Pagi harinya hazel terbangun karena suara decitan ranjang yang bergoyang, dia melihat Bu Tresna beranjak dari ranjang hazel yang memang tamu ikut bangun untuk membantu Bu Tresna beberes rumah dan membuat sarapan.
"Ibu mau ke mana?" Tanya hazel saat melihat Bu Tresna memakai kerudungnya dan hendak keluar rumah.
"ibu mau belanja kedepan neng ke tukang sayur" ujarnya sambil tersenyum.
hazel menghampiri Bu Tresna "biar aku saja Bu" Bu Tresna menolak melarang hazel untuk membantunya karena bagaimanapun dia adalah tamu dirumahnya.
"Gak papa, aku malahan senang kalau bisa bantu ibu. Apalagi ga dianggap Tamu tetapi anak sendiri" ujar hazel sambil cemberut.
"ya sudah tolong ketukang sayur di depan belikan ibu tempe dan bawang merah" Bu Tresna memberikan sejumlah uang pada hazel.
Hazel pergi ke tempat yang diarahkan oleh bu Tresna dengan masih menggunakan daster selutut hazel pergi membeli sayur, saat melewati gang ada beberapa yang terang-terangan menggodanya tetapi hazel tetap acuh.
"masada bawang merah yang seger ga?" tanya hazel pada pedang.
itu memberikan beberapa plastik cabai yang hazel inginkan, Hazel memilih beberapa sayuran yang segar untuk dipasak hari ini.
"anak siapa dek, ibu baru lihat" ucap salah satu ibu-ibu padanya.
"saya anaknya pak Bejo Bu" jawab hazel ramah.
ibu-ibu di sana saling pandang "pak Bejo tukang nasi goreng itu?" Hazel mengangguk.
"iya, saya yang maksa buat jadi anak angkatnya soalnya pak Bejo sering bantu saya" ucap hazel sambil terkekeh.
"Bu hazel pulang" ucap hazel saat memasuki rumah.
didapur sudah ada pak Bejo dan kedua anaknya yang sudah siap berangkat kerja dan sekolah. "Loh ko jadi banyak begini ndok" heran Bu Tresna sedangkan hazel hanya tersenyum.
"udah Bu ayo masak" ajak hazel. Mereka memasak bersama dan makan bersama tetapi ada hal yang tak luput dari pandangan hazel yaitu anak tertua pak Bejo yang terus menatapnya.
Saat semua anggota keluarga berangkat bekerja dan sekolah kecuali Bu Tresna, hazel berpamitan untuk bekerja dan mengatakan tidak bisa menginap lagi.
" nanti kalau aku ada waktu lagi, aku akan ke sini lagi Bu gak papa kan Bu?" Bu Tresna tertawa sambil menepuk bahu hazel pelan.
"tentu ndok tentu, kamu bisa ke sini kapan pun" hazel mengangguk namun sebelum dia pergi dia memberikan sejumlah uang pada Bu Tresna.
Setibanya di toko hazel melihat Megan yang sudah membuka toko dengan aura yang tak biasa hazel menanyakan keadaan Megan.
"lu baik-baik saja ?" tanya hazel khawatir.
Megan tersenyum manis "iya baik-baik saja ko" hazel mengeleng dan berlalu dari hadapan Megan untuk membuka buku catatan persediaan barang.
"Berhasil lu bikin rumah tangga orang hancur?" sinis hazel.
Megan dengan polosnya menganggukan kepala "dia bahkan bilang kalau gw calon istri barunya" mendengar itu hazel tertawa renyah "gw ga sabar buat bertemu sama dia sebagai ibunya".
Hari ini hazel bertemu dengan temannya yang merupakan konten kreator juga, "lama?" Orang itu menggeleng "engak kok, santai saja" ujarnya dengan senyuman yang masih terpampang.
hazel tersenyum lalu menunjuk kamera "wahh udah ons saja tuh kamera" mereka tertawa dan mulai mengobrol tentang banyak hal.
"Bener sangat kadang suka heran sama netizen yang selalu jadi mak comblang" ucap Agam terkekeh
"tetapi kalau kamu mau, aku juga mau kok" ucap Agam dengan nada menggoda hazel menepuk bahu Agam.
"hussh jangan bilang-bilang biar jadi suprise saja" timpal hazel mengimbangi.
Hazel sudah dekat dengan agam karena hazel merasa nyaman dan seperti memiliki kakak laki-laki beberapa kali dia akan main dengan agam tanpa embel-embel untuk bahan konten. Terkadang hazel berharap bahwa Agam adalah kakaknya namun nyatanya Agam bukan lah hazam.
"Kamu masih mencoba untuk mencari kakakmu?" Tanya Agam hati-hati karena dia takut hazel akan merasa sedih "iya gam, aku yakin ko kalau aku dan kakakku masih ditakdirkan untuk bersama" Agam mengangguk dia paham akan perasaan hazel dia juga tahu sesedih apa hazel.
Setelah hazel pulang dengan diantar oleh Agam dia langsung masuk ke dapur karena hari ini adalah jadwalnya untuk memasak. "Si Megan beneran mau ngelakuin rencana gilanya?" Tanya Jasmine dengan rasa penasarannya "udah Liam puluh persen tinggal nunggu waktunya" Jasmine mengangguk "kalau lu bagaimana mine?" Jasmine menggeleng "gw bukan orang pendendam bisa keluar dari rumah itu saja gw dah bersyukur, gw gak mau ngelakuin sesuatu yang berbahaya" hazel terkekeh "itu ga bahaya selagi lu main aman" Jasmine menggeleng "gak, gak ada suatu kejahatan yang setelah dilakuin lalu bisa kita lupain dengan gampang" ujar Jasmine sambil mengupas bawang "karena meski mereka orang yang melakukan kejahatan melakukannya dengan sengaja dan tidak akan menyesalinya, namun tetap saja kejadian itu akan selalu tertanam dalam ingatannya sebagai penyesalan terbesar" hazel tersenyum mendengar penuturan Jasmine.
Sedangkan di sisi lain seorang pria dengan pakaian hitam dan masker serta sarung tangan medis tengah memainkan pisau kecil yang tajam, terdengar lirihan dan jeritan tertahan dari seorang perempuan "lihatlah betapa putih dan cantiknya dirimu" ucap pria itu dengan membelai lembut pipi gadis yang lebih muda darinya "tenang saja Aku sudah mengincar seseorang untuk menjadi temanmu di sini" gadis itu terus meronta saat benda tajam itu menggores pelan pahanya.
Dirumahnya hazel tengah menggunakan jaket tebalnya untuk pergi ke suatu tempat "mau ke mana?" Tanya silla sambil menggendong makhluk manis yang berbulu lebat "pergi bentar mbak" Silla menganggukan kepala.
Disepanjang perjalanan hazel tak hentinya untuk mengukir senyuman karena setelah sekian lama akhirnya kakanya menghubungi dia lewat email dan ingin menemuinya di taman, namun entah mengapa perasaan hazel tak karuan harusnya dia senang dan tidak memikirkan hal lain.
Laju motor hazel makin pelan dan berhenti di trotoar jalan yang sepi dia memikirkan lagi permintaan kakaknya yang melarang dia untuk membawa teman, namun dengan tekad yang besar hazel tetap melakukan motornya ke tempat tujuan awalnya.
Meski dalam hati dia yakin orang yang menghubunginya adalah kakaknya, namun logikanya menolak bahwa itu adalah kakaknya karena jika itu benar-benar kakaknya harusnya dia tidak akan keberatan jika hazel mengajak seseorang atau sekadar memberi tahu orang lain bahwa kakaknya telah menghubungi dia.
"Jika itu kakak maka aku akan sangat bersyukurlah, namun jika itu adalah orang dengan hati yang busuk maka aku siap untuk segala resikonya" hazel turun dari motornya dan berjalan lurus memasuki taman yang sepi dan sedikit remang-remang tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.
"Kakak..." Hazel mencoba memanggil kakaknya namun bukannya mendapat seruan atau melihat sosok kakaknya dia malah menerima kejutan tak diduga, tubuhnya diseret kebelakang dengan sebuah kain yang membekap mulutnya mengurangi akses untuk dia bersuara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments