Ramadhan ini, adalah ramadhan pertama bagi Delisha menjalankan puasa. Pertama kalinya pula ia menjalankan ibadah itu dengan dibalut rasa takut, gelisah dan ngeri.
Setelah pembunuhan di rumah Daniel, Delisha merasa seperti diteror oleh rasa was-was, gelisah dan takut. Delisha memang tidak bersalah, namun bisa saja keadaan berbalik dan malah membuatnya menjadi tersangka.
Awalnya Delisha berharap Eshaq masih memiliki harapan hidup, namun ternyata tidak. Lelaki itu sudah meninggal ketika dilarikan ke rumah sakit.
Dalam sekejap, rumah Daniel telah digeruduk oleh polisi yang sibuk melakukan berbagai kegiatan untuk penyelidikan lebih lanjut. Juga memasang police line di rumah itu.
Lalu, bagaimana dengan Danish? Kenapa lelaki itu ada di rumah Daniel? Apa yang dilakukan oleh Danish di sana?
Jika memang Danish ada di rumah itu sebelum kejadian, apakah mungkin Danish tidak tahu keributan yang terjadi di rumah itu? Rasanya mustahil jika Danish terlibat dalam kasus itu.
Delisha selalu mengunci pintu rumahnya, takut akan terjadi hal-hal yang tidam diinginkan.
Kemarin, setelah kejadian itu, Delisha mendengar atap rumahnya dilempar sesuatu yang cukup keras. Kemudian jendela kamarnya digedor. Delisha merasa diteror.
Delisha tidak bisa makan dengan kenyang saat sahur, kengerian membuatnya tidak bisa melakukan hal positif.
Seperti mendapat serangan jantung, Delisha terkejut mendengar suara ketukan pintu. Suara itu seperti teror baginya, menakutkan.
Delisha mengintip melalui lubang pintu. Polisi berseragam hitam berdiri di depan pintu.
Sepertinya semuanya akan segera dimulai. Ini adalah permulaan. Delisha tidak boleh takut, ia tidak bersalah. Ia membuka pintu.
Dengan menggunakan bahasa Inggris, lelaki berseragam paling depan menunjukkan kartu identitasnya, kemudian berkata, "Selamat pagi nona Delisha, kebetulan kami baru saja menjalani beberapa tindakan di rumah Tuan Daniel untuk penyelidikan. Kami membawa serta surat panggilan untuk Anda. Ikutlah bersama kami."
Delisha membaca surat panggilan tersebut. Ia dipanggil untuk menjadi saksi.
Delisha mengangguk dan menutup pintu.
Tampak Daniel berdiri di depan rumahnya dengan sorot mata penuh kebencian, "Mengakulah, Delisha. Mengakulah bahwa kau yang sudah membunuh ayahku. Semua bukti sudah mengarah padamu, kau harus mengakuinya. Aku bisa melakukan apa pun kalau kau tidak mau jujur!" Daniel tampak sangat marah sambil menunjuk-nunjuk ke arah Delisha.
Kini rasa takut dalam diri Delisha memudar. Entah dari mana datangnya keberanian dalam benaknya hingga apa tidak gentar meski di posisi yang terancam. Delisha memasuki mobil polisi tanpa menanggapi kemarahan Daniel.
Kata Umi Zara, ia harus mengandalkan Allah saat dalam keadaan apa pun. Delisha berzikir, dan hal itu ampuh mengusir rasa takut.
Ada banyak pertanyaan yang diajukan kepadanya saat proses pemeriksaan. Delisha menjawab sesuai apa yang sebenarnya telah terjadi.
Berulang-ulang, polisi memberikan pertanyaan yang sama, dibalik-balik dan sangat detil.
Delisha menjawab dengan tegas sesuai kejadian tanpa gentar. Meski pertanyaan dibolik-balik, namun ia tetap menjawab dengan konsisten, sama sekali tidak ada yang meleset dari jawabannya.
Polisi mengatakan bahwa proses pembunuhan dilakukan dengan sangat singkat. Tidak ada sidik jari di pisau tersebut. Pisau itu adalah pisau baru. Artinya ini adalah pembunuhan berencana.
Tidak ada cctv di dalam rumah Daniel sehingga mempersulit proses penyelidikan. Cctv hanya ada satu, yaitu di teras, hanya menjangkau pemandangan di teras dan halaman saja.
Bersambung
Terima kasih sudah setia baca sampai di sini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Umine LulubagirAwi
smoga da cctv lain yg mliht kjdian trsbt
2024-01-03
1
renita gunawan
semoga dengan adanya CCTV, membantu polisi untuk mengungkapkan siapa pelaku pembunuh eshaq yang sebenarnya
2023-10-29
0
renita gunawan
wah..wah.. sepertinya pembunuhan eshaq benar-benar udah direncanakan sejak lama.sehingga pelaku tidak meninggalkan satu bukti pun.
2023-10-29
0