ingin melempar telur kearahnya.
"Jadi kakak mau ke new york buat lanjut study!?" Kata Bryan meralat kalimatnya yang tadi, Olivia kembali menghitung telur yang diperlukan. Kali ini Bryan ingin membuat muffin
Gila canggung banget panggil kakak\~ Bryan meringis dalam hati.
"Hooh, gw pengen jadi desainer tapi gak mau buka butik doang, gw maunya bangun perusahaan fashion sendiri" Olivia menjelaskan.
Setelah beberapa tahap, Bryan menyuruh Olivia duduk saja dan memperhatikannya tanpa melakukan apapun karena tidak ingin Olivia mengacaukan, dan untungnya Olivia patuh.
"Kenapa harus jadi pâtissier?"
"Suka aja sih"
Lama-lama pembicaraan itu mengalir begitu saja, sampai Bryan menceritakan alasan dia ingin jadi pâtissier, keinginan mamanya, kesukaan mamanya pada kue-kue khas eropa. Bryan tidak pernah sejujur ini pada siapapun, bahkan pada ayahnya sendiri, tapi senang rasanya berbagi dengan Olivia karena dia memahaminya dengan baik tanpa menjugde, dia bahkan mengatakan “emang kalau cowok bikin kue udah langsung kayak cewek?! Belok?! Gak bener?! Bodo banget yang masih mikir gitu, terlalu kuno”, Bryan setuju dengan pemikiran Olivia.
"Wah gw juga mau ngehias" Olivia dengan semangat langsung mendekati Bryan yang sudah mengeluarkan muffin dari oven. Sebelum di hias, seperti biasa, Bryan mencobanya terlebih dahulu, melihat itu Olivia ikut memakan satu muffin. Hm.. di dalamnya ada karamel, sangat enak.
Bryan menyuruh Olivia mencairkan cokelat putih dan cokelat biasa, gadis itu langsung melakukannya. Setelah kedua jenis cokelat itu mencair, Bryan menuangkan yang putih keatas muffin lalu dia menggunakan garpu untuk membuat pola-pola acak dengan cokelat biasa.
"Wah" Olivia mengikuti cara Bryan, tapi polanya terlihat lebih acak dan agak berantakan dari Bryan. Setelahnya Bryan memasukkan muffin yang sudah di hias itu ke lemari pendingin untuk membekukan cokelat leleh diatasnya. Sambil menunggu, mereka duduk-duduk di taman samping, Olivia ingin memberi makan ikan koi yang imut itu lagi.
Dia juga memakan cokelat batang sisa yang tadi, saat sedang asik dengan ikan koi, Bryan iseng ingin mendorong Olivia ke kolam karena kolam itu tidak dalam, hanya seperti genangan air yang sedikit lebih banyak. Saat sudah berada tepat di belakang Olivia, dan dia menunduk untuk mendorong pelan bahu cewek itu, Olivia malah bangun membuat kepalanya terantuk dengan dagu Bryan dengan kuat.
"Akhg..." Bryan bahkan mundur selangkah kebelakang, duh sakitnya tidak main-main.
"Eh ngapain sih lu" Olivia mendekati Bryan untuk mengecek keadaanya karena kelihatan parah.
Namun baru mau melangkah, kaki Olivia tersandung batu di samping kolam dan terjatuh ke arah Bryan. Tubuh Olivia bisa di tangkap Bryan sebelum gadis itu tersungkur ke tanah, namun cokelat yang sedari tadi dipegangnya terlempar dan mendarat tepat diwajah Bryan.
Apes banget ini mah namanya, mau ngerjain orang malah kena batunya.
"Opss... Gak sengaja, beneran deh" Olivia dengan cepat membersihkan wajah Bryan dengan tisu.
"Issh.. pelan-pelan" desis Bryan karena Olivia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Iya iya"
Karena sudah sore, Bryan membungkus muffin dengan rapi sekali lalu memberikannya pada Olivia dan mengantarkannya pulang. Saat sampai di rumah sudah ada Dara yang menunggunya. Sebenarnya hubungan Olivia dan kakaknya tidak buruk, tapi mereka sibuk satu sama lain jadi jarang bisa berkumpul. Mereka duduk di ruang tamu menonton film horror dan mengobrol, mereka juga memakan muffin tadi.
Dara mengajak Olivia tinggal di apartemennya saja dari pada dia kesepian di rumah, tapi Olivia menolak dengan alasan dari sini lebih dekat ke sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments