Terikat Rasa Yang Salah

Terikat Rasa Yang Salah

awal mula semua luka hazel

Setiap orang pasti punya lukanya sendiri, luka karna dirinya sendiri atau luka karna ulah orang lain. Tak banyak dari mereka yang bisa mengobati lukanya masing-masing terkadang juga mereka menambah luka lain karna kecerobohannya sendiri.Seperti halnya hazel ia memendam lukanya sendiri yang terasa begitu menyakitkan setiap ia mengingat kenapa luka itu Sampai ada. Luka yang ditorehkan oleh pamannya sendiri pelecehan seksual, kekerasan, serta ia yang dipaksa berpisah dengan kakaknya sendiri karna alasan yang tidak ia ketahui.

Hidupnya kini hanya tentang melayani dan mengabdi pada pamannya, ia yang hidup sebatang kara ayah ibunya telah berpulang saat ia berusia tujuh tahun. insiden tak terduga yang menimpa ayah dan ibunya sangat membuat ia terpuruk begitupun saudara laki-lakinya.

Saat ia dan saudaranya tengah kebingungan bagaimana nasib mereka kedepannya, datanglah pamannya yang tak lain adalah adik tiri dari sang ayah. Kesan pertama yang mereka lihat dari sang paman adalah kesan yang baik karena saat pertama kali pamannya Semar Sutisna datang ia memperlakukan hazel dan saudaranya sangat baik dan lembut ia akan memberikan uang jajan pada mereka meski tak banyak tapi itu cukup untuk mereka berdua.

Setelah hampir tiga bulan pamannya mengantikan peran seorang ayah untuk mereka tiba-tiba pamannya pulang membawa seorang perempuan dan laki-laki paruh baya yang menatap saudaranya penuh harap.

"Gadis ini saudaranya?" Tanya si ibu yang tidak hazel ketahui namanya.

"iya Bu, lebih tepatnya saudara kembar. Jika ibu berminat saya akan memberikannya juga, namun ibu juga pasti paham kan?" Jawaban pamannya membuat kedua saudara itu bingung apa arti kata "memberikannya" yang Semar katakan

"owhh tidak.." tolak si laki-laki paruh baya itu "kami hanya butuh anak laki-laki" tambah si ibu dengan senyumannya.

Setelah percakapan itu hazel dan hazam dibawa masuk ke kamar oleh pamannya dengan hati-hati pamannya menyampaikan niatan kedua paruh baya itu.

"dengar paman hazam. kamu sekarang bereskan baju-bajumu kedalam tas ini" titah paman seraya memberikan tas yang ukurannya cukup besar.

"hazam mau kemana paman?" Tanya hazel dengan wajah khawatirnya.

"kenapa cuman aku yang harus memasukan baju ke dalam tas? Apa hazel tidak?" Tanya hazam penasaran.

"tidak, hazel akan tetap disini" sontak hazam kembali bersuara "kenapa?... Jika hazam pergi dengan siapa hazel nantinya!, lagipula aku tidak mau berpisah dengan hazel" ucapnya lantang.

Semar yang mendengar suara anak itu meninggi dengan sigap mengisyaratkan agar mereka tidak berisik "dengarkan paman dengan baik, paman tidak punya banyak uang untuk menyekolahkan kalian disekolah umum biasa, Uang yang paman miliki hanya cukup untuk memasukan kalian ke sekolah khusus perempuan atau laki-laki. Dan kebetulan paman dan bibi diluar itu merupakan pengurus sekolah khusus laki-laki dan paman mendapatkan bantuan untuk para anak yatim-piatu dengan potongan harga tiap anaknya"

Mereka yang mendengarnya saling menatap "bagaimana dengan hazel?" Tanya hazam cemas

"hazel juga akan dijemput lusa oleh pihak sekolah, tolong mengerti ya paman ingin kalian memiliki masa depan yang cerah dengan mendapatkan pendidikan. Paman janji paman akan menjenguk kalian setiap satu bulan sekali" Semar yang terus meyakinkan mereka bahwa perpisahan mereka adalah untuk kebaikan mereka juga.

Sampai akhirnya hazam pergi dan tentunya dengan tangisan hazel serta kesedihan hazam, namun setelah hari itu tidak ada lagi orang yang datang seperti yang pamannya katakan. Hazel yang selalu bertanya kapan ia akan dijemput hanya mendapatkan bentakan dari pamannya, bukan karna itu saja ia dibentak oleh pamannya terkadang hanya Karna hal kecil atau kesalahan kecil saja ia akan dimarahi bahkan sampai dicubit. Belum lagi semenjak hari itu urusan rumah diberikan kepadanya mulai dari beres-beres rumah Sampai memasak susah menjadi rutin nitasnya.

Tahun yang terus berganti juga terus menambah umur hazel, kini hazel sudah menjadi seorang gadis remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan pubertas seperti halnya anak perempuan diluaran sana hazel juga mendapat perubahan bentuk yang signifikan di beberapa bagian tubuhnya.

Hal itu ternyata tak luput dari pandangan dan pengawasan pamannya, saat usianya 16 tahun perubahan itu semakin terlihat ia yang nampak lebih menarik dan cantik membuat pamannya menyimpan perasaan yang tak seharusnya untuk keponakannya itu.

Hazel yang memang seorang anak yang pendiam bahkan nyaris tak pernah keluar rumah dan hanya bisa menghabiskan waktunya dirumah atau didalam kamarnya membuat ia tak pernah tau banyak hal atau perkembangan pengetahuan yang lambat. Hal itu membuat ia tidak pernah menyadari perbuatan pamannya yang kurang ajar.

Mulai dari pamannya yang sering bersentuhan dengannya atau kontak fisik sampai pamannya yang selalu membelikan ia pakaian yang bisa dibilang pendek. Namun ia tidak bisa perotes karna pamannya selalu mengatakan bahwa pakaian-pakaian tersebut adalah pemberian dari tetangga dan pamannya bilang itu memang pakaian model sekarang.

Namun ternyata hal itu tak membuat pamannya puas!, Sampai suatu malam pamannya dengan berani memasuki kamarnya dan mulai mel****kannya. hazel yang kaget karena sentuhan dari pamannya mulai memberontak karna sebodoh bodohnya ia, ia tau bahwa yang dilakukan pamannya adalah tindakan pel***han.

Dengan kesadaran dan keinginan untuk lepas dari pamannya memberikan kekuatan untuk mendorong pamannya sampai kedepan pintu kamar ia yang panik dan takut disertai air mata yang membasahi pipinya melontarkan ancaman pada pamannya.

"jika paman tidak keluar maka aku akan teriak agar semua orang tau siapa paman" karna ancaman hazel itu mau tak mau pamannya keluar dari kamar hazel dengan kejadian yang menimpa hazel ia menjadi lebih waspada dan menghindari pamannya.

Kembali pada kehidupan sekarang hazel tengah menyiapkan makanan untuk makan malam dengan lauk pauk seadanya.

"Setelah makan lap sepatuku hazel" titah pamannya hazel yang mendengarnya tak sedikitpun berniat menjawab. Seperti perintah dari pamannya hazel membersihkan sepatu yang akan dikenakan pamannya.

Semar yang melihat keponakannya membersihkan sepatu didepan pintu menuju dapur tersenyum aneh "kau tetap tidak mau menikah denganku?" Ya pertanyaan ini lah yah akhir-akhir ini pamannya tujukan untuk hazel,

"tidak, aku tidak mau. Apa kata tetangga nanti" ucap hazel dengan tenang "mereka tau aku dan kamu tidak memiliki hubungan darah jadi sah sah saja jika kita menikah"

Tak ada lagi jawaban atau suara dari hazel gadis itu memilih untuk pergi ke dapur setelah ia meletakkan sepatu pamannya.

Disisi lain pemuda berusia 16 tahun yang tengah duduk di atas kasurnya dengan secarik kertas berisi deretan Nomor telepon palsu yang diberikan oleh pamannya membuat ia meneteskan air mata, pikirannya terus tertuju pada saudaranya bagaimana hazel sekarang dimana ia tinggal apa dia baik Baik saja apa dia sudah makan dan banyak lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!