Bab 16

Yeaaa akhirnya ujian selesai juga dan besok hingga satu minggu mereka libur. Untuk semua murid pasti dua hal itu paling membuat bahagia, tapi Olivia hanya bahagia pada ujian yang berakhir dan tidak bahagia pada libur sekolah.

Sepulang sekolah, Olivia dan ketiga teman-temannya nongkrong di cafe, membicarakan banyak hal. Tidak lama lagi mereka juga akan les untuk persiapan mengikuti UN, kelas Xll agak merepotkan.

"Lu beneran gak suka sama Bryan?" Anggie kembali mengungkit topik itu.

"Kenapa sih yang dibahas itu terus" Olivia mulai kesal, padahal hatinya berdebar-debar kalau membicarakan Bryan.

"Udah dekatin aja, gw yakin dia gak kayak si Andi" saran Ayrin yang juga terselip candaan.

"Halah berisik" Olivia menyerup lattenya dengan cepat karena salting.

"Liburan lu gak ada rencana?" Tanya Ayana, Olivia hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Entar gw nginap di rumah lu aja" kata Ayana lagi.

"Ah maaf gw harus ke lombok" Ayrin agak kecewa karena tidak bisa bergabung.

"Emak gw juga maksa banget gw ikut pulkam" Anggie berdecak kesal, padahal dia sudah menolak dan tetap tinggal saja menjaga rumah, tapi mamanya memaksa.

“Iya gak papa, lain kali juga bisa kok”

...🧁🧁🧁...

Olivia langsung tidur begitu sampai dirumah, oh iya sebelum tidur dia sudah memberi makan ikan koinya. Olivia akan tidur seharian, karena besok minggu, dia berencana untuk tidak melakukan apapun. Ouh tapi sepertinya dia akan jogging sebentar kalau bisa bangun pagi besok.

Saat sedikit lagi kesadarannya menghilang dan memasuki alam mimpi, notif handphone yang bergema memenuhi kamarnya membuat kesadaran Olivia kembali sepenuhnya.

Olivia tidak peduli dan kembali mencoba untuk tidur, dia bahkan sampai mengubah posisi, tapi notif yang terdengar berulang-ulang dan tidak berhenti itu benar-benar mengganggu. Ingin sekali Olivia melempar handphone yang berisik itu, tapi nanti saja saat dia ganti ke handphone baru. Olivia meraih handphonenya sambil mengumpat pelan.

Bryan:

Woi....

Bryan:

Bales....

Bryan:

Jangan-jangan mati dulu

Ada hampir 18 pesan dari Bryan dan Olivia terlalu malas membacanya satu persatu.

Olivia:

Apaan sih bego, ribut banget.

Bryan:

Temenin gw beli kado yuk, gw binggung milihnya buat anak kecil.

Olivia:

Gak, malas.

Bryan:

Kak tolong donk...

Olivia:

Jemput aja setengah jam lagi, gw siap-siap dulu.

Ajaib sekali gadis ini, Bryan bahkan sampai mengerutkan alisnya melihat balasan Olivia, segitu banget kalau dipanggil kakak.

...🧁🧁🧁...

Saat ini mereka sedang berkeliling mall, memasuki toko mainan dan boneka untuk mencari kado untuk keponakan Bryan yang besok malam berulang tahun. Karena gadis kecil itu akan berumur 5 tahun, Olivia mencari mainan yang cocok untuk umur segitu, seperti mainan masak-masak mungkin, barbie atau dokter-dokteran. Tapi Bryan bilang semuanya kurang bagus, membuat Olivia kesal.

"Jadi maunya yang gimana?" Olivia menyikut perut Bryan.

"Yang bagus lah" jawab Bryan simple, gila nih bocah.

"Yang tadi-tadi juga bagus semua" Olivia ingin sekali mencakar wajah Bryan.

"Gak, itu udah biasa banget, dia udah punya banyak"

"Bodo a-.. bentar" Olivia langsung menarik tangan Bryan menuju toko mainan lengkap.

Mata Olivia tertarik pada satu set pakaian princess, gaun, sepatu, mahkota, lengkap dengan sayap dan tongkat sihir. Gilaa keren banget ini mah, kebetulan ada diskonnya juga tapi masih agak mahal sih.

"Ini aja nih, keren banget" kata Olivia semangat, bahkan dia sampai melompat-lompat kecil di tempat. Duh kok terasa seperti mau beli mainan untuk Olivia ya.

"Bagus sih, tapi jangan warna pink deh"

Setelah berbicara dengan pegawai toko itu, Bryan mendapatkan set lengkap princess itu dengan campuran warna abu-abu dan toska. Saat Bryan membayar di kasir, Olivia masih menjelajahi toko mainan itu, mungkin dia juga bisa menitipkan kado untuk keponakan Bryan, soalnya anak kecil yang bernama Kayla itu imut sekali setelah Olivia melihat foto yang ditunjukan Bryan.

Ah tidak ada yang menarik lagi disini. Setelah Bryan selasai membayar, mereka berencana untuk ke restoran dahulu untuk makan tapi Olivia malah menarik Bryan ke toko hewan.

"Ngapain kesini?" Tanya Bryan binggung.

"Keponakan lu gak masalah kan sama hewan-hewan kecil?!" Olivia terus berjalan melihat-lihat, Bahkan dia sempat bermain-main dengan kucing imut yang di kurung di kandang.

"Apaan sih?!" Bryan tidak mengerti.

Olivia membeli sepasang hamster orange dan putih lengkap dengan kandang dan mainan di dalamnya, Olivia juga membeli makanannya. Ini cukup merogoh kantongnya sih, tapi tak masalah.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk pulang. Bryan memasukan set princess itu ke bagasi karena ukurannya besar, dan hamster Olivia di job belakang.

"Itu hamsternya gw titipin ya kasih ke Kayla" kata Olivia sebelum keluar dari mobil Bryan.

"Gak, lu kasih sendiri aja, besok gw jemput jam setengah 8 malam" kata Bryan santai dan kini menyalakan rokoknya karena Olivia sudah keluar.

"Eh gak ah, itu kan acara keluarga, masa gw ikut" Olivia bisa membayangkan kalau nanti dia pasti akan merasa sangat canggung, apa lagi kalau nanti dia di julitin sama keluarga besar Bryan.

"Gak papa, pokoknya gw jemput harus udah siap-siap ya" Bryan memberikan hamster itu pada Olivia dan melajukan mobilnya, tidak ingin mendengar penolakan gadis itu lagi.

Siang ini, setelah membereskan rumah dan menyelesaikan semua tugasnya, Olivia berpikir keras. Dia tidak mau datang tapi Bryan bilang akan menjemputnya, kasihan juga hamsternya kalau tidak di kasih.

Jadi Olivia memutuskan mengendarai mobilnya ke apartemen kakaknya. Dara bilang dia sedang ada pemotretan tapi Olivia boleh mengambil apa saja yang dia perlukan, tapi tidak boleh merusaknya.

Saat sampai di apartemen kakaknya, Olivia langsung menuju kamar. Sebenarnya dia kesini untuk meminjam gaun kakaknya karena Olivia banyak mengoleksi pakaian kasual dan dress biasa yang akan dia pakai untuk acara semi formal. Dia tidak punya gaun pesta, ya walaupun ini hanya acara ulang tahun anak kecil, tapi mengingat keluarga Bryan yang *wah* gitu, jadi Olivia berpikir seharusnya dia memakai sesuatu yang sesuai.

Setelah mengacak-acak lemari Dara, Olivia hanya menemukan gaun-gaun yang tidak sesuai untuknya, selera Olivia dan Dara memang berbeda jauh. Sekarang sudah jam 5 sore, kalau belanja Olivia terlalu malas. Dia merebahkan diri di tempat tidur empuk Dara, Olivia menatap room chat Bryan di handphonenya, apa dia tidak usah datang saja?

"AH BODO AMAT" Olivia berteriak lalu bangkit berdiri, mengambil asal gaun yang sudah di tumpuknya tadi di mini sofa dekat tempat tidur.

Tanpa merapikan kembali lemari Dara, Olivia malah keluar dari apartemen itu, berhenti sebentar di mini market untuk membeli susu cokelat dan cemilan lalu melajukan mobilnya ke pantai.

Jam 6 lewat baru Olivia kembali ke rumahnya, masih ada satu setengah jam lagi, jadi Olivia iseng mengeriting rambutnya dengan peralatan yang juga diambil dari apartemen Dara. Wah, Olivia memandang dirinya di cermin, merasa puas dengan gaya rambut barunya, besok dia potong rambut saja ah, lebih seru kalau bisa diwarnai, tapi mengingat dia masih sekolah ya sudahlah lulus saja nanti baru diwarnai. Ngomong-ngomong Olivia terlihat lebih cantik dengan rambut bergelombang seperti itu, membuat wajahnya terlihat lebih mungil.

Setelah bersiap-siap dengan gaun hitam selutut dengan lengan yang sedikit melebar di ujungnya, Olivia menambahkan tali pinggang kecil karena gaun itu kebesaran, sepatu tanpa hak, dan make up tipis (seperti Olivia biasanya), Olivia mengikat sedikit rambut atasnya yang kini sudah bergelombang, dia hanya duduk di sofa ruang tamu menunggu Bryan menjemputnya dengan gugup. Memikirkan saat sampai di sana dia harus bagaimana, bagaimana dia harus menyapa orang-orang disana, kalau di sapa dan sok ramah nanti mereka mikirnya terlalu kecaperan, tapi kalau tidak disapa dan sok dingin mereka malah akan berpikir kalau Olivia sombong dan arogant.

Aa.. kampret.

Olivia berdecak kesal sambil menendang-nendang udara, kenapa juga sih dia harus ikut. Olivia ingin masuk ke kamarnya dan tidur saja, tapi suara klason di depan rumahnya malah membuat Olivia semakin gugup, dia bahkan sampai merasa mual.

Olivia keluar dari rumahnya dan mendekati Bryan yang berjongkok di samping mobilnya sambil merokok, cowok itu sepertinya terlalu sering merokok. Saat melihat Olivia berjalan mendekatinya, Bryan mematikan rokok itu lalu bangkit berdiri.

"Gw... Eum... Gak jadi ikut aja gimana?" Tanya Olivia ragu sambil memainkan tali tasnya dengan gugup.

"Ngomong apa sih!? Udah siap juga" Bryan mengernyit heran.

"Itu..."

"Udah ayo, kan ada gw" Bryan menarik tangan Olivia.

"Ah bentar" Olivia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil hamster.

...🧁🧁🧁...

Orang-orang disana lebih banyak dari yang dibayangkan Olivia membuatnya merasa seperti makhluk asing dari planet jupiter yang terlempar sendirian ke kawanan makhluk planet mars, tidak ada seorangpun yang dia kenal disini, tentu saja selain Bryan.

Bryan menarik Olivia masuk karena gadis itu hanya berdiri saja di depan pintu, menghalangi orang-orang yang akan masuk. Tapi ada lebih banyak tamu dewasa daripada tamu anak-anak, membuat Olivia lupa sebentar kalau dia sedang di acara ulang tahun anak 5 tahun.

Bryan mengajak Olivia mendekati Kayla yang sedang cemberut di kursi yang khusus disiapkan untuknya di atas panggung kecil.

Saat melihat Bryan mendekat, Kayla langsung berlari heboh kearah Bryan. Mereka memang dekat dan Kayla selalu menempel pada Bryan karena hanya Bryan yang mengajak Kayla bermain dan menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya daripada orangtuanya sendiri, yeah karena mereka terlalu sibuk. Kayla juga anak satu-satunya, karena dia tidak punya saudara Bryan tidak tega melihatnya kesepian begitu, tidak memiliki teman bermain, hanya ada babysister yang terlalu sibuk mengurus keperluannya.

Menurut Olivia, Kayla lebih imut dan lucu aslinya daripada di foto, badannya juga gempal membuat pipi anak itu mengembung dengan lucu. Bryan mengendong Kayla, membawanya mendekati kado yang dia pilih bersama Olivia.

Saat membuka kado itu, Kayla sangat senang, dia bahkan melompat-lompat kegirangan. Dia bilang dia tidak sabar ingin memakainya.

Bryan menepuk pelan bahu Olivia, menyuruhnya menunjukan apa yang dari tadi dia pegang pada Kayla. Olivia sedikit khawatir Kayla tidak menyukainya dan menolak hadiahnya. Dengan ragu, Olivia berjongkok di samping Kayla yang memeluk box set princess itu.

"Kayla lihat deh ada hamster" Olivia menyentuh pelan bahu bocah itu agar dia berbalik, saat Kayla berbalik dan melihat sepasang hamster di kandangnya yang sudah dihias dengan lucu, Kayla langsung memekik kegirangan dan spontan menerjang Olivia. Karena Olivia tidak siap dengan pelukan tiba-tiba Kayla, membuat tubuhnya terdorong kebelakang, untung Bryan berdiri tepat di belakang Olivia, jadi tubuhnya tertahan kaki Bryan dan tidak berakhir tertidur di lantai.

"Aaa imut anget" Kayla menatap hamster itu lebih dekat, melihat mereka bergerak-gerak.

Olivia mengeluarkan satu hamster yang berwarna oranye dan meletakannya di atas telapak tangannya dan Kayla langsung mengelus hamster itu. Sebenarnya saat Olivia baru saja meletakan binatang mungil itu di tangannya, Kayla langsung mengambilnya dan memegangnya dengan kedua tangannya kuat, Olivia khawatir hamsternya mati terpicit, jadi dia menyuruh Kayla meletakan hamster itu di tangannya lagi dan mengelus tubuh hamster itu dan Kayla mematuhinya.

Saat sedang bermain dengan hamster, Cindy datang mendekati mereka.

"Bryan!!" Cindy langsung bergelayut di lengan Bryan, Olivia mendongak sekilas untuk melihat Cindy karena dia masih berjongkok, sebenarnya dia tidak berjongkok sih, dia duduk diatas kaki Bryan yang dibalut sepatu mengkilapnya. Kayla tidak peduli pada sekitarnya dan masih fokus pada hamster itu, bahkan dia menyuruh Olivia mengeluarkan hamster satu lagi dan otomatis kedua telapak tangan Olivia menjadi tempat hamster itu.

"Apa sih?!" Bryan berdecak kesal karena kedatangan Cindy merusak suasana.

"Ouh Kayla" Cindy langsung berjongkok disamping Kayla dan melirik Olivia tak suka.

Cindy langsung menarik tangan Kayla agar menghadap padanya, hal itu membuat salah satu hamster yang dipegang-pegang Kayla hampir terjatuh, untung Olivia cepat menangkupnya, kalau jatuh ke lantai kan bisa saja di pijak orang.

"Apa cihhh" Kayla mengerang tak suka dan ingin menghadap Olivia lagi, tapi Cindy menahan lengan kecilnya.

"Ini buat kamu, jangan main sama tikus itu banyak kumannya" kata Cindy membuat Bryan tersenyum sinis, Olivia tidak peduli dan memasukan hamster itu kembali ke kandangnya karena tangannya sudah pegal.

Cindy mengeluarkan gaun cantik yang dia pesan khusus di butik terkenal dan harganya tidak main-main untuk ukuran gaun kecil.

"Enggakkkk mau" baru juga tangan Olivia lepas dari hamster kini Kayla malah melingkarkan tangannya di leher Olivia, minta digendong. Kayla sudah bosan melihat hal-hal mewah seperti itu.

"Ih sini sama aku aja" Cindy menarik tangan Kayla yang masih melingkar di leher Olivia.

Kayla langsung menangis karena Cindy terus memaksanya, membuat Olivia yang masih di peluk oleh lengan kecil Kayla jadi panik sendiri.

"Jangan di paksa" Bryan langsung menarik Cindy, tidak bisa bergeser dari sana karena kakinya masih di duduki Olivia.

Beberapa orang disekitar mereka melihat kearah mereka dengan penasaran.

"Ih kok kamu gitu sih" Cindy kini sudah berdiri di samping Bryan.

Olivia tidak tau harus bagaimana, dia mengangkat Kayla yang masih menangis dan berdiri, Olivia menepuk punggung Kayla agar berhenti menangis.

“Ayo kita makan cokelat aja, jadi jangan nangis lagi ya" kata Olivia dan Kayla hanya mengangguk sambil masih sesegukan.

Olivia meletakan kandang hamster itu di meja kado dan hendak pergi ke dessert area, tapi bahunya di tahan Bryan, membuat Olivia berbalik menghadapnya, ouh iya Olivia hampir lupa kalau ada Bryan dan Cindy juga, kini Cindy terang-terangan menatapnya tak suka.

"Sini gw aja yang gendong, dia kan berat" Bryan khawatir kalau tulang-tulang Olivia patah karena mengendong Kayla yang gendut. Saat ingin mengambil alih Kayla, bocah itu malah memeluk leher Olivia lebih erat dan mengalihkan wajahnya.

"Enggakkkk" regek Kayla.

"Kayla jangan gitu" bujuk Bryan.

"Bry biarin aja mereka, ayo kita kesana aja" Cindy malah menarik lengan Bryan.

Ini ngapain sih pada ngedrama!?\~ Olivia pusing sekali dengan situasi saat ini, rasanya malu sekali karena jadi pusat perhatian banyak orang.

"Gak papa, sama gw aja"

Bryan sangat kesal melihat Olivia yang masih mengendong Kayla itu malah mengobrol dengan beberapa cowok yang merupakan saudara jauh Bryan. Mereka menggobrol dengan asik dan tertawa juga, sedangkan dia disini hanya mendengar ocehan Cindy.

Kenapa juga Bryan kesal?! Masa dia cemburu??!

Ngomong-ngomong, Olivia malam ini kelihatan cantik sekali, beda dari biasanya, rambutnya juga jadi bergelombang seperti itu, membuatnya tambah imut. Bryan bahkan lupa kalau Olivia itu aslinya kasar banget, emosian lagi.

"Bry fokus sama aku" Cindy memutar wajah Bryan yang dari tadi memperhatikan Olivia menjadi kearahnya, dengan kasar Bryan menepis tangan Cindy.

"Alah bacot.

Bryan meninggalkan Cindy yang jengkel dan mendekekati Olivia.

"Gak pegel?" Tanyanya sambil mengusap rambut Olivia.

"Jangan pegang-pegang, nanti berantakan" Olivia menendang sedikit kaki Bryan.

Kayla masih sibuk memakan cokelat di gendongan Olivia. By the way, Bryan juga ikut membantu pembuatan dessert disini karena dia sudah mengenal chef yang bertanggung jawab untuk makanan di acara ini.

"Kayla sini sama paman aja" Bryan ingin mengambil Kayla, tapi bocah itu malah menggeleng kuat.

"Gak papa kok"

Bryan pasrah karena Kayla tidak mau digendong olehnya. Tapi agak aneh, sama Cindy atau sepupu yang lain Kayla tidak mau dekat-dekat, tapi sama Olivia yang baru ditemui malah lengket sekali.

"Kata kakak antik, besok mau dibeliin mainan yang anyak" kata Kayla setelah menelan potongan terakhir cokelat yang dari tadi dia pegang.

"Ouh ya" Bryan mengacak rambut Kayla gemas.

Cowok-cowok yang tadi berbicara dengan Olivia kini sudah pergi setelah mendapatkan nomor telepon gadis itu, sebenarnya Olivia enggan memberikannya tapi tidak tau bagaimana menolak, jadi dia memberikan nomornya yang lama yang sudah tidak dipakai lagi dan masih diingat. Biarkan saja, toh dia tidak akan bertemu mereka lagi setelah acara ini.

...🧁🧁🧁...

Setelah agak lama, Kayla tertidur di gendongan Olivia, Bryan mengambilnya dan memberikan anak kecil itu kepada babysisternya agar ditidurkan di kamar. Kini dia dan Olivia sedang duduk di dekat kolam, masih di acara itu.

"Pegel banget?!" Tanya Bryan saat melihat Olivia hanya meletakan kedua tangannya di meja kecil depan mereka, Olivia menangguk pelan.

"Tapi imut sih jadi gak papa"

Bryan mencubit pipi Olivia saat gadis itu menelungkupkan kepalanya di meja, tapi tiba-tiba jus jeruk terjun ke kepala Olivia membuat kedua orang itu terkejut. Bryan mendongak melihat ke kebelakang Olivia dan melihat Cindy berdiri disana dengan gelas yang telah kosong ditangannya.

"Ah maaf, gak sengaja" kata Cindy dengan wajah yang dibikin sok polos

"Lu ngapain sih?" Bryan berdiri dari kursinya, sedangkan Olivia mengelap rambut dan pakaiannya yang basah dan lengket terkena jus jeruk.

"Apa sih aku kan gak sengaja"

"Halah bacot" Bryan mendorong pelan tubuh Cindy.

"Kamu kok kasar gitu" Cindy tidak terima dan marah-marah

Bryan langsung menarik Olivia pergi dari sana, meninggalkan Cindy yang dari tadi berteriak memanggilnya hingga orang-orang melihatnya aneh.

"Gw anter lu pulang" kata Bryan yang kini sedang menyalakan mesin mobil mewahnya.

"Kenapa lu kasar banget sama yang tadi?" Tanya Olivia yang tidak ingat nama Cindy.

"Dia tuh gak bisa dibaikin, entar ngelunjak" kata Bryan santai, kini mobil itu sudah melaju meninggalkan gedung mewah itu.

"Ya walaupun gitu tetap aja kan lu gak boleh kasarin, kan dia pacar lu" Olivia malah mengomel dan beransumsi sendiri.

"Pacar? Ngomong apaan sih!?" Kadang-kadang, sulit sekali memahami Olivia.

"Lah yang tadi kan pacar lu!? Kenapa di kasarin"

Rasanya Bryan ingin menendang Olivia keluar mobil saking gemasnya. Bryan terlalu malas menjelaskan, jadi dia hanya diam saja.

"Gini deh" Bryan menahan tangan Olivia yang akan keluar dari mobil karena sekarang mereka sudah berada di depan rumah Olivia.

"Gini apanya?" Olivia menatap Bryan binggung.

"Kencan sama gw, baru gw panggil lu kakak" tawar Bryan.

"Apa sih kok tiba-tiba" Olivia masih menatap Bryan binggung, padahal hatinya sudah deg-degkan banget.

"Mulai besok, selama liburan aja"

"Gak deh, masa gw ngambil pacar orang, emangnya seenggak laku itu gw" kata Olivia blak-blakan

"Heh kami tuh gak pacaran, dia itu sepupu gw, gak tau sih kenapa nempel terus" mendengar penuturan Bryan membuat Olivia semakin binggung.

Dia tidak tahu harus bilang apa, ah Olivia merasa canggung karena tadi tanpa bertanya dulu langsung bilang mereka pacaran.

"Udah sana masuk, besok gw kabarin" Bryan mengacak rambut Olivia karena gadis itu hanya diam saja

... 🧁🧁🧁...

Pagi ini, setelah memberi makan koi-koinya, Olivia menyapu halaman depan rumahnya. Karena mama sama ayahnya sudah kirim uang, Olivia berencana berbelanja kebutuhan rumah sekalian membeli buku-buku baru nanti siang.

Bicara soal mamanya, mamanya itu bilang akan balik dari Singapure minggu depan, Olivia jadi agak excited sih. Setelah membersihkan halaman depan dan kolam renang, Olivia memilih untuk bersantai di depan rumahnya karena udara pagi itu menenangkan.

Kini Olivia kembali memikirkan ajakan Bryan untuk berkencan, apa sih yang dipikirkan cowok itu?! Olivia kan lebih tua setahun darinya. Sebenarnya Olivia itu tidak peduli dengan umur, tapi apa iya Bryan suka sama dia. Malu juga kalau dia ketahuan suka sama Bryan, eh tunggu memangnya Olivia suka Bryan?! Sebenarnya gimana sih, bikin pusing saja.

Tidak ada pesan apapun dari Bryan, bahkan dia tidak telepon. Tapi tiba-tiba sudah muncul di depan rumah, kan Olivia belum bilang setuju atau tidak.

"Kenapa tiba-tiba datang?" Tanya Olivia.

"Lah kan udah gw bilang tadi malam.. kakak" Bryan sedikit terkekeh, merasa bodoh dengan apa yang dia lakukan.

"Apaan sih? Bodo amat, gw gak mau" Olivia langsung menutup pintu rumahnya.

Sekarang Olivia sudah jalan dengan Bryan di toko buku, tadi Bryan memaksa Olivia pergi dengannya, walaupun Olivia menolak dan sedikit menghabiskan waktu karena Olivia keras kepala.

"Lama banget milihnya" kata Bryan kesal saat Olivia menelusuri rak-rak buku dengan teliti tapi belum mengambil apapun dari sana.

"Bentar, jangan berisik"

"Kencan apaan sih kayak gini, gak seru banget" Bryan masih mengeluh.

Olivia berdecak lalu mengambil dua buku thiller yang berbeda, lalu pergi menuju rak biografi, Bryan mengikuti dengan kesal. Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam bagi Bryan, akhirnya mereka keluar dari toko buku itu.

"Eh gimana kalau kita bikin kue aja" ajak Olivia bersemangat. Bryan menimbang-nimbang, di rumahnya ada ayahnya, dia tidak mau dipukuli di depan Olivia.

"Tapi di rumah lu aja ya" kata Bryan setelah berpikir agak panjang.

"Kakak, kenapa?"

"Eh iya lupa, gak kenapa-kenapa sih, dirumah kakak aja"

Olivia mengangguk mengiyakan, tapi kalau dengar Bryan panggil kakak terdengar lebih lembut, Olivia speechless sendiri, padahal dia yang maksa-maksa untuk dipanggil seperti itu.

Bryan membawa Olivia dengan motornya untuk berbelanja bahan-bahan yang dia butuhkan. Kali ini Bryan akan membuat kue carquinyolis yang merupakan kue khas spanyol. Olivia hanya pernah melihatnya di internet dan sekarang dia bisa memakannya secara langsung, aah menyenangkan sekali.

Bryan hanya belajar membuat kue dengan otodidak, dia melihat resep dan bagaimana cara membuatnya hanya dari video, jadi setelah beberapa kali mencoba baru Bryan bisa membuatnya dengan baik. Dan kebetulan kue ini pernah dibuat oleh Bryan sebelumnya. Bryan berencana untuk sekolah khusus di spanyol dan mengikuti ujian-ujian di lembaga bersangkutan agar bisa menjadi seorang pâtissier.

Sesampainya di rumah Olivia mereka langsung masuk. Setelah melepaskan jaketnya dan meletakannya di sofa, menyisakan kaos putih, Bryan berjalan ke dapur mencuci tangannya dan mengeluarkan semua bahan-bahan dari kantong belanjaan dan meminta Olivia menyiapkan alat-alat.

Bryan memanggang terlebih dahulu kacang almond, setelah almond terpanggang dengan baik, pria itu memotongnya menjadi beberapa potongan kecil, setelah itu, dia mencampurkan tepung, telur, gula dan kacang almond tadi dan mengaduknya menjadi adonan, Bryan juga menambahkan sedikit perasan lemon. Setelah itu Bryan memanggang adonan itu di oven. Olivia hanya duduk di meja makan yang tepat berada di depan meja masak, hanya menyaksinya Bryan bekerja. Wah kalau lagi masak, Bryan terlihat sangat tenang dan fokus, terlihat sangat manis dan imut, tangannya dan semua gerakan saat membuat kue membuat Olivia merasa seperti tertarik dan tak bisa mengalihkan perhatiannya.

Sambil menunggu adonan matang, Bryan duduk di depan Olivia yang masih benggong.

"Heh mikirin apa?" Bryan menoyor pelan kening Olivia dengan telunjuknya.

"Ah apaan sih" Olivia menepis tangan Bryan.

Ah Bryan lupa, dia harus mencairkan cokelat batang untuk cocolan carquinyolis, pasti akan lebih enak.

Setelah carquinyolis dan cokelat siap, Bryan menyajikannya dengan rapi di meja makan, Olivia menyiapkan susu cokelat dan kopi untuk dia dan Bryan. Olivia mengambil sepotong kue itu, mencocolnya dengan cokelat lalu memakannya, satu gigitan saja membuat Olivia kegirangan.

"Enak banget" kata Olivia, almond di dalam adonan itu rasanya enak sekali dan tekstur kuenya juga renyah, perpaduan sempurna dengan cokelat yang lumer.

Bryan mencubit pipi Olivia gemas, dia senang Olivia menikmati kue buatannya.

"Enak banget ya?!"

Olivia hanya mengangguk semangat untuk menanggapi.

Setelah itu mereka hanya duduk di halaman rumah Olivia yang luas, mereka duduk di rumput yang tidak dialasi apapun, hari ini cuacanya agak mendung jadi tidak masalah duduk di luar seperti ini tanpa atap.

Olivia hanya menatap langit, dan Bryan sesekali melihat Olivia. Tiba-tiba Bryan merebahkan kepalanya diatas kaki Olivia yang diluruskan kedepan, Bryan mengambil sebelah tangan Olivia dan meletakannya diatas kepalanya. Olivia sedikit kaget tapi dia membiarkannya saja tanpa mengatakan apapun.

"Besok ke tempat Kayla mau gak?!" Ajak Bryan.

"Mau banget!" Olivia jadi semangat, dia ingin bertemu lagi dengan gadis manis itu.

"Yaudah, sore-sore aja kita pergi, soalnya siang kita kencan dulu" kata Bryan yang kini bahkan menutup matanya dan Olivia sadar atau tidak malah memainkan rambut Bryan yang lumayan panjang.

Saat sore, Bryan pulang dari rumah Olivia, meninggalkan gadis itu dalam kesepian lagi. Tapi hari ini moodnya sangat bagus, jadi dia menggambar banyak rancangan sambil mendengarkan musik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!