Wajah Eshaq sangar, tatapannya tajam. Ada sedikit bekas luka di pipinya, pernah ditikam orang dan meninggalkan bekas luka. Dia adalah pria kaya.
“Mau apa kau?”
“Tenang! Aku tidak akan melukaimu.” Eshaq memainkan tusuk gigi yang ada di mulutnya. “Kau terlihat sangat khusyu saat shalat tadi.”
Jadi lelaki itu ada di masjid yang sama juga? Meski seorang muslim, namun selama ini Eshaq tidak pernah menginjakkan kakinya ke masjid. Lalu apa yang membuatnya berada di masjid? Dia lelaki arogan.
“Aku mengintaimu,” sambung Eshaq sambil melangkah maju, membuat Delisha melangkah mundur. “Kau terlihat sangat cantik menggunakan jilbab.”
Tangan Eshaq menjulur menyentuh jilbab yang dikenakan oleh Delisha.
“Jangan sentuh aku!” Delisha menampik tangan besar itu.
“Oh oh…. Aku suka kulitku bersentuhan dnegan kulitmu.” Lelaki itu menjilat tangan yang baru saja bersentuhan dengan tangan Delisha.
“Aku akan berteriak!” kesal Delisha.
“Silakan! Memangnya apa yang membuatmu harus berteriak?” Tatapan mata Eshaq melebar. Gayanya yang penuh rayuan pun berubah menjadi emosi. “Jangan main-main denganku, Delisha!” Lelaki itu mencengkeram lengan Delisha.
“Kau tidak berhak terus menerorku! Kau urus kehidupanmu saja! Kita tidak punya urusan, Eshaq!” Delisha menunjuk-nunjuk muka Eshaq dengan muka memerah.
“Kita masih punya urusan! Jangan kau berlagak seolah-olah kita tidak kenal, ikan kecilku!”
“Menjauh dariku!” Delisha menoleh ke kiri kanan, tak ada seorang pun yang melintas. Jalan itu memang sepi karena rumahnya ada di paling ujung. Delisha menonjok wajah Eshaq sangat kuat menggunakan tangan kanannya.
“Shit!” Kepala Eshaq terhuyung ke belakang, sontak pegangannya di lengan Delisha melonggar.
Delisha memanfaatkan situasi itu untuk melarikan diri, berlari secepat kilat meninggalkan Eshaq, langsung menyerbu masuk ke rumah. Pintu disentak dan tertutup rapat. Ia berdiri nyender di balik pintu dengan napas tersengal.
Tubuhnya merosot jatuh ke bawah, ia duduk bersimpuh di lantai. Matanya terpejam. Pundaknya bergetar, menangis sesenggukan.
Apakah ia tidak boleh menjadi orang baik? Eshaq seperti telah membawanya flashback kembali ke masa lalu.
Tak bisakah Eshaq lenyap dari kehidupannya? Setelah dua tahun berlalu, lelaki itu masih muncul dan mengganggunya.
Tiga puluh menit berlalu, Delisha masih terduduk di sana, merenungi keadaan. Rasa takut pada sosok Eshaq masih membayang.
Tok tok…
Delisha terkejut. Bayangan Eshaq masih terus menari, dan sekarang pintunya diketuk. Delisha tidak pernah kedatangan tamu. Lalu siapa yang datang? Apakah Eshaq mucul lagi?
Delisha mengintip dari lubang pintu. Wajah Daniel tampak di sana. Dia adalah lelaki muda yang sudah bekerja, tetangganya Delisha. Mereka jarang berkomunikasi. Hanya bila ada hal penting saja mereka berkomunikasi, itu pun jarang sekali.
Delisha merasa lega karena ternyata yang datang bukanlah Eshaq. Segera ia membuka pintu sesaat setelah mengusap air mata.
“Delisha, bisakah aku minta tolong?” tanya Daniel, pemuda berparas khas Belanda itu. matanya biru.
“Ya. Kenapa?”
“Aku akan pergi, tapi aku tidak mungkin meninggalkan adikku sendirian di rumah. Dia masih berusia delapan tahun, bisakah kau menemaninya?”
“Berapa lama kau pergi?” Delisha balik tanya.
“Sekitar dua jam.”
Artinya waktunya shalat isya sudah lewat bila Delisha menghabiskan waktu selama dua jam di rumah Daniel.
“Kupikir usia delapan tahun tidaklah buruk jika ditinggal sendirian di rumah. Dia sudah besar.” Delisha berusaha menolak dengan sopan. Selama ini bahkan Delisha tidak pernah melihat adiknya Daniel. Hanya Daniel dan ibunya saja yang sering tampak olehnya keluar masuk rumah.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
inggrid LARUSITA Nganjuk
delisha d jebak
2024-01-06
1
Umine LulubagirAwi
waduh, smoga ja danil ga da niat jlek k delisha. mncurigakan ini
2024-01-03
0
renita gunawan
duuh.. semoga daniel tidak bekerjasama dengan eshaq untuk menjebak delisha.
2023-10-29
0