"Minum dulu" suruh perempuan kepala tiga, dia adalah orang yang membantu hazel Dari kejaran preman itu, hazel menerima air mineral itu dengan napas yang masih memburu dan sesak karena menangis sepanjang jalan dia benar-benar takut jika nantinya dia akan bertemu dengan pamannya lagi.
"Saya Rani susila kamu boleh panggil saya Mbak Rani" Rani mengayunkan tangannya kehadapan hazel dan disambut hangat oleh hazel.
"saya hazel Zulfikar mbak" Mbak Rani mengangguk sambil tersenyum.
"orang-orang yang mengejar kamu tadi, mereka itu siapa?" Tanya Mbak rani penasaran.
"saya hanya kenal salah satu dari mereka mbak, namanya mang Kusnadi mbak dia pesuruh yang bekerja untuk paman saya dan untuk sisanya saya ga kenal mbak" Rani heran jika yang mengejarnya adalah suruhan pamannya mengapa hazel lari? Sepertinya tidak ada yang beres pikir Rani mengenai orang-orang bersetelan preman itu.
"kalau mereka suruhan pamanmu, mengapa kamu lari?" Hazel menunduk bagaimana dia menjelaskannya, apa dia harus memberitahukan mengenai sifat pamannya dan tujuan pamannya yang mengejar dia Sampai kekota?.
"kalau kamu gak mau cerita gakpapa itu hak kamu, namun jika memang kamu dalam bahaya saya bisa membantu kamu" hazel yang mendengarnya mendongak menatap Rani dengan penuh selidik.
Rani yang paham akan tatapan itu tersenyum "mbak bukan orang jahat ko, kamu bisa percaya. Begini saja ini nomor mbak kalau kamu butuh bantuan langsung telepon saja ya" hazel mengambil secarik kertas berisi nomor itu tak lupa juga dia berterima kasih pada mbak Rani.
Diperjalanan menuju rumah makan hazel terus melamun memikirkan hidupnya yang semula damai kini diusik kembali oleh orang yang sama, bagaimana nanti dia pulang bagaimana jika orang-orang itu menunggunya di kosan.
"Enak bener anak emas pak bos, Dateng siang udah kaya yang punya saja perasaan Bu bos saja datengnya pagi tuh" cibir Chika tak suka, hazel hanya tersenyum lalu berlalu menaiki tangga menuju ruangan bosnya.
Setibaknya di depan pintu ruang kerja bosnya hazel mengetuk pelan pintu itu, "permisi" menunggu beberapa saat namun belum ada balasan dari dalam "Bu ini hazel" masih juga tak ada respons. Akhirnya hazel memutuskan untuk kembali dan memulai pekerjaannya.
Saat jam pulang tiba hazel tengah membantu karyawan lain untuk berbenah rumah makan, seperti yang hazel duga bahwa bosnya akan datang ketika jam pulang untuk menutup rumah makan.
"Bu..." safa hazel namun mimik wajah yang ditunjukkan oleh bosnya seperti orang kebingungan.
"loh kata kepala karyawan kamu absen" hazel tersenyum canggung." Saya terlambat datang bu karena ada sedikit kendala" tita bergumam mendengar penjelasan dari hazel " jam berapa kamu datang?, Biar saya catat agar gajimu sesuai dengan jam kerjamu" hazel mengatakan bahwa dia datang jam setengah sepuluh pagi.
Diperjalanan pulang hazel benar-benar merasa takut dia berjalan dengan cepat tanpa memperhatikan jalan dengan tergesa-gesa dia menyebrangi jalan tanpa melihat kanan kiri dahulu, sampai sebuah mobil dengan kecepatan yang bisa dibilang tinggi hampir menghantam tubuh mungil hazel.
Jika saja hazel tidak menyadari suara mobil itu mungkin nyawa hazel tidak akan tertolong, masih dengan keterkejutannya hazel membeku di tepi trotoar sambil memandang lekat mobil hitam didepannya.
Hazel melihat ada seorang laki-laki bertubuh tegap dengan rambut sedikit berantakan menghampirinya dengan wajah khawatir pemuda itu menanyakan keadaan hazel "bener gak papa?, kalau ada yang lecet biar gw bawa ke rumah sakit?" Hazel menggeleng "engak kak saya cuman kaget saja" pria itu menganggukan kepala lalu memberikan sejumlah uang kepada hazel namun ditolak oleh hazel karena dia merasa tidak perlu ganti rugi semuanya baik-baik saja.
di dalam kamarnya hazel duduk di tepi kasur dengan sebungkus makanan yang dia bawa dari rumah makan, perasaannya tak karuan rasa takut, bimbang dan parno terus dia rasakan, dia takut jika mereka kembali dan membawa hazel secara paksa.
"mengapa mereka sampe tahu aku ada di sini" tanyanya pada diri sendiri, sepertinya malam ini hazel tidak akan bisa tidur nyenyak. Saat dia hendak menyimpan piring di atas meja didekat kasurnya dia melihat selembaran orang hilang yang dia buat.
"Benar sepertinya karena selembaran ini mereka bisa mengetahui tempat tinggalku, itu artinya aku harus mencari tempat tinggal lain agar aku bisa menjalankan hari-hari ku dengan damai" hazel mengulung sisa selembaran itu dan dimasukan kedalam tong sampah.
Paginya hazel bekerja seperti biasanya saat jam istirahat makan siang hazel menghampiri mbak Rika untuk meminjam handphone padanya. "Buat apa zel?" Tanya Mbak Rika "aku mau nelpon seseorang mbak, bisa tolong telponin ga mbak? Saya gak bisa" Rika menganggukan kepala dan memasukan beberapa digit nomor yang tertera di kertas yang hazel berikan. "Diangkat nih" Rika memberikan telepon genggam itu pada hazel setelah berterimakasih hazel sedikit menjauh dari Rika.
"Hallo mbak ini hazel, masih ingat ga?" Seseorang disebrang sana yang tak lain dan tak bukan adalah Rani, perempuan yang sempat membantu hazel dari kejaran orang-orang suruhan pamannya. Hazel mengutarakan niatnya yang ingin bertemu dengan Rani lagi untuk membicarakan sesuatu.
"Kamu punya temen ya?" Tanya Mbak Rika sambil tersenyum.
hazel yang mendengarnya menggeleng "bukan mbak kenalan" ujar hazel jujur
" baru kenal?" Hazel lagi-lagi mengangguk "maaf kalau mbak ikut campur, tetapi kamu harus lebih hati-hati terhadap orang lain. Bisa saja mereka punya niatan buruk apalagi kamu cantik dan baik" peringatan yang Rika berikan adalah bentuk perhatianya.
hazel termenung sesaat lalu tersenyum "aku percaya ko mbak sama mbak Rani" Rika yang mendengarnya hanya tersenyum ringan karena dia tahu tidak semua orang bisa dipercaya.
sore harinya hazel benar-benar dijemput oleh Rani untuk berbincang mengenai maksud dari hazel meminta bertemu dengan Rani, awalnya hazel ragu untuk meminta tolong namun jika dipikir kembali dia tidak punya pilihan lain karena jika dia meminta tolong pada Rika dia terlalu takut membebani beliau karena yang hazel tahu Rika memiliki ibu yang lumpuh dan memili adik yang masih balita.
"saya sebenarnya sedang dalam kesulitan mbak, saya bahkan Takut untuk pulang ke kosan" tutur hazel.
" saya dibuntuti oleh orang suruhan paman saya sampai ke tempat kos saya Mbak" Rani yang mendengarnya memberanikan diri untuk menanyakan ini agar rasa penasarannya terbayar.
" mengapa pamanmu Samapi menyuruh orang untuk membututimu?" hazel menjelaskan bagaimana dia dengan pamannya, dia menceritakan ketidak berdayaanya saat dikurung dirumahnya sendiri, dijadikan tahanan serta kebejatan pamannya yang membuat dia hampir putus asa hazel juga menceritakan mengapa dia memilih kota Jakarta sebagai pelarian.
Rani yang mendengarnya benar-benar merasa iba dan seperti sedang melihat dirinya pada masa lalu namun ada sesuatu yang membedakan mereka, Rani juga menawarkan hazel untuk tinggal bersamanya dan beberapa temannya yang lain.
"jujur gw bukan orang baik-baik yang bisa dipercaya" hazel kaget mengapa tiba-tiba Mbak Rani mengatakan hal itu, dan bagaimana bisa ada orang jahat yang mengaku jahat.
"bagaimana kalau lu nginep dahulu di rumah gw untuk tahu seperti apa nanti lingkungan lu untuk tinggal, mau?". Hazel menganggukan kepalanya tidak salah kan jika dia mencoba tinggal dengan orang lain yang sifatnya berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments