Bab 02

Pagi-pagi sekali, Olivia dan teman-temannya sudah berdiri di koridor lantai dua sambil ngerumpi, sekolah masih lumayan sepi.

“Nanti malam keluar yuk” ajak Ayana.

“Ayo, kemana?”

“Belanja!” Di antara mereka berempat, Anggie yang paling suka berbelanja, dia itu termasuk shopholic.

“Belanja terus hidup lu, ke tempat yang seru lah” Ayrin menjitak kepala gadis itu pelan sedangkan Anggie hanya menyengir.

“ke rancing area yuk” Ayana menjadi bersemangat.

“Gx ah” Olivia menolak, dia berencana untuk rebahan saja di rumah. Ketiga gadis itu terus mencoba membujuk Olivia, namun gadis itu tetap saja menolak.

​Pelajaran pertama dimulai, semua murid terlihat serius memperhatikan pelajaran Buk Ayu yang memegang pelajaran B.Indo, tidak ada seorang pun yang mengeluarkan suara walaupun penjelasannya sedikit membosankan dan bikin mengantuk.

“Ayolah, gw jemput ya nanti” bisik Ayana masih mencoba membujuk Olivia.

“Gx!!” dan jawaban itu yang terus-menerus keluar dari mulut Olivia.

“Gw beliin cokelat deh yang banyak”

“Gx”

“Kalau gitu es krim mau?! Gw beliin es krim juga deh ya, ayolah Oliv gw dengar si Ardian mau tanding nanti malam”

“Peduli gw apa sih” Olivia mulai kesal karena Ayana tak mau diam.

“Ayolah please!” Ayana mengayun-ayunkan lengan Olivia dengan tatapan memelas.

​“Sekali gx ya teta-auuh” ucapan Olivia terpotong saat penghapus papan tulis tepat mengenai kepalanya.

“Kalian berdua cepat berdiri di depan kelas!!” Perintah Buk Ayu sambil menatap garang kearah mereka berdua. Tanpa bisa membantah, mereka berjalan keluar kelas dengan helaan napas Panjang.

​“Elu sih” Olivia menatap Ayana tajam.

“Coba kalau lu mau kita kan gak bakalan dihukum” Ayana balik menyalahkan Olivia, gadis dengan rambut Panjang bergelombang itu mendengus kasar.

“Ngapain juga sih maksa” Olivia sedikit berteriak tanpa sadar.

“KALIAN BERDUA JANGAN BERISIK!” peringatan Bu Ayu dari dalam kelas berhasil membuat kedua gadis itu terdiam.

​“Ke lapangan aja yuk, bosan banget di sini” ajak Ayana random.

“di mana-mana orang ngajaknya ke kantin, ini lu malah ngajak ke lapangan, mau ngapain?!”

“Bosan ke kantin terus” Ayana langsung menarik Olivia kearah lapangan dan gadis itu tidak menolak.

​Di lapangan sedang ramai, beberapa siswi sedang menyoraki cowok-cowok yang sedang bermain sepak bola, walaupun itu bukan pertandingan resmi dan hanya dimainkan secara acak-acakan dan berantakan sesuka hati mereka.

“Berisik banget” keluh Olivia yang memilih duduk di bangku panjang di bawah pohon beringin tepat di samping lapangan dan Ayana ikut duduk di sampingnya. Olivia meminum susu cokelatnya sambil memperhatikan orang-orang yang bermain bola tanpa minat.

​“Jadi Oliv lu harus ikut ya”

“Gx!” Olivia bahkan menjawab tanpa berpaling.

“Lu tega banget sama temen sendiri, gw kan fan banget sama Andrian”

“Fan atau suka” Olivia melirik Ayana sekilas.

“Sama aja sih” Ayana menggaruk tekuknya yang bahkan tidak gatal karena salah tingkah.

​“Gw dengar dia sekelas sama Ayrin”

“Iya ta-“

“AWAS WOYY!!” teriakan dari arah lapangan memotong ucapan Ayana, kedua gadis itu dengan cepat langsung menatap kea rah lapangan.

​Tapi kejadian itu sangat cepat, hanya sepersekian detik tanpa bisa dihindari. Bola itu langsung mengenai wajah Olivia membuat lapangan menjadi sunyi dan semua pasang mata menatap ke arah Olivia yang mematung karena terlalu kaget.

“Ol… Oliv hidung lu mimisan” Ayana menguncang tubuh Olivia membuat gadis itu tersadar dan langsung berlari ke toilet, Ayana buru-buru mengejarnya dari belakang.

​Olivia membasuh wajahnya, membersihkan mimisan yang terus mengalir dari hidungnya, wajahnya juga masih berdenyut nyeri, untung tidak ada luka yang serius, hanya beberapa lembam saja. Gila banget memang orang yang menendang bola sekuat itu kearahnya, sengaja ya mau membunuh Olivia?!

“Oliv lu gak papa?” tanya Ayana cemas saat melihat Olivia dari dalam toilet.

“Iya gak papa”

“Pusing gak? Mau ke UKS aja gak?!” Ayana masih sangat cemas, dari suaranya saja terdengar sangat sakit.

“Gak usah, gw gak papa kok, beneran” mereka akhirnya memutuskan untuk kembali saja ke kelas karena pelajaran B.Indo sudah selesai dari beberapa menit yang lalu.

​Saat di koridor, mereka berpapasan dengan lima cowok yang kejar-kejaran sambil berteriak-teriak tidak jelas.

“Apaan sih gak jelas banget” gerutu Olivia.

“Bukannya itu anak-anak kelas XI IPS 5, ngapain di gedung kelas XII?” kata Ayana menatap ke lima cowok itu hingga menghilang di ujung koridor.

“Yang di depan ganteng banget parah” lanjutnya lagi, sedangkan Olivia hanya mendengus tak peduli.

...🧁🧁🧁...

​Entah kerasukan apa teman-teman Olivia ini, saat pulang sekolah mereka bertiga tidak membiarkan Olivia keluar dari kelas.

“Ikut dulu baru kami biarin keluar” kata Ayrin sambil berdiri di depan pintu dengan santai.

“Gak mau” saat Olivia ingin menerobos, Anggie langsung menahan lengannya.

“Atau kita kunci aja” saran Ayana.

“Lu tidur di kelas aja ya malam ini” Ayana hampir menutup pintu kelas saat mereka seemua kecuali Olivia sudah berada di luar.

“Jangan woii, ini mah pembullyan Namanya” kata Olivia sambil menatap teman-temannya dengan was-was, walaupun dia mendekati pintu namun dia tidak bisa keluar, aah kenapa juga dia harus punya teman yang seperti ini, parahnya lagi mereka berteman sudah dari kelas X (10).

“pembullyan apaan sih orang cuma sedikit maksa” ralat Anggie.

“terserah deh”

​“Tetap gak mau nih?!” Ayrin menatap Olivia sambil menaik-turunkan alisnya.

“Kalian tuh kampret banget sih, ngerti gak sih gw gak mau ikut”

“yaudah” Ayana langsung menutup pintu kelas.

“Woiiii jangan!! Iya iya gw ikut” Olivia menggedor-gedor pintu dengan panik.

“Beneran kan ya?” Ayana kembali membuka pintu tapi hanya sedikit.

“Iy-iya ah iya”

“Sumpah ya!?” Ayrin memastikan.

“Hmmm” Olivia mengangguk beberapa kali.

​Mereka langsung membuka pintu kelas dengan lebar dan mengajak Olivia ke gerbang sekolah.

“Gila, kena mental temenan sama kalian” kata Olivia kesal dan hanya di respon dengan tawa oleh teman-temannya.

“Gw jemput ya nanti malam sekitaran jam 7” kata Ayana lalu memasuki mobil yang menjemputnya dan melaju begitu saja, teman-temannya yang lain juga sudah pulang setelah berpamitan dengan cengiran yang menyebalkan.

​Sekarang Olivia berdiri di depan gerbang sendirian dengan wajah yang frustasi, rencana rebahannya terancam gagal, teman-temannya terlalu memaksa. Apa dia tidak perlu pulang ke rumah saja? Atau berpura-pura sakit? Ahh merepotkan sekali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!